NovelToon NovelToon
Beyond The Realm Of Gods

Beyond The Realm Of Gods

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ketika Li Yun terbangun, ia mendapati dirinya berada di dunia kultivator timur — dunia penuh dewa, iblis, dan kekuatan tak terbayangkan.
Sayangnya, tidak seperti para tokoh transmigrasi lain, ia tidak memiliki sistem, tidak bisa berkultivasi, dan tidak punya akar spiritual.
Di dunia yang memuja kekuatan, ia hanyalah sampah tanpa masa depan.

Namun tanpa ia sadari, setiap langkah kecilnya, setiap goresan kuas, dan setiap masakannya…
menggetarkan langit, menundukkan para dewa, dan mengguncang seluruh alam semesta.

Dia berpikir dirinya lemah—
padahal seluruh dunia bergetar hanya karena napasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 — “Ketika Sampah Menantang Dunia”

Angin malam berembus pelan ketika Li Yun keluar dari rumah membawa baki kecil berisi camilan. Aroma anggur surgawi dari barrel di belakang masih menggantung tipis di udara, membuat seluruh halaman terasa damai… sampai suara gaduh dari luar menerobos ketenangan itu.

DUM! DUM! DUM!

Derap kaki kasar, tawa bengis, dan ocehan tak sedap seketika memenuhi depan kediaman.

Li Yun mengerutkan kening.

“Apa lagi ini…”

Saat dia dan Xiao Zhen keluar, pemandangan yang muncul membuat jantung Li Yun nyaris turun ke perut.

Lebih dari dua puluh orang berdiri bergerombol di depan pagar kayu sederhana. Semua berpenampilan seperti bandit gunung: tubuh penuh tato, dada telanjang meski cuaca dingin, wajah garang mirip bandit dalam film murahan.

Pemimpin mereka, pria bertato naga merah yang menjalar dari dada ke lengan, mengetuk-ngetuk kapak besar di bahunya. Senyumnya bengis—dan bodoh.

“Hahaha! Tak salah lagi! Bau itu berasal dari sini!” serunya sambil menarik napas panjang.

“Alkohol surga! Barang mahal! Ini jackpot!”

Anak buahnya tertawa gaduh.

“Orang bodoh mana yang tinggal di tengah hutan begini! Hahaha!”

“Pasti gampang dirampok!”

“Kita pasti kaya raya hari ini!”

Li Yun berdiri di ambang pintu, wajah kaku. Dalam hati dia menangis.

Sial… ini kenapa tiap hari malapetaka mampir? Aku cuma ingin hidup damai, kenapa selalu begini?

Salahku tinggal di hutan, salahku hidup tanpa tetangga… hidupku… kok begini amat ya?

Dia melirik Xiao Zhen.

Kultivator pengembara ini… wajahnya dingin sih, tapi masa iya dia bisa ngalahin jumlah sebanyak itu? Jangan-jangan… mati konyol nanti…apalagi nih orang agak sengklek, benar benar tidak mungkin bisa diandalkan....

Pemimpin bandit melangkah maju dengan penuh keangkuhan.

“WOI! Kau pemilik tempat gubuk ini!?”

Li Yun tersentak. “Ah—iya. Benar. Ada apa… tuan-tuan?”

Tawa pecah.

“Hahaha! Lihat dia ketakutan!”

“Bos! Bener kata kau! Dia bahkan nggak punya aura kultivasi!”

“Hahaha! Dia sampah! Sampah sejati!”

Li Yun hanya diam.

…ini sakit juga ya. Bahkan kalau aku sudah nerima nasibku, dihina begini tetap perih bro…

Di belakang, Baal menggeram rendah. Bulu halus di tubuhnya berdiri.

Pohon Nirvana bergetar pelan, seakan menahan amarah.

Naga air dalam kolam menegakkan tubuhnya, matanya bersinar tajam.

Bahkan tanaman dan hewan kecil di halaman itu ingin membantai para bandit.

Xiao Bao keluar, memeluk kaki Li Yun erat-erat.

“Papa! Mereka orang jahat!”

Li Yun panik. “Xiao Bao! Masuk! Cepat!”

Tapi sudah terlambat.

“Hoh? Gadis kecil cantik."

“Harganya pasti mahal.”

“Hahaha! Kita tambah kaya!”

Li Yun mengepalkan tangan, tubuhnya gemetar. Dia menarik Xiao Bao ke belakang.

“Jika kalian ingin harta, ambil semuanya. Tapi… kalau kalian ingin putriku… kalian harus melewati mayatku.”

Semua terdiam.

Li Yun tampak tenang… tapi dalam dirinya kacau balau.

…aku bakal mati sih kalau mereka serius. Tapi… kalau aku bisa ngulur waktu sedikit saja, Xiao Bao mungkin bisa lari. Aku ayah. Dan ayah harus melakukan sesuatu. Meski cuma sampah, setidaknya aku bisa jadi perisai…

Xiao Bao terisak kecil. “Papa…”

Para bandit perlahan tersenyum bengis.

“Bagus. Kalau begitu… bersiaplah mati.”

Li Yun mengambil napas dalam.

Tapi sebelum dia sempat melangkah, Xiao Zhen maju.

“Tuan Li Yun,” katanya pelan, “izinkan saya mengurus keroco ini.”

Li Yun tersentak.

“Tidak! Lebih baik kau lari! Bawa Bao sejauh mungkin! Aku tidak mau kau mati sia-sia!”

Xiao Zhen membeku.

Kemudian… tubuhnya bergetar.

“B-bahkan dalam situasi seperti ini… beliau masih memikirkan diriku… sungguh… sungguh luhur…”

Air mata mengalir di pipinya.

Li Yun mengerjap bingung.

Hah? Nangis? Lah kenapa?

“Tuan Li Yun…” Xiao Zhen memukul dadanya dengan hormat. “Anda… benar-benar… agung. Tak perlu mencemari tangan suci Anda. Biarkan saya, tamu rendahan ini, membalas sedikit kebaikan Anda.”

Li Yun:

APAAN SIH!?

Yang keluar dari mulut Li Yun cuma, “Ah… i-iya… kalau kau yakin…”

Tapi Xiao Zhen sudah maju dan perlakuan menarik pedang tuanya dari sarung pedang lusuhnya.

Para bandit mencibir.

“Hei pengemis! Kau mau mati lebih cepat!?”

“Kau bahkan lebih hina dari orang itu!”

“Hahaha! Pedang rongsok itu bisa apa!?”

Xiao Zhen berhenti lima meter di depan mereka.

Riak udara berubah.

Dia menarik napas pelan.

Mata yang tadi penuh air mata berubah menjadi datar… kosong… buas.

Sosoknya yang lusuh mendadak seperti iblis pedang yang hidup ribuan tahun.

Dia berlutut dalam kuda-kuda rendah.

“Teknik Pedang Gila—Belahan Darah Abadi.”

Tidak ada cahaya.

Tidak ada suara pedang.

Tidak ada gerakan.

Namun udara seakan ditarik… dunia seakan menahan napas.

Lalu—

SWIP—

Siluet pedang tak terlihat melintas begitu cepat sampai waktu seolah berhenti.

Para bandit membeku.

Tak satu pun dari mereka sadar apa yang terjadi.

Seorang bandit mengangkat dagunya.

“Eh? Apa—”

Garis tipis merah muncul di lehernya.

Lalu kepala itu jatuh.

DUP! DUP! DUP!

Satu per satu, kepala berguguran seperti buah jatuh dari pohon.

Darah menyembur ke udara, berputar seperti hujan merah.

Tidak ada teriakan.

Hanya hening mematikan.

Xiao Zhen berdiri dengan wajah jijik.

“Serangga menjijikkan… kalian mengotori halaman suci Tuan Li Yun. Kematian cepat… terlalu baik untuk kalian.”

Dia memasukkan pedangnya kembali ke sarung.

CIK-TAK.

Selesai.

Li Yun berdiri terpaku.

Mulutnya terbuka lebar.

“Lah…udah… beres?…”

Xiao Zhen bahkan tidak bergerak. Tidak ada darah di tubuhnya.

Li Yun hanya bisa menelan ludah.

Sial… aku meremehkan dia. Ini… ini bukan pengembara. Ini pendekar pedang kelas atas!

Di dalam rumah, Baal memeluk Xiao Bao sambil gemetar.

Dalam hati ia berseru,

PUH! Untung aku pura-pura jadi serigala kecil IMUT. Kalau aku ketahuan, orang itu mungkin bakal motong buluku!

Xiao Bao memeluk Baal kuat-kuat. “Puppy… tadi paman itu serem… tapi… keren banget…”

Baal:

Tidak-tidak-tidak! Itu bukan keren, itu MENGERIKAN!

Li Yun akhirnya mengusap wajahnya lelah.

“Astaga… hidupku makin ribet…”

Xiao Zhen berbalik, wajah lembutnya kembali.

“Tuan Li Yun, maaf mengotori halaman Anda dengan darah mereka.”

Li Yun hanya tersenyum canggung.

“…iyaa… gapapa…”

Dalam hati:

gapapa apanya… ini banyak banget mayat… siapa yang bersihin nanti!?

Li Yun belum bergerak dari tempatnya berdiri. Matanya terus menatap punggung Xiao Zhen yang sedang berjalan menuju mayat-mayat bandit untuk dibereskan.

Dalam hati, ia bergumam panjang.

Kalau dipikir-pikir… wajahnya kusut, bajunya lusuh, hidupnya kayak orang yang tiap hari dihadang masalah… pasti capek juga mengembara terus tanpa arah.

Apa mungkin… kalau kubilang halus… dia mau kerja di sini? Lumayan kan buat—ya setidaknya jadi satpam kek, penjaga halaman, anti rampok-rampok begini…

Namun wajah Li Yun langsung mengernyit.

Tapi… apa dia mau? Dia ini kultivator pengembara. Di novel-novel yang kubaca, kultivator tipe begini pasti punya tekad sekuat baja, jiwa bebas, tidak suka terikat, tidak suka diperintah… kalau ditanya kerja, nanti malah tersinggung lagi… duh…

Xiao Zhen yang sedang memeriksa salah satu mayat menoleh karena melihat Li Yun melamun.

“T-tuan Li Yun? Anda kenapa? Apakah… oh! Jika soal mayat mereka, anda tak perlu khawatir! Saya akan membereskan semuanya! Saya akan kuburkan dengan rapi agar tidak mengotori halaman suci Anda!”

Li Yun tersentak. “Ah! Iya bukan begitu, bukan soal itu.”

Xiao Zhen memiringkan kepala, bingung dan sedikit gelisah.

“Tuan… kalau begitu apa yang membuat anda tampak khawatir?”

Li Yun menarik napas kecil sambil mengumpulkan keberanian.

“Begini… aku ingin bertanya… apakah kau tidak lelah menjadi kultivator pengembara?”

—Hening.

Xiao Zhen membeku total.

Seketika kedua matanya membesar, pupilnya bergetar, hawa di sekelilingnya seperti berhenti.

Di dalam hatinya, badai hebat meledak:

APA MAKSUD BELIAU!?

APA BELIAU MENGETAHUI SEGALANYA!?

APAKAH… beliau sedang megujiku!?

Li Yun yang melihat ekspresi itu justru makin bingung.

“Ah! B- bukan begitu maksudku! Aku tidak ingin merusak prinsipmu atau apa pun… cuma… aku pikir, daripada terus berjalan tanpa arah dan melelahkan… bagaimana kalau kau… bekerja di sini?”

Xiao Zhen: “…..”

Li Yun buru-buru menambahkan, takut menyinggung.

“Aku tidak merendahkanmu! Beneran! Aku akan memberimu gaji besar, fasilitas apa pun yang kau butuhkan, makanan cukup, tempat tinggal nyaman, dan kau bisa pakai area halaman sesuka hati…”

Xiao Zhen langsung berkaca-kaca.

Bibirnya bergetar keras.

Wajahnya seperti seseorang yang baru saja mendengar kalimat paling suci di dunia.

T-tidak salah lagi… beliau tahu… beliau tahu bahwa aku lelah dengan kehidupan immortal di dunia atas…

Beliau memahami seluruh perasaan yang kusimpan ratusan tahun… rasa jenuh, rasa terasing, rasa ingin berhenti…

Ternyata beliau melihat semuanya… lebih dalam dari siapapun…

Beliau sungguh sosok agung yang sempurna!

Air mata mengalir deras di pipinya.

Tangan Xiao Zhen gemetar.

Lalu—tanpa peringatan—

BRUK!

Ia bersujud sangat cepat sampai Li Yun kaget setengah mati.

“T-tuan Li Yun!!” suara Xiao Zhen bergetar hebat.

“Saya… saya… dengan rendah hati… mengabdikan hidup saya untuk berada di bawah bimbingan Anda!! Saya tidak pantas… tapi jika Anda memberi kesempatan, saya bersumpah tidak akan mengecewakan Anda seumur hidup saya!”

Li Yun hampir jatuh saking kagetnya.

“WOI—WOI! Bangun! Udah woi! Jangan dramatis gitu!”

Dia buru-buru mencoba menarik pundak Xiao Zhen.

“Maksudku cuma… kerja! Bukan sumpah hidup-mati segala!”

Xiao Zhen tetap bersujud, kedua tangannya gemetar seperti dedaunan tersapu badai.

“Tidak! Kesempatan ini terlalu berharga! Saya… sudah lelah hidup tanpa arah!

Jika Anda mengizinkan saya tinggal… itu artinya Anda sudah mengangkat saya dari jurang kesedihan selama ratusan tahun!

Bagaimana saya bisa tidak bersumpah setia!?”

Li Yun menepuk dahinya.

Astaga… orang ini beneran otaknya kena. Aku cuma nawarin kerja… bukannya mau bikin sekte baru…

Namun sebelum Li Yun bisa bicara, Xiao Zhen sudah bangkit setengah badan, menatapnya penuh api kesungguhan.

“Mulai dari hari ini! Xiao Zhen akan melindungi tempat suci ini dengan seluruh hidup! Bahkan jika ribuan musuh menyerbu, saya akan berdiri paling depan! Saya akan pastikan tidak ada setitik debu pun menyentuh kaki tuan dan nona kecil Xiao Bao!”

Li Yun makin panik.

“WOI! UDAH! Aku cuma… ya ampun…”

Lalu Xiao Zhen berdiri dan berlutut satu kaki sambil menepuk dadanya keras.

“Tuan Li Yun! Terima kasih atas belas kasih ini! Anda sungguh… lebih agung daripada yang pernah saya bayangkan!”

Li Yun hanya bisa mikir dalam hati:

Agung darimana… aku cuma butuh satpam…

Namun melihat betapa serius dan tulusnya Xiao Zhen, Li Yun terdiam.

Ia menghela napas pelan.

Meski kacau… meski berlebihan… niat Xiao Zhen itu… tulus.

“Kau yakin?” tanya Li Yun akhirnya.

Xiao Zhen menatapnya dengan mata penuh tekad yang menyala.

“Saya… seratus persen yakin, tuan!”

Li Yun menggaruk kepala yang tiba-tiba gatal.

“Baiklah… kalau begitu. Kau diterima.”

Detik itu, Xiao Zhen memukul dadanya sekali lagi.

“Saya tidak akan mengizinkan apa pun mengganggu kedamaian tuan dan keluarga!”

Li Yun hanya bisa mengangkat tangan pasrah.

“…oke, oke… tapi tolong jangan sujud-sujud lagi. Serem tau.”

Xiao Zhen berdiri tegap.

Untuk pertama kalinya dalam ratusan tahun, bibirnya terangkat lebar… senyum tulus yang benar-benar berasal dari hati.

Dan tepat saat itu Xiao Bao keluar, memeluk kaki Li Yun sambil menatap Xiao Zhen polos.

“Paman Zhen… apa paman tinggal di sini sekarang?”

Xiao Zhen menatap gadis kecil itu, tubuhnya menegang—langsung bersujud lagi.

“Bolehkah saya!? Nona kecil!?”

Li Yun: “WOI! JANGAN SUJUD LAGI! BARU BILANGIN TADI!!”

Xiao Bao terkekeh.

Baal yang berdiri di sampingnya cuma menatap dengan ekspresi penuh horor dalam hati:

Gawat. Tempat ini kedatangan orang gila tingkat tinggi.

Li Yun memandang ke langit.

Sambil menghela napas panjang, ia bergumam pelan:

“Ya Dewa…kenapa aku merasa kalau ini adalah keputusan yang salah ya…”

1
umar aryo
huahahahaha..... lanjut Thor.....
umar aryo
hahahaa.... baru kali ini baca novel kaya gini... semangat Thor....
RDXA: siap laksanakan💪🔥
total 1 replies
Kirana
true 😂
Davide David
lanjut thor💪💪💪💪
RDXA: siap laksanakan 🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!