Lari Dari Jerat Presdir

"Dengan ini saya nyatakan 60% saham perusahan beralih atas nama Katherine Morice. Dan semua keputusan yang berhubungan dengan perusahaan harus melalui persetujuan Nona Katherine sebagai pemegang saham terbesar."

Ucapan Davin sontak saja membuat semua orang terkejut. Semua tak menyangka Ethan akan menyerahkan seluruh saham miliknya pada Kath.

"Apa ini?" Kath menatap tak percaya.

"Kamu bilang hanya orang yang kaya dan berkuasa, bukan? Sekarang aku tidak punya apa-apa. Dan kamu yang kaya."

"Apa?!" ucapan ringan Ethan membuat Kath kehilangan kata- kata.

Pria itu hanya melakukan ini karena ucapannya kemarin? Yang jelas Kath katakan karena baik itu Ethan dan Teresha selalu bersikap seenaknya. Bukan karena dia ingin kaya dan memiliki kekuasaan. Tentu saja dia ingin kaya, tapi bukan dengan cara seperti ini.

"Kamu gila?!" Ethan tak peduli dan hanya berdiri lalu menarik Kath untuk segera bangun dari duduknya.

"Semua sudah jelas, bukan?" Kalian saksinya." Ethan menatap para karyawan yang saling berbisik dengan ekspresi terkejut di wajah masing-masing. "Ayo pergi." Ethan menarik Kath menjauh dan segera melangkah menuju memasuki lift.

"Lepaskan aku, kau tidak waras!"

"Ya aku tidak waras karena terlalu mengiginkan cinta kamu."

Kath menatap tajam. "Kamu pikir ini permainan? Ethan 60%? Kau tahu apa yang kau lakukan?"

"Ada apa denganmu, Sayang? Kamu begitu khawatir karena aku miskin sekarang? Tenang saja mulai sekarang hidupku bergantung padamu. Aku harap kamu tidak akan meninggalkan aku sekarang." tanggapan santai Ethan membuat Kath semakin kesal.

"Kamu pikir para pemilik saham lain akan diam?" Belum lagi yang akan paling menentang adalah Teresha, ibu Ethan.

"Kenapa? Saham milikku terserah aku mau ku berikan pada siapa." Ethan meraih pinggang Kath agar berdiri merapat ke arahnya. "Aku juga memiliki beberapa villa, rumah, hotel dan mobil. Semuanya akan ku alihkan atas namamu."

Kath berontak, namun tangan Ethan melingkar erat di pinggangnya membuat Kath tak bisa bergerak.

Ethan gila! Bukannya melepaskannya pria itu semakin menjeratnya. Sekarang bagaimana? Apa yang harus dia lakukan?

Tiba di parkiran Ethan kembali membuka pintu mobil untuknya. "Mau kemana sekarang?" tanya Kath dengan wajah yang masih dingin.

"Makan siang." Ethan mendorong punggung Kath dengan lembut agar dia segera masuk.

Kath masih tak mengerti apa yang Ethan inginkan. Hanya untuk menjeratnya pria itu melakukan segala cara bahkan memberikan seluruh saham miliknya. Hal itu masih tak masuk akal bagi Kath dan tak berhenti memikirkannya.

Kath menunduk dan melihat tangannya yang masih di genggam Ethan, sesekali pria itu membawanya ke mulut untuk mengecupnya. Sudah seperti kekasih yang sangat mencintai pasangannya. Tapi Kath tahu pria itu bukan jenis manusia semacam itu.

Kath memilih memalingkan wajahnya tak ingin menatap Ethan lebih jauh. Harus Kath akui jika dia terus menatap pria itu dia bisa saja luluh, lalu selamanya dia akan terjebak dalam jeratan Ethan seperti satu tahun lalu. Dan Kath tak ingin itu terulang lagi.

Mobil terparkir di depan sebuah restoran yang sepi pengunjung, Kath rasa Ethan sudah membooking seluruh restoran hanya untuk mereka berdua.

Kath ikut turun saat Ethan turun, dia bahkan tak menunggu Ethan membukakan pintu seperti sebelumnya.

Sebelum memasuki restoran Kath merasakan tangannya di genggam kembali. Tak ingin kembali berdebat Kath hanya memutar matanya malas dan membiarkan Ethan melakukan sesukanya.

Kath melihat sekitarnya. Seperti dugaannya, benar- benar tak ada orang lain. Hanya ada mereka dan beberapa pelayan yang siap melayani, juga para pemain musik di atas panggung.

Ethan membawanya ke sebuah meja, lalu menarik kursi untuknya. Saat Kath mulai duduk musik pun mulai terdengar. Alunan musik yang indah membuat suasana romantis begitu terasa, apalagi saat seseorang menyerahkan sebuket bunga mawar merah padanya.

"Untuk anda, Nona," ucap pelayan tersebut.

Kath menatap Ethan sebentar lalu menerima bunga tersebut. "Terimakasih." Tanpa menunggu lama pelayan tersebut segera pergi menyisakan Ethan dan Kath yang masih menaruh perhatian pada bunga di tangannya.

"Kamu menyiapkan ini?" tanya Kath masih dengan menatap bunga di tangannya.

"Hm, kau suka?"

Kath menghela nafasnya. "Kamu berharap aku terkagum?"

"Aku harap kau jatuh cinta padaku."

Kath tertegun dengan mata yang mulai mendongak menatap Ethan.

Jatuh cinta padanya? Untuk apa? Bahkan saat dia sudah jatuh cinta pun tidak akan berpengaruh sebab cintanya hanya sepihak.

"Tidak akan."

Ethan masih tersenyum tenang. "Jangan menyimpulkan terlalu cepat, Sayang. Aku bahkan belum memulai usahaku."

"Usaha?" Kath terkekeh meremehkan. "Untuk apa kamu membuang waktumu. Kamu yakin punya waktu untuk usaha kamu itu?"

Ethan mengedikkan bahunya acuh. "Toh aku pengangguran sekarang. Seluruh sahamku sudah jadi milik kamu."

Diingatkan tentang itu Kath kembali merasa kesal. "Kamu pikir kamu bisa mempermainkan itu sesuka hati? Bagaimana dengan Nyonya Teresha? Kamu pikir dia akan setuju?" Ethan hanya menambah masalahnya. Sudah jelas wanita itu tak menyukainya, dan sekarang jika wanita itu tahu Ethan memberikan semua sahamnya maka dia akan lebih murka padanya.

"Semua itu milikku, tidak ada hubungannya dengan Mama. Dan kalau itu yang kamu takutkan, kamu tenang saja. Aku tidak akan membiarkan Mama ikut campur dalam masalah ini."

"Jadi, untuk saat ini kamu hanya perlu memikirkan aku." Ethan berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya. "Ayo berdansa denganku."

Kath menatap ragu sebelum dengan perlahan meraih tangan Ethan yang membawanya lebih dekat ke arah para pemain musik dan mulai berdansa.

Lingkaran tangan Ethan di pingganya menariknya merapat saat dia juga harus menyimpan kedua tangannya di bahu Ethan melingkar di leher pria itu.

Gerakan kaki yang mengikuti musik mellow romantis membuat Kath tiba-tiba terhanyut dalam dekapan Ethan. Begitu pun Ethan yang hanya melihat Kath seolah dunianya hanya berpusat pada wanita di depannya.

Tatapan keduanya menyatu di udara dengan perasaan yang belum terungkapkan. Berharap tali yang mengikat akhirnya membawa perasaan yang tanpa di ketahui sudah tumbuh di hati masing-masing.

....

Di sisi lain seorang wanita hanya mampu menatap kedua orang yang kini tengah asik berdansa dengan tajam. Matanya memerah. Rasa sakit dan merasa terhina muncul di hatinya.

Serena mengepalkan tangannya erat menahan gejolak amarah di hatinya.

"Sudah saya bilang restoran sudah di pesan, Nona. Kau tidak bisa masuk." Seorang pelayan kembali memberi peringatan, setelah sebelumnya dia memaksa masuk dan tak percaya jika ada yang memesan hanya untuk satu orang saja. Dan lihatlah dia jadi melihat mantan suaminya lah yang menyewa satu restoran penuh demi wanita simpanannya, Kath.

Sialan, dia terlalu meremehkan jalang itu. Beraninya Ethan menceraikannya hanya demi wanita murahan seperti Kath yang jelas tak sebanding dengannya.