NovelToon NovelToon
Mimpi Aqila

Mimpi Aqila

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda
Popularitas:321
Nilai: 5
Nama Author: Ai_va

" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?

Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keinginan Aqila

Langit masih gelap ketika Aqila terbangun dari tidurnya. Aqila mengikat rambut panjangnya ke atas dan menuju ke dapur. Di bukannya kulkas tempat ibunya biasa menyimpan bahan-bahan makanan. Dilihatnya ada tahu dan tempe serta sayur kangkung. Dengan cekatan Aqila membuat oseng kangkung dan menggoreng tahu serta tempe. Setelah itu dia mengemas ke dalam kotak bekal. Tepat pukul enam, Aqila sudah bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Hari ini Aqila izin tidak masuk sekolah. Setelah mengunci pintu pagar, seorang lelaki paruh bayah menghampiri Aqila.

" Dengan non Aqila ya ?"

" I..iya ... siapa ya?"

" Saya Husein. Sopir yang bekerja dengan Pak Abizam. Saya diminta untuk mengantarkan non Aqila."

Aqila mengerutkan keningnya. Karena tidak ada pemberitahuan dari Abizam. Aqila kemudian membuka handphone pemberian Abizam yang ada pesan masuk.

" Pak Husein yang akan antar kamu kemana pun. Jadi pergi dengan Pak Husein."

Aqila pun akhirnya mengikuti Pak Husein.

" Mau kemana Non?"

" Ke rumah sakit Harapan Kasih pak."

" Baik non."

Dengan di antarkan oleh pak husein. Akhirnya Aqila sampai di rumah sakit.

" Saya tunggu disini ya non. Kalau non butuh sesuatu saya disini."

" Baik pak. Terima kasih."

" Sama-sama non."

Aqila berada di lobi rumah sakit. Dia menghubungi kakaknya dulu untuk mengetahui kamar tempat mereka berada.

" Kakak jemput kamu, tunggu saja di lobi."

" Apa kakak nggak apa-apa? Kaki kakak...."

" Jangan khawatir. Kaki kakak harus banyak di gerakkan juga ."

Aqila mengalihkan pandangannya ke arah orang yang ada di lobi rumah sakit. Agak lama menunggu sampai akhirnya Aqila melihat Alvino kakaknya yang berjalan dengan tongkat penyangga nya.

" Kak..."

" Kamu nggak masuk sekolah hari ini?"

" Qila izin hari ini kak. Qila di sekolah pun juga nggak tenang kalau kepikiran ibu."

" Kan ada kakak dan ayah disini. Kamu nggak perlu khawatir."

" Nggak apa-apa kak. Izin sehari nggak akan bikin nilai Qila anjlok kok."

Alvino mengacak-acak rambut adiknya. Mereka berjalan menuju lift dan berhenti di lantai sebelas. Aqila mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang terkesan mewah. Kemudian mereka masuk ke dalam kamar yang cukup luas. Ayah Aqila baru saja membersihkan diri di kamar mandi.

" Kamu nggak sekolah Qila?"

" Qila izin satu hari ini saja Yah."

" Iya udah. Nggak apa-apa."

" Ibu kapan di pindah ke kamar ini Yah?"

" Katanya siang baru dipindah kesini."

Aqila membuka satu persatu kotak bekalnya dan menyiapkan untuk ayah dan kakaknya. Ayah dan kakaknya pun menyantap bekal yang di bawa Aqila.

" Kamu sudah makan Qila?"

" Sudah yah. Tadi di rumah."

Ayah Aqila pun melanjutkan makannya.

" Ada yang Qila mau bicarakan dengan kakak dan ayah."

" Ada apa ?"

Ayah Aqila meletakkan sendok dan kotak bekal yang sudah kosong. Begitu juga dengan kakaknya.

" Tentang biaya operasi ibu. Semalam om Abizam yang membayar semuanya.

" Ayah dan kakak mu juga sudah menduga demikian. Apa ini terkait kamu sudah membantu menemukan anaknya?"

" Qila juga kurang tahu Yah. Tapi semalam Om Abizam menawarkan sesuatu kepada Qila."

" Menawarkan apa?"

Suara ayah Qila terdengar kurang enak didengar.

" Om Abi mau membiayai kebutuhan Qila. Kuliah Qila sampai lulus, asal Qila ...... Asal Qila mau menikah dengan Om Abi."

Ayah dan kakak Aqila terdiam. Rahang ayah Aqila terlihat mengeras.

" Yah ...."

" Aqila mau kok menikah dengan Om Abi."

" Qila ...."

" Usianya bahkan lebih tua dari kakak."

" Tapi Om Abi baik sama Aqila. Anaknya juga Qila suka."

" Ayah nggak mau ada berita diluar sana kalau Ayah menjual anaknya untuk menikah dengan lelaki kaya."

" Nggak akan ada Yah. Pernikahan kami akan diselenggarakan secara tertutup. Dan hanya anggota keluarga aja yang tau. Sampai usia Qila memasuki usia yang pas untuk menikah."

" Tapi Qila......"

" Qila nggak pernah merasa terpaksa. Qila yakin Om Abi orang yang baik."

" Biarkan ayah berfikir. Ayah takut salah langkah."

" Iya yah."

Menjelang siang hari ibu Aqila di bawa ke ruang rawat inapnya. Aqila bisa melihat begitu banyak alat yang menempel di tubuh ibunya. Kepalanya di perban warna putih dan wajah ibunya terlihat memucat. Aqila mendekati ibunya dan memegang tangannya yang bebas dari selang infus.

" Ibu...."

" Keadaan pasien sudah stabil. Kita tunggu saja sampai sadar."

" Terima kasih dokter."

Saat dokter yang menangani ibu Aqila keluar, seorang anak kecil mengintip dari balik pintu.

" Kakak......"

Aqila menoleh ke arah asal suara dan sejurus kemudian Aqila menyunggingkan senyumannya. Aqila pun menghampiri anak yang mengenakan seragam sekolah itu dan mengajaknya keluar.

" Sama siapa kamu kesini?"

Anak kecil itu menunjuk ke arah belakang Aqila sambil menyunggingkan senyumnya dimana disana ada Abizam yang membawa beberapa bungkus makanan. Abizam menyerahkan bungkusan makanan kepada Aqila.

" Untuk ayah dan kakak mu."

" Terima kasih om."

Pintu kamar rawat inap ibu Aqila di buka dan sosok ayah Aqila keluar dari sana.

" Bisa saya berbicara dengan anda?"

" Bisa. Tolong suapi Leon. Dia belum makan siang."

" Baik om."

ayah Aqila mengajak Abizam berjalan keluar. Aqila mengajak Leon masuk ke ruang rawat inap ibunya. Lalu kemudian membuka semua bungkusan makanan.

" Kamu makan yang apa?"

" Yang sama telur kak."

" Ini ada ayam sama semur daging kamu nggak mau?"

" Leon nggak suka ayam dan daging. Leon nggak suka kalau nyangkut di gigi."

Aqila terkekeh mendengar jawaban Leon yang polos. Dengan telaten Aqila menyuapi Leon. Sementara itu di taman, ayah Aqila dan Abizam masih dalam keheningan dan pemikiran masing-masing.

" Saya sudah mendengar dari Aqila."

" Iya. Bagaimana menurut anda?"

" Sebagai seorang ayah, saya sangat menginginkan seseorang yang sempurna untuk anak saya."

" Jadi anda menolak saya?" Suara Abi terdengar dan tidak suka.

" Saya ingin menolaknya. Tetapi anak saya tidak keberatan dengan tawaran anda. Apa saya ayah yang jahat karena menikahkan anak saya dengan seorang yang usianya selisih jauh di atasnya dan bahkan dia sudah mempunyai anak satu ?"

" Kalau anda khawatir dengan nama baik, jangan khawatir kan itu. Kami akan menikah dengan tertutup."

" Bukan tentang nama baik. Tapi tenang kebahagiaan. Mereka yang menikah atas nama cinta saja bisa berpisah, apalagi dengan kalian yang menikah karena saling membutuhkan."

" Anda bisa percaya kepada saya, anak anda akan berada di tangan yang tepat."

Ayah Aqila menghela nafas sebentar dan melanjutkan ucapannya.

" Saya akan mengizinkan anak saya menikah dengan anda. Tetapi suatu saat nanti kalau anda menemukan orang yang anda cintai, tolong kembalikan Aqila dengan baik-baik kepada saya. Sebagaimana anda meminta baik-baik kepada saya hari ini. Dia adalah anak yang baik. Kebanggaan saya dan keluarga. Kami memperlakukan Aqila dengan sangat baik. Saya mohon dengan kerendahan hati saya, tolong jaga Aqila dengan baik juga."

" Anda jangan khawatir akan hal itu. Kebahagiaan Aqila akan menjadi kebahagiaan saya juga nantinya."

Tidak ada yang harus di bicarakan lagi, mereka pun kembali ke kamar inap Ibu Aqila. Pemandangan yang indah tertangkap di mata Abizam saat melihat Aqila dan Leon tidur berpelukan di ranjang yang di gunakan untuk menjaga pasien. Senyum tersungging di bibir Abizam. Perasaannya menghangat saat itu. Mereka melihat ke arah ranjang pasien dimana ibu Aqila perlahan membuka matanya.

Ayah Aqila dan Alvino mendekati ranjang pasien.

" Bu.... Ibu nggak apa-apa?"

" Ayah ....."

" Alvi panggilkan dokter."

Mendengar ada keributan kecil, Aqila membuka matanya dan melihat ibunya yang sudah sadar. Aqila pun menghampiri ibunya.

" Ibu......"

Air mata kelegaan mengalir dari kedua pelupuk mata Aqila. Aqila tidak dapat membayangkan nyaris saja dia kehilangan ibunya semalam andai tidak bisa mendapatkan biaya operasi ibunya.

" Qila....."

Ibunya menatap sendu kearah Aqila. Seorang dokter masuk ke dalam ruang inap ibu Aqila dan memeriksa keadaan ibu Aqila.

" Pasien sudah stabil. Jangan terlalu banyak bergerak dan jangan terlalu banyak beban pikiran juga."

" Baik dok. Terima kasih."

1
luisuriel azuara
Bagus banget, semoga mendapat banyak pujian dan dukungan!
Tri Wahyuni: makasih kak 🙏
total 1 replies
María Paula
Characternya bikin terikat! 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!