Ajudanku, Si Dingin Pembuat Panas

Tangan Ares menggenggam ponselnya, matanya terlihat tak bersemangat menyimpat tekanan emosi yang berusaha ia tahan. Wajah dinginnya itu semakin terlihat jelas dengan sorot mata seperti itu.

“kemana dia sebenarnya”gumamnya sedikit kesal, ia lalu berdiri dari duduknya. Berjalan tak tenang mondar-mandir di dalam kamar itu. “Apa-apaan ini, dia menguji ku” gumam Ares lagi, dia masih mondar-mandir. Hingga getar ponsel di tangannya mengalihkannya, ia buru-buru melihat layar ponselnya tersebut.

Tapi tatapan kecewa langsung terlihat jelas saat melihat siapa yang menelponnya, ia pikir Flo akan menelponnya kembali malah saat ini Topan yang menghubunginya. Dengan berat hati ia mengangkat panggilan tersebut.

“Halo, iya kenapa?” jawab Ares dengan dingin.

“Bang, Bang Ares parah banget sih bang. Pulang sekarang bang, di rumah kacau” terdengar Topan terlihat panik. Dahi Ares mengerut mendengar itu,.

“Ada apa?” tanya Ares penasaran.

“Bang Ares parah banget bang, abang ngehamili mbak Flo ya. Parah sih bang, saya sama bang Gofar kena sasaran karena ulah abang” jelas Topan di Seberang sana.

Mata Ares melebar,

“maksudmu apa? Siapa yang saya hamili, jangan ngaco kamu”

“siapa juga yang ngaco bang, ini tadi Vincent ngamuk sama kita bang bahkan hampir mukul saya karena ngira saya yang hamili mbak Flo.Pokoknya abang cepat kembali kesini bang,” ucap Topan di Seberang sana ngedumel karena menjadi salah sasaran.

Ares akan bicara tapi langsung di matikan oleh Topan,

“Halo Topan, Topan..” panggil Ares, tapi panggilan langsung terputis.

Ares diam di tempat, memikirkan ucapan Topan tadi.

“Hamil? Sejak kapan saya nyentuh dia” gumam Ares sambil berpikir.

“Perempuan gila itu melakukan apa disana,” geram Ares, ia dengan cepat berjalan kearah lemarinya dan langsung menyambar ransel di dalam sana.

………………….

Flo saat ini di ruangan papanya, dia duduk di kursi depan meja kerja papanya itu memutar-mutarkan kursinya menatap Victor yang seperti tak senang.

“kenapa memanggilku?” tanya Flo lalu menyilangkan kakinya.

“ternyata ajudan yang akan kau nikahi itu anak Hanung Mahendra salah satu petinggi?” tanya Victor sambil membuka sebuah map.

“Wow, cepat sekali mendapatkan infonya” ucap Flo sambil tepuk tangan. “Bagaimana, setuju kan aku menikah dengannya” ucap Flo lagi mengamati wajah sang papa.

Victor tetap diam, dia masih membaca mengenail profil Ares. Setelah melihat itu ia lalu melihat kearah Flo.

“Kau yakin ingin menikah dengannya,? Apa kau siap menjadi istri dari seorang terika sedangkan kau seorang anjing gila yang bebas” cibir Victor pada putrinya.

“Kenapa tidak siap? Kau meragukanku” sinis Flo.

“Aku tidak meragukanmu, aku hanya takut reputasiku semakin rusak karena tingkahmu nanti”

“Kau memilih reputasimu rusak sekarang karena punya anak hamil di luar nikah atau rusak nantinya yang bahkan kerusakan itu belum terjadi”

Victor diam seperti menimang ucapan Flo. Lalu perlahan ia menatap kearah putrinya lagi.

“Kalau begitu menikah resmi, lakukan sesuai prosedur kemiliteran. Aku tidak mau kau hancur dan aku  juga hancur nantinya” pinta Victor.

Flo menatap papanya, ia tak kunjung menjawab

“Kenapa kau terlihat perduli denganku,” ucap Flo memperhatikan papanya yang menurutnya sedikit lembut dengannya dan juga menaruh perduli padanya. Karena seumur hidupnya baru kali ini pria itu terlihat perduli.

“Siapa yang perduli denganmu, sudah sana pergi. Tidak ada yang ingin ku bicarakan lagi denganmu”

Bukannya pergi Flo malah menatap papanya lagi,

“kau ingin aku menikah resmikan, kau tahu sendiri pernikahan secara militer mengurusnya bagaimana. Jelas tidak akan jadi dalam waktu seminggu tuan Victor, otak di pakai” ucap Flo sambil mengetuk-ngetuk kepalanya.

“Kau tidak usah memikirkan itu, aku yang akan mengurusnya” jawab Victor.

Mendengar itu Flo langsung berdiri dari duduknya, dia tersenyum tipis.

“bagus kalau begitu, aku senang kau menjalankan peranmu sebagai orang tua” setelah mengatakan itu Flo langsung keluar dari ruangan papanya.

Sedangkan Victor diam terpaku, dia lalu menatap pintu ruangannya yang sudah tertutup. Matanya yang tadi tajam kini berubah sayu, entah apa yang ia rasakan saat ini. Hanya tuhan dan Victor saja yang tahu.

…………………..

Malam hari Ares baru sampai di Jakarta, lebih tepatnya di rumah Flo. Baru saja ia menginjakkan kakinya di teras rumah ia sudah mendapatkan pukulan hingga membuatnya tersungkur. Siapa lagi yang melakukan itu kalau bukan Vincent yang langsung melayangkan tinju

“bang, bang Ares” Topan panik dan langsung membantu Ares berdiri.

“Kau berani sekali menghamili kakakku, apa mau mu sampai menghamili kakakku?” ucap Vincent murka, dia akan mendekat tapi di tahan oleh kembarannya.

“Tenang dulu woy, jangan asal ngamuk. Bokap tahu lo bisa kena masalah” ucap Valen sambil menahan kedua tangan Vincent agar tak mendekat pada Ares.

Ares sendiri yang sudah berdiri mengusap sudut bibirnya yang berdarah, dia menatap kearah Vincent.

“Kau salah paham, saya tidak pernah menyentuh kakakmu bahkan menghamilinya saja tak terpikir oleh saya” ucap Ares membantah tuduhan itu.

“brengsek, kau pikir aku tidak tahu apapun, kau tidak menyentuh kakakku lalu apa yang ku lihat dicctv di ruang ajudan. Dan kau lupa ada saksi di situ” bentak Vincent yang tersulut emosi.

Ares lalu melihat kearah Topan yang berdiri di sebelahnya, Topan terlihat takut dengan tatapan Ares itu. Dia lalu sedikit mundur dan tak berani menatap mata Ares.

“Valen lepas, aku harus memberinya Pelajaran” pinta Vincent, dia menyuruh Valen melepaskannya.

“Nggak akan aku lepas kalau kau masih emosi begini” tegas Valen.

“kenapa sih ini rame-rame” ucap Flo yang baru keluar dari dalam, tatapannya langsung tertuju ke Ares yang juga menatapnya.

“Kau sudah pulang” matanya berbinar, lalu berjalan cepat ke Ares dan langsung memeluk lengan pria itu. Tapi Ares langsung menepisnya.

“Apa yang kau jadikan drama? Kau..” belum selesai dengan ucapannya, Flo kembali memeluk lengannya.

“Diem aja, ini semua biar kita bisa menikah dengan cepat” ucap Flo, lalu dia melihat kedua adiknya.

“Kalian berdua nggak usah ikut campur, ini urusan kakak. Dan kau Vincent nggak usah emosi, dan awas kalau sampai aku tahu kau memukul calon suami ku lagi” ucap Flo mengancam kedua adiknya.

“Aku bukannya ikut campur kak, aku perduli denganmu. Dan aku nggak bisa diam saja kakakku di lecehkan oleh pria seperti ini.” Ucap Vincent sambil menarik kuat tangannya hingga terlepas dari pegangan Valen.

“Aku tahu kau memang gila kak, tapi waraslah sedikit. Bisa-bisanya kau menikah dengan ajudanmu sendiri. Dia nggak level de..”

“Nggak level denganku? Kata siapa? Kau tidak tahu keluarganya siapa. Sudah sana, cecunguk seperti kalian belum pantes ikut campur urusanku. Ayo sayang, kita masuk kau pasti capek” Flo memotong ucapan adiknya. Lalu ia seperti membuat panas adiknya dengan memanggil Ares sayang.

“Kak,.” Seru Vincent tapi tak di indahkan sama sekali oleh Flo, Perempuan itu masuk kedalam begitu saja sambil menarik Ares.

***