#Kenakalan Remaja.
Bayu, seorang remaja yang sedang dalam proses pencarian jati diri. Emosinya yang masih labil, membuat ia mudah tersulut emosi dan juga mudah terhasut.
Suatu malam, Bayu pulang dalam keadaan mabuk. Sang ayah yang kecewa dan marah, tanpa sadar memukulinya.
Termakan hasutan tetangga, Bayu tega melaporkan ayahnya dengan tuduhan kekerasan anak. Hubungan ayah dan anak yang sebelumnya sudah goyah, menjadi semakin buruk. Namun, pertemuannya dengan seorang gadis sedikit membuka mata hatinya.
Sebuah rahasia besar terungkap ketika ibunya pulang kembali ke kampung halaman setelah dua tahun menjadi TKW di luar negeri.
Apa rahasia besar itu?
Mampukah rahasia itu menyatukan kembali hubungan ayah dan anak yang terlanjur renggang?
Ikuti kisah selengkapnya dalam 👇👇👇
MAAFKAN AKU, AYAH
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Nilai memuaskan
.
Bayu tersenyum meskipun masih ragu. Dia benar-benar berharap ucapan Riana menjadi kenyataan. Setelah semua kesalahan di masa lalu, dia sangat ingin membuktikan bahwa dia bisa berubah menjadi orang yang lebih baik – mulai dari nilai sekolah yang membaik.
.
Seminggu telah berlalu sejak mereka melewati ujian yang mendebarkan. Setiap hari terasa seperti siksaan, dipenuhi dengan kecemasan dan harapan yang bercampur aduk. Hari ini adalah hari yang dinanti sekaligus ditakuti. Perolehan nilai dari hasil ujian mereka akan diumumkan.
Suasana di sekolah terasa lebih tegang dari biasanya. Para siswa berkumpul di papan pengumuman, berdesak-desakan untuk melihat hasil jerih payah mereka selama ini.
Bayu berdiri di belakang kerumunan, tidak berani mendekat. Ia merasa takut dan tidak yakin dengan hasilnya. Ia merasa telah berusaha maksimal. Namun, tetap saja ia merasa takut jika usahanya selama ini sia-sia. Ia takut jika nilainya masih buruk dan hal itu akan mengecewakan ayah dan ibunya.
Riana, yang berdiri di sampingnya, menepuk pundak sahabatnya agar tidak terlalu tegang. "Ayo, Bay. Kamu nggak pengen lihat hasil ujian kamu?” tanya Riana setelah kerumunan mereda.
Bayu menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk. Ia mengikuti Riana mendekat ke arah papan pengumuman, hingga akhirnya mereka menemukan lembaran-lembaran kertas yang ditempel di papan berwarna hitam.
Mereka berdua mencari nama Bayu di antara ratusan nama siswa lainnya. Jantung Bayu berdebar kencang saat matanya menemukan namanya di daftar nilai kelas 11 B.
Ia menutup matanya sejenak, lalu membukanya kembali. Ia melihat angka-angka yang tertera di samping namanya dengan tatapan nanar.
Riana, yang berdiri di sampingnya, berteriak kegirangan. "Bay, kamu berhasil! Nilai kamu sudah naik dari ujian tengah semester kemarin!"
Bayu terkejut mendengar teriakan Riana. Ia menatap Riana dengan tatapan bingung.
"Lihat ini!" Riana menunjuk angka-angka di samping nama Bayu. "Matematika kamu dapat 75! Fisika 70! Kimia 75! Dan lihat untuk mapel lain juga semuanya di atas KKM!"
Bayu mengangguk. Iya juga melihat daftar angka-angka itu. "Ini... ini benar," ucap Bayu dengan suara bergetar. Nilainya memang di atas KKM, tapi, entah kenapa ia merasa tidak puas.
Riana mengangguk dengan semangat. Namun, sesaat kemudian ia merasa Bayu sedang tidak baik-baik saja. “Kamu kenapa,” tanyanya.
Bayu menggelengkan kepala. “Nggak papa, aku senang nilaiku nggak tiarap lagi," jawabnya. Matanya menatap nanar ke arah nilai milik Riana. Hampir sempurna. Dan itu membuatnya merasa iri sekaligus sedih.
Riana yang mengerti arah pandang Bayu menepuk pundak sahabatnya. "Kamu tidak puas dengan nilai kamu sendiri,” tanya Riana. Sambil menatap wajah sahabatnya itu dan mendapati sahabat yang mengangguk.
“Seharusnya kamu merasa senang. Walaupun nilaimu masih belum bisa kembali seperti sebelumnya, tapi setidaknya ini sudah kemajuan, dan kemajuanmu ini bisa dibilang luar biasa." Riana mencoba memberikan semangat pada sahabatnya. Mungkin karena dulu Bayu terbiasa dengan nilai 90 plus. Kini ketika nilainya hanya rata-rata 70 lebih sedikit Bayu merasa tidak puas.
Baju mengangguk. “Aku tahu," jawabnya. “Lagi pula semua itu karena kesalahanku sendiri. Aku sendiri yang telah membuat nilaiku menjadi jeblok."
“Masih ada waktu satu tahun. Nanti di kelas 3 kamu memiliki kesempatan untuk membuat nilaimu kembali seperti semula. Aku akan menunggu untuk melihatmu kembali menjadi juara. Jadikan kegagalan kali ini sebagai pemacu semangat dalam dirimu."
"Kamu benar!” Bayu kembali penuh dengan semangat. "Dan aku harus bisa.”
*
Dengan langkah kaki dan hati yang lebih ringan, Bayu mengendarai sepeda motornya menuju rumahnya. Ia tidak sabar untuk menceritakan kabar baik ini kepada kedua orang tuanya.
Sesampainya di rumah, Bayu melihat ayahnya, Pak Ahmad, sedang duduk di teras sambil membersihkan gerobak nasi gorengnya.
"Ayah!" seru Bayu, dengan semangat. "Aku punya kabar baik!"
Pak Ahmad mendongak, menatap putranya dengan tatapan bingung. "O, ya? Kabar baik apa?"
Bayu mendekat dan langsung memeluk ayahnya erat-erat. "Nilai ujianku sudah nggak tiarap lagi kayak kemarin," ucap Bayu dengan penuh semangat.
Pak Ahmad senang mendengar ucapan Bayu. Ia serta merta memeluk putranya dan menepuk-nepuk punggung anak itu.
"Benarkah itu, Nak?" Ucap Pak Ahmad, dengan mata berbinar. Ahmad tersenyum lebar, air matanya mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia merasa sangat bangga dengan putranya. Bayu telah berusaha keras untuk memperbaiki dirinya. Dan kini telah menunjukkan hasil yang bagus.
"Alhamdulillah," ucap Pak Ahmad, dengan suara bergetar. "Ayah bangga sama kamu, Nak. Kamu memang anak yang hebat."
Bayu memeluk ayahnya sekali lagi. "Makasih, Yah," ucap Bayu, dengan suara haru. "Tapi…” Bayu menjeda ucapannya dan menatap sendu wajah ayahnya.
“Ada apa, Yu?" tanya pak Ahmad yang melihat wajah anaknya tak terlalu bahagia.
“Nilai Bayu masih belum bisa seperti waktu kelas 10, Yah. Cuma rata-rata 7.” jawab Bayu mengutarakan kekecewaannya. Bersiap menerima jika ayahnya kecewa atau marah.
“Ayah kira apa," ucap pak Ahmad tersenyum dan menepuk pundak anaknya. “Bagi Ayah, kamu sudah kembali seperti sekarang, Ayah sudah bahagia. Nilai bisa diperbaiki asal kamu terus berusaha.”
"Ayah tidak marah?” tanya Bayu dengan mata berbinar.
Pak Ahmad menggelengkan kepala. "Kenapa Ayah harus marah? Sebaliknya, Ayah sangat bangga padamu. Kamu bisa menunjukkan kalau kamu bisa berubah dan menjadi lebih baik. Setiap orang pernah melakukan kesalahan, dan setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah.”
"Terima kasih, Yah!" Bayu secara spontan memeluk ayahnya.
Pak Ahmad membalas pelukan putranya dengan erat. "Ayah akan selalu mendukungmu, terima kasih telah kembali menjadi anak yang ayah dan ibu harapkan."
Setelah beberapa saat berpelukan, Bayu melepaskan pelukannya dan mengajak ayahnya untuk masuk ke dalam rumah. Ia ingin menceritakan semua kabar baik ini kepada ibunya juga.
Bayu mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Ia mencari nama ibunya di daftar kontak.
"Aku telepon Ibu dulu, ya, Yah," ucap Bayu, sambil menekan tombol panggil. Pak Ahmad yang melihat itu tersenyum seraya menggelengkan kepala. Secepat itu mood anaknya berubah.
Bayu mendekatkan ponselnya ke telinga, menunggu ibunya mengangkat telepon. Namun, setelah beberapa saat, hanya terdengar nada sambung.
"Kok nggak diangkat, ya?" gumam Bayu sedih.
Pak Ahmad menghampiri putranya dan menepuk pundaknya. "Sudah, Nak. Jangan sedih. Mungkin ibumu memang sedang sibuk. Nanti juga pasti telepon balik."
Bayu menghela napas, lalu mengangguk. "Iya, Yah. Kalau gitu Bayu kirim pesan aja deh."
Ia mematikan panggilan teleponnya dan membuka aplikasi pesan. Ia mengetik sebuah pesan singkat untuk ibunya:
"Ibu, hari ini nilai ujian udah keluar. Nilai Bayu udah gak jeblok lagi.”
Ia menatap layar ponselnya sejenak, memastikan pesannya sudah benar. Kemudian, ia menekan tombol kirim.
“Sudah, sana! Ganti baju habis gitu cuci kaki cuci tangan terus makan," seru pak Ahmad membuyarkan lamunan Bayu.
“Iya, Yah.” Bayu melangkah menuju kamarnya. "Oh, iya, Yah.” Bayu menghentikan langkahnya sebelum sampai kamar. "Nanti hari Jumat pengambilan raport kenaikan kelas. Ayah bisa hadir, kan?”
Pak Ahmad yang menoleh tersenyum dan mengangguk. “Tentu saja."
“Yes!" Bayu berseru senang lalu berlari menuju kamarnya.
Pak Ahmad menggelengkan kepala. Sejak kapan anaknya itu bersikap seperti anak kecil lagi? Tapi, dia senang dengan perubahan itu.
Setuju pak Hamid,,jangan bela/ bebaskan pak Hasan...
Ndak tuman....🤭🤭🤭🤭
Semangat ujiannya Yuk,,in syaa Allah,,hasil tdk akan menghianati usaha....💪💪💪💪💪
Dulu pak Achmad di st krn hasutanmu...
Skrg kamu rasakan akibat perbuatanmu sendiri...
Semangat ya Yuk,,jangan lagi kecewakan bpk,,ibu & temanmu...