Naolin Farah Adyawarman, gadis berusia delapan belas tahun yang baru menyelesaikan pendidikan SMA-nya.
Tidak ada yang istimewa dari hidup Naolin, bahkan dia hampir tidak pernah melihat dunia luar.
Karena Naolin adalah anak yang harus disembunyikan, dari khalayak luas. Sebab Naolin adalah anak har*m, sang Papi kandung dengan entah siapa Mami kandungnya.
Hal itu terjadi karena Naolin, diberikan secara sukarela oleh Mami kandungnya yang merupakam gund*k, dari Papinya.
Menurut cerita keluarga Papi, Mami kandungnya Naolin ingin hidup bebas dan belum siap memiliki anak.
Tapi entahlah itu benar atau tidak. Yang jelas, keputusan Maminya itu justru menjerumuskan Naolin ke lembah kesengsaraan!
Karena Naolin akhirnya hidup dengan Mama dan Kakak tiri yang jah*t. Sementara Papi kandungnya selalu berusaha untuk tutup mata, karena katanya merasa bersalah sempat menduakan sang istri sah.
Tapi saat Naolin telah menyelesaikan SMA-nya secara homeschooling, dia dibebaskan dari rumah yang iba
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss D.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Aku mengangguk, dan ingin bertanya lagi. Tapi sebuah mobil yang fotonya sudah dikirimkan oleh Zawiyah, tampak berhenti di depan kostan itu.
Benar saja, Ibu Julia turun dari mobil mewah tersebut dengan dandanannya yang sangat heboh sekali!
Waahh, apa dia tidak takut kena rampok ya? Karena perhiasan branded yang dipakai, sampai banyak seperti itu!
"Nah, itu Ibu Julia pemilik kostan ini. Kalau Kakak mau tinggal di kostan itu, langsung saja bilang pada Ibu Julia. Beliau baik kok, sering traktir anak kostnya makan di warung ini," jawab Mas pelayan.
"Oke, tolong pesanan aku tetap dibuatkan ya Mas. Karena aku mau tanya-tanya dulu, pada Ibu Julia," ucapku.
"Iya Kak, silahkan."
Aku langsung mengejar Ibu Julia, yang tampak sudah mau membuka gerbang kostnya.
Tapi aku buka penyamaranku, karena ...
"Permisi, Ibu Julia yang pemilik kost ini ya?" tanyaku.
Ibu Julia langsung berbalik, dan dia menatapku dengan tatapan sangat suka sekali. Aku juga memberikan senyuman termanis, untuk Ibu Julia.
"Ya, saya Ibu Julia pemilik kostan ini. Kamu cantik sekali, mau jadi salah satu penghuni kost ini ya?"
"Iya, kalau diperbolehkan. Karena kostan ini bagus sekali, dan dekat dengan sekolah aku. Bolehkan Ibu Julia? Oh iya, perkenalkan aku Maura," tanyaku.
"Tentu saja boleh, karena kebetulan ada anak yang baru keluar kostan. Kalau kamu mau lihat-lihat dulu, sangat boleh sekali," jawab Ibu Julia ramah.
Aku mengangguk, dan langsung diajak masuk oleh Ibu Julia. Ternyata parkiran di depannya luas, dan masih banyak lebihnya walaupun mobilku sudah terparkir.
"Luas ya parkirannya Bu Julia. Soalnya aku bawa mobil sendiri, jadi sepertinya akan mudah untuk tempat parkir," pujiku.
"Ohhh, pasti itu. Kalau kamu mau, nanti akan Ibu pasangkan kanopi sampai ke ujung sana. Karena anak-anak kost yang sekarang, kebanyakan tidak memiliki kendaraan pribadi."
"Kalaupun ada, paling hanya motor dan sepeda saja. Tapi kalau kamu punya mobil, pasti akan Ibu pasangkan kanopi. Agar mobil kamu tidak akan kepanasan dan kehujanan," jawab Ibu Julia.
Aku mengangguk senang mendengarnya, karena sepertinya Ibu Julia sudah masuk ke perangkapku.
Lalu aku diajak memasuki kostan, yang ternyata sangat bersih. Bahkan tersedia dua buah dispenser, di setiap lantainya.
Dispenser yang dipakai juga bagus, karena model terbaru yang pasang galonnya di bagian bawah. Bisa air panas dan air es juga, pokoknya untuk harga lima ratus ribu perbulan sangat tidak cocok.
"Nah, ini bagian dapurnya. Di setiap lantai, pasti akan ada dapur bersama. Ibu menyediakan kompor, tabung gas dua belas kilogram, kulkas, oven, dan beberapa peralatan memasak lainnya."
"Jadi kalian bebas berkreasi ya, mau masak apa supaya tidak bosan. Lalu sesekali, Ibu juga akan mentraktir anak-anak kost makan di luar. Paling tidak, makan di warmindo yang ada di depan itu."
Aku menganggukkan kepala, dan sebenarnya terpukau dengan dapur indah ini. Sebab dibuat modern, dan cantik sekali. Dan pastinya, sangat tidak cocok dengan harga murah sewa kost ini.
"Ibu juga menyediakan aneka minuman sachet, makanan instan dan aneka makanan beku. Karena Ibu paham sekali, kebanyakan anak-anak yang kost di sini uang jajannya pas-pasan."
Aku benar-benar dibuat takjub, dengan semua hal yang disediakan oleh Ibu Julia. Karena sepertinya dia menyediakan semua fasilitas ini, sudah sepuluh juta. Karena ...
"Mulai bulan kemarin, Ibu sudah berjanji akan membayarkan listrik anak-anak. Jadi kalau kamu mau masuk, akan Ibu pasangkan AC. Mau nggak?"
"Apa uang kost lima ratus ribu satu bulan, benar-benar cukup Ibu? Karena pasang AC, kan mahal listriknya. Sementara aku maunya uang kost, tidak mengalami kenaikan," tanyaku, berpura-pura ragu.
"Tentu saja tidak akan ada kenaikan harga uang kost. Malah ya Maura, Ibu sudah menambah toilet lagi di setiap lantainya. Jadi ada dua, supaya kalian tidak perlu mengantri terlalu lama. Kan bisa terlambat, kalau ada yang kesiangan," jawab Ibu Julia.
Aku berpura-pura lega, dan akhirnya Ibu Julia mengajakku ke kamar kosong yang berada di lantai tiga.
"Nah, ini kamar yang kosong itu. Bagaimana, kamu pasti suka kan?" tanya Ibu Julia, setelah membukakan pintu kamar kost.
Aku mengangguk, karena kamarnya cukup luas. Sudah ada meja belajar, lemari pakaian, tempat tidur single bed, dan diberikan karpet juga kalau mau duduk di lantai.
"Aku mau Bu Julia. Kapan ya aku bisa mulai masuk ke kost ini?" tanyaku.
"Dua hari lagi ya Maura, karena Ibu kan mau pasang AC, dan kanopi untuk mobil kamu. Nggak apa kan?" tanya Ibu Julia.
"Boleh Ibu, apa harus aku bayar sekarang?"
"Nggak usah, kamu akan Ibu kasih gratis satu bulan. Karena kamu spesial sekali," jawab Ibu Julia bersemangat.
Aku tersenyum, dan langsung pamit setelah itu. Tapi saat Ibu Julia lengah, aku letakkan sebuah kamera berbentuk kancing baju di sudut meja belajar.
Saat aku kembali ke warmindo, ternyata semua pesananku sudah selesai dibuat. Jadi aku langsung menyantapnya.
"Ohhh, puding telur itu artinya telur rebus setengah matang," ucapku, saat melihat isi dalam gelas.
Karena katanya puding telur enak dimakan dengan mie Bangladesh, jadi aku campurkan ke mie.
Saat aku coba, ternyata sangat enak sekali. Aku akan cari tutorial cara membuatnya, karena aku sangat suka.
Selesai makan dan membayar, aku langsung kembali lagi ke rumah. Karena baru dua hari lagi, bisa pindah ke kost milik Ibu Julia.
Sesampainya di rumah aku langsung melihat di laptop, karena kameranya pasti sudah merekam sesuatu kan?
Ternyata benar, begitu aku keluar kamar langsung Ibu Julia terlihat duduk di atas tempat tidur dan mengambil handphone dari dalam tasnya.
Lalu Ibu Julia tampak menelpon seseorang. Untung suaranya ikut terekam, walaupun tidak terlalu besar. Tapi tetap terdengar baik, saat aku memakai headphone.
"Hallo, Pak Hanafi. Bagaimana kabarnya Pak?"
Tapi sayang sekali Ibu Julia tidak memakai mode loudspeaker, jadi aku tidak bisa mendengar jawaban dari seseorang bernama Pak Hanafi itu.
"Iya, si Wahyuni kan meninggal dunia saat saya paksa aborsi. Dia juga tidak sadar kok, saat saya bawa ke dokter Glen. Tapi ternyata Wahyuni mengalami pendar*han, hebat, sampai akhirnya tidak berhasil diselamatkan."
"Saya kembalikan ke orang tuanya di kampung halamannya. Tapi saya bilangnya Wahyuni kena sakit lambung, karena suka menahan lapar. Orang tuanya juga bod*h, jadi percaya saja saat saya bilang seperti itu."
"Mereka malah merasa bersalah, karena katanya terlalu memaksakan anaknya untuk kuliah. Padahal uang mereka sedikit, jadinya si anak terpaksa memangkas uang makan."
"Untung deh, jadi bisnis kita akan terus aman. Sebab semua anak-anak yang kost di sini, orang tuanya modelan seperti itu."
Lalu Ibu Julia diam lagi, karena sedang mendengarkan orang yang beliau telepon tengah berbicara.
Setelah itu aku tersenyum, karena Ibu Julia akhirnya mulai membicarakan tentang ...