Sahara, si arwah penasaran yang sekarang sudah menjadi pendamping keluarga Darmawan masih harus terus berperang melawan para jin dan manusia yang masih ingin mengganggu keluarga itu.
Tapi sekarang dia tidak hanya di temani Rukmini atau Gandra saja, ada dua anaknya yang merupakan algojo yang mendampingi Dimas dan Kania yang terikat perjodohan darah. mereka adalah Argadana dan Anggadana.
Bintang dan Galuh juga masih terus membantu anak anak mereka agar bisa hidup dengan tenang dalam masa penyatuan perjodohan itu.
mampukah Sahara dan kedua anaknya melindungi keluarga Darmawan terutama Dimas dan Kania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tujuan Widuri
"Astagfirullah dia kesurupan" ucap Dimas dan Abidzar
"Hahaha.. Kian pikir bisa mengusir ku! Aku ini adalah penghuni tempat ini sebelum kalian para manusia so suci!" bentak Widuri
Rambutnya sekarang tergerai, tak lagi memakai hijab yang di berikan Zia, dia berdiri di atas bangku di samping asrama para santri perempuan dengan angkuh, matanya putih dan ada garis hitam di mata dan juga bibirnya.
"Kenapa kamu merasukinya?" tanya Adrian
"Aku ingin kamu tersesat Kiai, aku ingin kamu melakukan satu kesalahan dengan menikah lagi dan tidak berbuat adil pada istrimu hingga berakhir dengan perceraian!" jawab Widuri
"Kamu pikir aku manusia lemah? Aku memang bukan manusia sempurna, tapi aku tahu batasanku dalam bersikap dan juga bertindak, karena aku juga tahu Allah SWT menyaksikan setiap apa apa yang aku lakukan" ungkap Adrian
"Tapi tetap saja aku juga melihat sifat sombong pada dirimu Kiai"
"Kesombongan hanya bisa di miliki oleh Allah SWT saja, aku hanya manusia biasa, sama dengan kamu yang di ciptakan oleh Allah SWT" jawab Adrian
"Berisik! aku muak mendengar kata Tuhan itu terucap dari bibir kalian!" umpat Widuri
"Tapi aku tidak pernah muak mengingatkan semua orang kalau Allah SWT itu ada dan juga selalu bersama mereka!" balas Adrian
Dimas melirik ke arah Aryasatya, Soleh dan juga Abidzar, di punya ide untuk meringkus Widuri dari empat sisi, bahkan Dimas sudah meminta mereka bergerak ke setiap sisi Widuri yang masih kerasukan.
"Hati hati nak" ucap Sari pelan
"Dan kamu! Kami katanya adalah istri pemilik pesantren, kenapa kamu begitu pemarah! Kamu sama sekali tidak pantas!" sinis Widuri
"Lalu yang pantas itu yang seperti apa? Yang seperti kamu, ingin menikah dengan suami orang? Yang ada pesantren ini bisa bubar kalau di pimpin perempuan sundel seperti kamu!" sinis Sari tidak takut sama sekali
"Ggggrrrrr"
"Hanya anjing yang menggeram seperti itu, apa kamu seekor anjing?" tanya Sari yang sudah di kode Dimas untuk terus memprovokasi Widuri saat dia lengah.
"Aakhhh dasar manusia lemah! Akan aku hancurkan semua tulang tulang di tubuhmu!" bentak Widuri tak suka. Dia lalu menerjang ke arah Sari tapi Sari berhasil menghindar.
"Hancurkan kalau saat kamu sampai di sini kamu masih bisa tertawa" sinis Sari
Widuri semakin menggeram tidak suka, tangannya terus mencakar cakar rumput yang ada di pekarangan pondok para santri itu, Adrian, Dimas dan Abidzar juga sudah bersiap menolong Widuri hingga....
Grep.
"Lepaskan! Aku tidak mau kalian sentuh, dasar orang orang bodoh!" teriak Widuri saat Dimas berhasil menarik rambutnya agar Widuri bisa mereka pegangi dan tidak lagi mengamuk.
"Abidzar, lakukan sama sama" ucap Adrian dan Abidzar yang mengerti langsung memegang ubun ubun kepala Widuri setelah Widuri di pakaikan kerudung oleh Dimas dan Solah.
"Hhhrrrrr, aaakhhh!"
"Aku tidak mau mendengar kalimat penuh huru hara itu karena sekarang aku sedang fokus padamu wahai setan yang memasuki Widuri! Keluarlah!" Jawab Abidzar ketika Widuri akan mengatakan sesuatu lagi.
"Panasss! Aku kepanasan!" Teriak Widuri terus meronta tapi tenaga Dimas dan Soleh yang memeganginya tidak bisa di lawan Widuri, di tambah di belakangnya juga Aryasatya membantu dengan bacaan Al Qur'an.
Dimas juga tidak tinggal diam, selain terus memegangi tubuh Widuri, dia juga meminta ke dua anaknya untuk membantu mengeluarkan sosok yang sangat menyukai Widuri yang keras kepala dan cuek dengan kebersihan.
"Hei, setan tidak tahu diri! Kalau berniat mengganggu orang tuh jangan cari dan ganggu orang orang yang sudah terpercaya ilmunya, kamu datang pada orang yang salah" ucap Anggadana tepat di depan Widuri yang masih di pegangi.
"Aku tidak akan pergi karena tujuanku adalah membuat rumah tangga pak kiai hancur!" jawab Widuri
Grep.
"Aaakhhh sakit! Kenapa kalian terus menyiksa ku sejak aku masuk ke sini!" teriak Widuri yang sudah mulai di lepaskan pegangannya oleh Dimas atas permintaan Adrian
"A'udzubillahiminasyaitoonirrojim bismillahirrahmanirrahim keluar kamu dari tubuh Widuri!" bentak Adrian menampar Widuri dengan tasbih yang dia bawa, hingga sedetik kemudian Widuri pingsan di asrama santri perempuan dengan keadaan yang sangat memperihatinkan.
"Papa, Kiai tampan Ibunda, dia itu bukan orang biasa, dia adalah orang yang jadi suruhan pemilik tempat hiburan di kampung ini, dia ingin agar pesantren ini ditutup agar tempat hiburannya semakin laris, dia sengaja menabrakkan tubuhnya pada mobil yang Kiai tampan Ibunda miliki" ungkap Argadana
"Jadi Widuri ini adalah orang suruhan dari pemilik diskotik di kampung ini?" tanya Adrian
"Iya, dia ingin buat tempat yang besar tapi terhalang olah adanya pesantren ini' jawab Anggadana
Adrian tahu sekarang apa yang harus dia lakukan, dia akan menemui aparat yang bertugas, tapi sebelum itu dia sudah menelpon kelompok miliknya untuk mencari bukti transaksi ataupun chat antara Widuri dengan pemilik diskotik di sana agar Adrian bisa langsung meringkus si pemilik diskotik itu supaya tempatnya bisa di tutup dan tidak lagi banyak anak remaja jadi korban pergaulan bebas.
"Sekarang kamu ketahuan Widuri, pantas saja kamu begitu ngotot ingin di Nikahi Abah Adrian" ucap Dimas
"Dia pasti di manfaatkan untuk tujuan mereka, aku lihat Widuri bukan orang miskin ko" ucap Abidzar yakin
Zia dan Sari membantu membawa Widuri kembali ke dalam asrama, mereka mengganti pakaian Widuri dan mengobati luka yang ada di tangannya karena terus mencakar tanah saat dia kerasukan.
"Argadana, usir setan yang merasuki Widuri, jangan sampai setan itu mengganggu santri yang lain di sini" bisik Dimas
"Baik papa"
"Apakan setan itu berbahaya?" tanya Dimas karena mendengar saat pertama kerasukan, setan itu mengatakan kalau dia adalah penghuni pesantren di sana.
"Tidak papa, dia hanya sosok penipu, sama seperti perempuan ini, dia penuh kebohongan karena ingin agar orang orang ketakutan" jawab Anggadana
"Kalau begitu urus tempat ini, kalau perlu kalian urus juga orang yang sudah berani membuat Kiai Abah harus repot repot turun tangan mengurus masalah ini, apalagi kita akan pulang besok, jangan sampai kita meninggalkan masalah di sini" perintah Dimas
"Siapa papa" Jawab keduanya pergi dengan senang hati karena memang mereka merasa bosan di sana, ingin bermain sesuatu yang menurut mereka menyenangkan.
"Kak Dimas bicara dengan siapa?" tanya Kania heran karena Dimas sejak tadi seperti berbicara dengan seseorang
"Anak anak kita, mereka akan melakukan tugas mereka sebagai algojo kita" jawab Dimas
"Anak kita?" keget Kania karena dia merasa tidak memiliki anak
"Anak Sahara, mereka memanggil aku dan kamu papa dan mama" jawab Dimas dan Kania mulai faham.