Emily tak menyangka bahwa dia masuk ke sebuah novel yang alurnya membuatnya harus menikah dengan seorang miliarder kaya.
Pernikahan absurd itu malah sangat menguntungkannya karna dia hanya perlu berdiam diri dan menerima gelar nyonya serta banyak harta lainnya.
Namun sayangnya, dalam cerita tersebut dia akan mati muda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
《Chapter 28》
Albert baru tiba di Jerman beberapa jam lalu, ia sedang menyempatkan diri untuk pergi ke perusahaan yang baru di akusisi olehnya.
Perusahaan ini hampir bangkrut karna korupsi yang di lakukan oleh anak pemilik perusahaan itu sendiri, Albert yang tertarik karna perusahaan itu berjalan di bisnis alat pembangunan memilih membeli semua saham perusahaan dan membayar dua kali lipat.
"Silahkan masuk Pak," ucap seorang wanita cantik yang duduk di bagian resepsionis kantor tersebut.
Semua karyawan sudah mendengar berita pimpinan baru yang akan datang, mereka berdiri dan menunduk saat Albert lewat.
"Eh, apa kau sudah dengar bahwa ada pemimpin baru di perusahaan?," tanya Grace, tangannya masih memegang lap dan semprotan pembersih kaca.
"Tidak, mengapa mereka mengganti pemimpin?," tanya Emily.
"Oh ya, kemarin kau pulang duluan dari ku, mereka bilang anak pemimpin yang lama melakukan korupsi, jadi yah.. begitulah..
Eh, tapi kau tau? Katanya pemimpin baru itu sangat tampan, padahal ia sudah hampir kepala empat"
Emily tertawa, temannya itu selalu punya banyak bahan untuk di perbincangkan walau menurut Emily agak konyol.
"Aku serius!," kata Grace dengan mata melotot, membuat Emily semakin terbahak-bahak.
"Sudahlah, cepat selesaikan itu dan keluar dari toilet ini, kita masih harus membersihkan ruang rapat, nanti sore pemimpin yang kata mu tampan itu harus melakukan rapat evaluasi untuk membuat susunan pekerjaan baru di bawah kekuasaannya," ucap Emily.
Mereka berdua sedang membersihkan toilet wanita, sedangkan toilet pria di bersihkan oleh office boy.
Begitu selesai, mereka pergi ke ruang rapat yang jaraknya tidak terlalu jauh dari toilet, mereka mengatur kursi, membersihkan meja dan menaruh air mineral gelas di atas meja.
"Eh, jatuh.."
Emily berjongkok mengambil salah satu minuman yang jatuh, saat itu ia mendengar suara yang ia sangat kenal.
"Oh, ok, nanti suruh semuanya berkumpul disini satu jam sebelum waktu pulang agar mereka tidak lembur"
Emily berdiri begitu dua pasang kaki yang ia lihat sudah keluar dari sana.
"Apa yang kau cari di bawah situ sih? Padahal tadi pemimpin baru itu masuk ke dalam, wah.. dia memang tampan, namanya kalau tidak salah Al, El, haduh.. apa ya?
"Albert Juan"
Jawab Emily membenarkan, sudah pasti itu adalah dia, seseorang dengan nada suara yang rendah namun tegas.
"Nah, betul! Padahal kemarin para karyawan sudah memberitahu ku, kenapa aku bisa lupa ya.."
Grace kembali melanjutkan pekerjaannya, namun Emily masih termenung.
Bagaimana bisa dari seluruh belahan dunia yang ada, pria itu ada disini.
Padahal ia sudah berusaha untuk tidak mencarinya, namun semesta malah mempertemukannya.
'Jangan bilang ini ulah mu! Dasar penulis sinting!!!,' Ucap Emily dalam hati.
"Emily? Kau tidak papa? Wajahmu pucat.." tanya Grace.
Tentu saja wajahnya pucat, bertemu dengan seseorang yang tidak di inginkan bukankah bisa memicu stress.
"Aduh!, kepala ku sakit Grace!"
Emily pura-pura akan terjatuh, temannya mencoba menahan, namun Emily kembali berdiri.
"Aku akan minta izin pulang lebih awal, goodbye Grace.."
Ia dengan cepat keluar ruangan lalu pergi meminta izin pada hrd, ia membuat wajah seolah akan pingsan.
Dengan mudah ia meloloskan diri hari ini, untuk besok nanti ia pikirkan lagi, pokoknya ia harus menghindari dulu dari rapat.
"Huft, hampir saja!" Ucapnya saat sudah dekat dengan sekolah Robert.
"Mama?," anak itu berlari menghampirinya, tidak biasanya Emily menjemputnya, jadi ia tersenyum.
"Mama pulang cepat?," tanyanya.
"Iya, hari ini atasan mama mengizinkan untuk pulang cepat," jawabnya.
"Kalau begitu apa kita boleh singgah ke playground? Aku ingin kesana!"
Dari beberapa hari yang lalu Robert ingin pergi bermain disana, namun Emily tidak bisa mengantarkan karna pulang malam, sedangkan tempat itu hanya buka sampai sore.
Mereka hanya buka sampai sore karna tempat itu satu kali dengan tempat penitipan anak, jadi mereka tutup cepat.
"Boleh, ayo kesana!," Emily berjalan bersamanya dengan senyum.
Setelah asyik bermain, akhirnya mereka pulang ke rumah, ia membantu Robert membersihkan diri lalu membuat makan malam.
Ting*
Suara pesan masuk terdengar dari hpnya.
[Besok kita di suruh datang satu jam sebelum waktu kantor dimulai, Pak Albert ingin kita membersihkan kantornya]
Itu adalah pesan dari Grace.
"Ayo makan dulu," Panggil Emily pada Robert yang sedang menonton tv, anak itu mematikan tv lalu berjalan dan duduk di meja kecil dapat dapur.
"Selamat makan mama"
"Selamat makan Robert"
Anak itu langsung tidur begitu selesai makan karna kenyang, membuat Emily merasa lucu, kadang ia lupa bahwa Robert masih kecil, karakternya seperti orang dewasa.
"Sekarang, mari kita siapkan senjata untuk besok!," ucap Emily.
Senjata yang di maksud adalah masker wajah dan parfum baru yang ia beli tadi sepulang dari kantor.
Selama ini ia hanya memakai satu aroma parfum, takutnya Albert mengenali aroma parfum itu lalu ingat dengannya.
"Tidak! Dia tidak boleh tau siapa aku!, lagi pula ia hanya akan berada di kantor selama satu minggu, gampang kok.." Emily menyemangati dirinya sendiri.
Tadi ia sudah bertanya pada Grace tentang rapat tadi, sehingga ia tau untuk apa dan berapa lama Albert disini.
***
Pukul 5 pagi ia sudah bangun dan menyiapkan perlengkapan sekolah Robert, juga membuatkan sarapan.
"Robert, stth.. sayang.."
Anak itu mengucek matanya dan melihat Emily, ia melihat jam yang masih menunjukkan pukul 5.30
"Mama mau kemana? Ini masih terlalu pagi.." ucapnya setengah sadar.
"Mama ada kepentingan dan harus datang lebih awal, Robert boleh tidur lagi tapi jangan lupa bangun jam 6 dan bersiap ke sekolah, mama sudah buatkan makan dan menyiapkan perlengkapan, tapi.." Emily tersenyum dan mengelus rambut Robert.
"Tapi kalau kau tidak ingin pergi, mama tidak memaksa, kau bisa bermain di rumah jika kau mau," lanjutnya lalu berdiri dan tak lupa mengecup dahi Robert sebelum keluar dari sana.
Robert tersenyum lalu kembali berbaring.
Ia tiba tepat waktu di kantor dan melihat Grace serta ketiga office boy lain sudah berada disana, ia merasa aman karna sudah memakai masker.
"Kau sakit?," tanya Grace.
Emily sengaja terbatuk lalu berkata, "cuma flu biasa tapi aku takut kalian tertular"
Grace hanya menjawab Oh lalu mereka masuk ke ruang milik CEO yang sekarang sudah di miliki Albert.
"Pak Albert datang 15 menit lagi, kalian bisa mulai dengan membuang dokumen tidak penting dalam ruangan ini, karna Pak Albert sudah tidak membutuhkannya," ucap sekretaris Albert, Emily dapat mengetahui itu karna pria tua itu memiliki wajah yang tak berubah, hanya saja kerutannya makin bertambah.
Kelima orang itu fokus mengambil kertas-kertas dalam lemari atau laci meja lalu di bawa keluar untuk nanti di hancurkan di mesin.
"Bagus, kalian rajin juga," Albert masuk ke dalam ketika Emily sedang mengambil dokumen di lemari, mereka tidak saling melihat.
"Berbaris lah dulu yang rapih, kemarin saya belum sempat menanyakan nama kalian"
Perintah Albert.
"Waduh, cobaan apa lagi ini wahai penulis!!!"