Arin adalah perempuan sederhana, manis tapi cerdas. Arin saat ini adalah salah satu mahasiswi jurusan tehnik kimia di fakultas tehnik negeri di Bandung. Orang tua Arin hanyalah seorang petani sayuran di lembang.
Gilang adalah anak orang terpandang di kotanya di Bogor, ia juga seorang mahasiswa di tempat yang sama dimana Arin kuliah, hanya Gilang di jurusan elektro fakultas tehnik negeri Bandung.
Mereka berdua berpacaran sampai akhirnya mereka kebablasan.
Arin meminta pertanggung jawaban dari Gilang namun hanya bertepuk sebelah tangan.
Apakah keputusan Arin menjadi single mom sudah tepat? dan seperti apakah sikap Gilang ketika bertemu putrinya nanti?
Yuuk kita ikuti alur ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yance 2631, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ijab Kabul
Gilang dan pak Bagja sudah ada di rumah, Alina tampak menghampiri..
"Sudah selesai ayah masalahnya di kantor polisi?" ujar Alina. "Sudah neng, sudah.. kamu nggak usah takut ya, kalau ada apa apa bilang sama ayah" ujar Gilang sambil merangkul putrinya.
"Eneng tadi cerita sama ambu, ambu kaget, eneng juga bilang eyang lapor polisi" ujar Alina. Alina kemudian merenung, Gilang mengetahui apa yang ada dalam pikiran putrinya.
"Eneng, dengar ayah.. masalah tadi jangan dipikirkan ya, tante itu stress asal bicara mungkin pikirannya terganggu" ujar Gilang.
"Stress kenapa ayah?" tanya Alina sambil terlihat bingung.tadi
"Persisnya ayah nggak tahu neng, karena ayah juga nggak pernah kenal.. "ujar Gilang. Alina pun mengangguk paham kalimat ayahnya.
Bu Leni tampak menghampiri,
"Neng, ayo.. siap siap, kita jalan-jalan ke MOI kelapa gading" ujar bu Leni supaya Alina melupakan masalah tadi.
"Iya eyang .. Eneng ganti baju dulu" ujar Alina. Alina pun berjalan menuju kamarnya berganti pakaian dengan gamis hitam dan hijab berwarna dusty, hanya dengan lipgloss dan bedak tipis Alina terlihat cantik sekali.. di tambah dengan slingbag yang berisi dompet dan ponselnya.
"Ayah, nanti sebelum eneng kuliah di Amerika eneng pingin sekali umroh.. ziarah ke madinah, eneng rindu rasulullah, "ujar Alina menatap Gilang ayahnya.
"Mm, iya sayang.. iya nanti ya setelah ayah menikah dengan ambu, kita kesana, ayah janji!" ujar Gilang sambil merangkul bahu Alina.
Ibu Leni tampak sudah siap, "Lang.. kamu jadi sopir ya, kita ke MOI" ujar maminya.
"Iya Mam.. ini mau window shopping atau shopping beneran?" tanya Gilang. "Ya shopping beneran lah.. kamu ini" ujar bu Leni.
Mereka bertiga pun akhirnya pergi dan Gilang mengemudikan SUV andalannya, sedangkan pak Bagja tidur siang.
Tiba di MOI atau Mall of Indonesia.. Alina berjalan beriring dengan eyang Utinya, mereka terlihat akrab sekali,
"Neng, itu di depan sana ada jewellery store.. yuk temani eyang kesana nak.." ujar bu Leni. Alina pun menggandeng lengan bu Leni ke arah yang di maksud.
"Mm, bagus-bagus ya.. ,katanya mau cincin perhiasan kayak ambu coba kamu pilih, ayo neng kamu pilih.. "ujar bu Leni sambil memegang bahu cucunya yang lebih tinggi.
Alina pun hanya tersenyum.
"Eyang, eneng pilih cincin aja ya.. biar nanti pas eneng kuliah di Amerika terus eneng ingat Uti eneng tinggal lihat cincin deh.. "ujar Alina.
"Iya, mm.. sok pilih aja neng" ujar bu Leni tersenyum melihat Alina yang sangat cantik.
"Eyang, ini .. yang ini aja," ujar Alina sambil menunjuk sebuah cincin emas putih bermata pink yang indah.
"Boleh sayang.. bagus selera kamu, mbak coba saya lihat yang itu" ujar bu Leni sambil menunjuk cincin pilihan cucunya.
Alina lalu mencoba itu, dan ternyata sangat pas di jarinya yang indah. Alina tersenyum.
"Ya sudah, yang ini aja mbak.. cucu saya suka sekali, jadi total berapa?" ujar bu Leni pada Spg toko tersebut.
"Sebentar ya ibu.. di hitung dulu, mohon di tunggu" ujar Spg toko itu dengan ramah melayani bu Leni dan Alina.
"Bu, ini totalnya.. sudah include discount 20% jadi 5,9 juta" ujar Spg itu.
"Mm, iya mbak.. "ujar bu Leni sambil mengeluarkan kartu debit Platinum Membernya.
Setelah pembayaran berhasil Alina langsung memakai cincin pemberian eyangnya, terus memandangi jarinya sendiri..
"Ayah, bagus nggak?" ujar Alina sambil memamerkan cincin yang melingkar di jari manisnya.
"Bagus nak.. kamu makin cantik pakai cincin itu" ujar Gilang tersenyum.
"Terima kasih eyang Uti, semoga rejeki eyang bertambah, eyang juga sehat selalu, eneng sayang sama eyang.." ujar Alina.
"Iya sayang, teruma kasih doanya.. "ujar bu Leni menatap cucunya yang tersenyum.
Setelah selesai Gilang pun mengajak mereka untuk mencari makan siang bersama.
Selesai makan siang, mereka pun pulang.. dalam perjalanan di mobil Gilang juga membicarakan soal seserahan yang akan dipersiapkan, bu Leni tampak setuju dengan rencana membeli beberapa perlengkapan seserahan tersebut.
1 Bulan Kemudian ....
Arin sudah memakai kebaya putih khas Sunda bersiap untuk melakukan akad nikah, Arin tampil sangat cantik..
Alina pun demikian, ia terlihat menggunakan kebaya merah marun berbalut dengan hijab yang senada, tidak kalah cantik dari ambunya..
Akad nikah ini berlangsung di gedoeng putih lembang, juga bersamaan dengan resepsi..
Waktu menunjukkan pukul 08:30 pagi, terlihat Gilang di apit oleh kedua orang tuanya, Gilang pagi ini tampak sangat tampan berbalut atasan putih dan bawahan yang senada..
"Lang, sudah mantap nak?" ujar bu Leni,
"InsyaaAllah mantap Mi.. "ujar Gilang, merek bertiga pun berjalan menuju kursi akad nikah yang telah disiapkan sebelumnya.
Acara akad nikah pun akan di mulai, penghulu KUA pun memulainya..
Penghulu : Ayo kita mulai dulu dengan membaca istigfar .. Astagfirullah hal adzim ...
Pak Ahmad : Bismillahi rohmani rohim.. saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Gilang Kusuma diningrat ST. bin Prof. DR Ir Bagja Atmaja MP. dengan putri saya yang bernama DR. Arin Apriliani ST. MT dengan mas kawin seperangkat alat sholat, 100 gram logam mulia dan uang US $22000 tunai..
Gilang : Saya terima nikahnya dan kawinnya DR. Arin Apriliani ST. MT binti Ahmad dengan mas kawinnya yang tersebut.. tunai.
"Apakah sah?" .. SAH .. SAH.. SAH" ujar penghulu dan saksi. Gilang pun bersalaman dengan pak Ahmad yang kini sah menjadi mertuanya.
Lalu .. terlihat Arin yang cantik di apit oleh ibu Siti dan Alina menghampiri Gilang. Gilang tampak berdiri melihat Arin berjalan .. lalu duduk di sisinya, Arin tampak mencium punggung tangan Gilang dan Gilang mencium kening Arin sambil tangannya menyentuh ubun-ubun Arin...
"Allahumma inni as aluka khoirihaa wa khoiro maa jabaltahaa alaikhi.. "
Setelah membaca doa, Gilang lalu menyerahkan mas kawinnya kepada Arin, mereka juga menandatangani surat nikah dan dokumen lain.
Arin dan Gilang tampak bahagia sambil memperlihatkan buku nikah mereka kepada para tamu yang hadir.
Alina pun menghampiri mereka berdua, mencium punggung tangan keduanya..
"Mm, kenapa nangis nak?" tanya Gilang. "Eneng bahagia ayah.. at last ayah ambu jadi suami istri" ujar Alina.
Arin pun tampak menggenggam jari Alina sambil menatap wajah putrinya yang cantik, "Sekarang di rumah kita bertiga neng.. "ujar Arin,
"iya ambu.. "ujar Alina sambil mencium pipi ambunya yang masih cantik.
Setelah itu kedua mempelai melanjutkan acara dengan sungkem kepada kedua orang tua masing-masing dan juga memohon doa.
Setelah selesai.. Kedua mempelai pun duduk di kursi pelaminan yang telah dipersiapkan, Arin tidak dapat menahan rasa harunya ketika Gilang menggandeng tangannya duduk bersama bak raja dan ratu sehari..
Para tamu yang hadir juga menyalami, mendoakan mereka satu persatu.. di iringi lagu yang dibawakan oleh andmesh beserta home band saat resepsi siang ini...
"ku ingin kau jadi milik ku, temani diriku seumur hidupku dan ku berjanji tak akan sakiti kau yang kucinta sepenuh hati .... biarkan semua manusia jadi saksi nyata bahwa memilikimu adalah anugerah terindah untuk diriku ... hm - mm untuk diriku ... "
Gilang dan Arin saling menatap mendengar lagu yang dibawakan oleh andmesh kamaleng di resepsi pernikahan mereka..
Tak terasa resepsi pernikahan yang mereka gelas siang tadi pun usai..
Gilang dan Arin berganti pakaian serta membersihkan diri mereka, begitu oun dengan Alina dan keluarga yang hadir.
"Eyang, ayah sama ambu pulang ke rumah yang mana?, ke rumah ambu ke rumah ayah?" tanya Alina.
"Sepertinya mereka belum pulang nak, mereka mau tidur di hotel.. nanti eyang temani eneng ya," ujar bu Leni.
"Kenapa tidur di hotel eyang.. kan mereka punya rumah" ujar Alina lagi, "kan mereka 'pengantin baru' sayang.. jadi pingin berdua dulu, kalo disini kan banyak orang nak hehehe.." ujar bu Leni.
Alina pun tertawa mendengar kata eyangnya.
Arin dan Gilang baru keluar dari kamar rias, Alina langsung menghampirinya..
"Ayah, ambu mau tidur di hotel?, eneng boleh ikut nggak?" tanya Alina.
"Eneng, nggak boleh ikut sayang .. ambu sama ayah mau pacaran dulu, ya" ujar Gilang. Alina tertawa geli mendengar ayahnya.
"iiih kok gitu sih kamu ketawanya neng?" ujar Arin.
Alina lalu menggandeng tangan ayahnya lalu duduk bersamanya, "kenapa neng?" tanya Gilang.
"Aku mau adik, pokoknya eneng minta adik.. laki-laki" ujar Alina. Gilang melirik ke arah Arin, Arin pun tersenyum.
Tak lama kemudian, dalam perjalanan mereka ke hotel di dago atas.. Gilang terus menggenggam jari tangan Arin seakan tidak ingin melepaskannya.
"Sekarang.. aku manggilnya apa ya ke kamu Lang?" ujar Arin yang sudah berdua di kamar pengantin mereka di hotel.
"Apa aja senyamannya kamu Rin.. "ujar Gilang yang sudah tidak tahan ingin bercumbu dengan Arin, sambil menyentuh pipinya, walaupun sudah berusia 38 tahun Arin masih tampak langsing.
Gilang pun mulai merayu Arin di kamar yang dingin itu, Arin pun merasakan getaran itu masih sama.. Arin menutup matanya, menghirup aroma khas tubuh Gilang, bau kopi .. dan sedikit wangi kayu.. "kadang aku takut Lang.." ujar Arin.
"Takut apa?" tanya Gilang sambil membelai lembut rambut indah Arin.
"Takut aku nggak cukup buat kamu.. "ujar Arin dalam pelukan Gilang.
Gilang mengendurkan pelukan, menatap Arin dalam dalam..
"Arin, kamu itu segalanya buat aku.. nggak ada yang akan pernah bisa bikin aku ragu sama kamu, kamu cuma perlu berdiri di samping aku" ujar Gilang.
Arin terdiam, mengangguk pelan dadanya hangat dan lega dalam waktu bersamaan.
Tanpa sadar, mereka semakin dekat.. dan kali ini Arin yang bergerak lebih dulu, ia menyentuh wajah Gilang lembut seolah memastikan bahwa laki-laki itu benar nyata.
Gilang pun meraih pinggang Arin, menariknya pelan .. wajah mereka hanya tinggal beberapa centimeter saja,
"Arin .... "ujar Gilang.
"Hm .... "ujar Arin.
"Boleh aku ... " Gilang belum sempat selesai ..
Arin lebih dulu menutup jarak itu, ciuman itu lembut, lambat, nggak terburu-buru sama sekali.
Mereka seolah membiarkan tiap detiknya menempel di ingatan masing-masing. Gilang memegang belakang kepala Arin, merendahkan tubuhnya sedikit.. Arin menahan nafas karena gugup, tapi Gilang selalu mengikuti ritmenya.. nggak maksa, nggak mendominasi..
Hanya menyampaikan satu hal,
'aku sayang kamu' ....
Saat mereka melepas ciuman hangat itu, Arin menempelkan dahinya di dada Gilang.. "kamu bikin aku susah lupa" gumam Arin pelan.
Gilang tertawa kecil, sambil membelai rambut Arin.. "bagus dong" ujarnya.
Arin memukul pelan lengan Gilang, "bukannya begitu... "
Gilang menangkap tangan Arin, "kamu yang bikin aku nggak normal lagi.." ujar Gilang.
Arin mendongak, "normal gimana?"
"Normal sebelum kamu datang" jawab Gilang sambil tersenyum miring.
Arin memalingkan wajah karena malu, "aku nggak bakal kemana-mana" ujar Gilang.
Arin balas menatap, "aku juga.. "
Dan untuk pertama kalinya..
masa depan nggak lagi terasa seperti teka-teki yang berat, tapi lebih seperti jalan panjang yang bisa mereka tempuh bareng, pelan, tapi yakin.
Dunia seakan milik mereka berdua.