Zona Khusus Dewasa + Slowburn
Drasha Season 2
Adriel (28), sosok CEO yang dikenal dingin dan kejam. Dia tidak bisa melupakan mendiang istrinya bernama Drasha yang meninggal 10 tahun silam.
Ruby Rose (25), seorang wanita cantik yang bekerja sebagai jurnalis di media swasta ternama untuk menutupi identitas aslinya sebagai assassin.
Keduanya tidak sengaja bertemu saat Adriel ingin merayakan ulang tahun Drasha di sebuah sky lounge hotel.
Adriel terkejut melihat sosok Ruby Rose sangat mirip dengan Drasha. Wajah, aura bahkan iris honey amber khas mendiang istrinya ada pada wanita itu.
Ruby Rose tak kalah terkejut karena dia pertama kali merasakan debaran asing di dadanya saat berada di dekat Adriel.
Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 ACICD - Ruby Memang Drasha
Ruby memasukkan kotak pemberian ibu angkatnya ke dalam paper bag. Setelah itu, Mrs. Arnetta memberikannya satu kotak panjang lain berisi macaron merah.
"A gift, darling~~~" tangan lentik Mrs. Arnetta terangkat, membelai rambut lembut kecokelatan Ruby.
"As always, Mother… red macaron."
"Hmmphh… as always~~~ Ruby, darling."
Ruby menerima hadiah itu dengan mata berbinar yang sangat kontras dengan mata tajam ketika mode assassinnya aktif. Ruby membuka kotak itu dan meraih sebuah macaron dan mencicipinya.
"Apa kamu punya kesulitan menyelesaikan misi akhir-akhir ini?" tanya Mrs. Arnetta.
"Semuanya berjalan lancar, Ibu."
"Baguslah, mmphh... remember Ruby, kamu punya ibu, kalau kamu merasakan kesulitan atau kamu butuh seseorang untuk cerita, ibu akan selalu ada untuk kamu, darling." Mrs. Arnetta membelai pipi Ruby dengan punggung tangannya.
Ruby menyunggingkan senyum di bibirnya yang kemerahan lembut. Dia begitu beruntung memiliki Mrs. Arnetta yang mau menganggapnya anak. Katanya sejak kecil, Ruby ditinggalkan ibunya, sehingga Ruby hidup bersama ayahnya. Sialnya ayah Ruby pemabuk dan tukang judi dan jika marah selalu melampiaskan amarah pada Ruby, sehingga Ruby selalu disiksa sampai trauma. Untungnya Mrs. Arnetta menyelamatkannya. Walaupun Ruby tidak ingat apa-apa lagi tentang masa lalunya yang kelam, hati kecilnya selalu tersentuh begitu mendapatkan perhatian dari seorang ibu.
Ruby kemudian teringat dengan debaran aneh yang dia rasakan akhir-akhir ini karena Adriel. Soal kesulitan, ada tapi Ruby bisa mengatasinya. Tapi, soal Adriel, Ruby tidak mengerti.
Dia kemudian menatap sang ibu angkat. "Ibu…"
"Hmmm? What's up, darling?"
"Aku… mau tanya, soal hal lain."
"Sure, darling, ask Mother~~~"
Ruby menahan napas sekilas lalu menelan salivanya. "Apa selama menjalankan misi, ibu pernah… merasakan jatuh cinta?"
"Hmmhh… love~" Miss Arnetta menyatukan kedua tangannya di depan dada lalu mendongak dan menghirup udara dalam ruangannya sedikit lama. Lima detik kemudian, dia menoleh menatap Ruby. "Tentu saja, darling. Ibu selalu merasakan jatuh cinta ketika tembakan ibu membuat target terkapar tidak bernyawa, *ahhh~ their blood*~~~"
Ruby mengulum bibir sekilas "Maksud aku… kepada seseorang misalnya, Ibu…"
Mrs. Arnetta mendekatkan wajahnya, sehingga Ruby bisa melihat warna merah muda yang berkilau di atas kelopak mata ibunya. "Ibu mencintai kamu, Ruby darling~~~"
Ruby mengangkat kedua sudut bibirnya kaku. "Aku juga mencintai dan menyayangi Ibu, tapi… apa pernah ibu jatuh cinta pada seorang pria? Ibu pernah menikah dengan beberapa pria untuk menutupi identitas, apa mungkin salah satu dari mereka ada yang membuat hati ibu berdebar?"
Mrs. Arnetta membeku sepersekian detik dengan senyum tipis di bibir. Dia kemudian menatap Ruby. "Yesss~~~ ada satu pria."
"Ibu dan dia pernah bersama?"
"Tentu saja tidak, darling~~~"
"What happened?"
"I killed him," kata Mrs. Arnetta singkat, senyumannya tetap sama sejak tadi.
Ruby terpaku beberapa saat. "Apa dia target ibu dulunya?"
"Yess~~~ darling," Mrs. Arnetta menyangga dagunya dengan tangan. "Makanya, di dunia kita… jenis cinta seperti itu hanyalah sebuah kelemahan. Ibu memiliih untuk tidak jadi lemah, Ruby."
"Apa ibu patah hati saat membunuh pria yang ibu cintai?"
"Of course, darling~~~ but, i love my mission more, so i decided to let it be."
Wanita itu kemudian melirik Ruby dari sudut matanya. "What’s wrong, darling? Apa kamu mulai merasakan yang namanya jatuh cinta?"
Ruby terkesiap dalam hati, dia menunjukkan ekspresi datar. "Tidak, Ibu, aku cuma bertanya karena penasaran bagaimana rasanya jatuh cinta dengan seorang pria."
"Better not, my red macaron, ibu sudah pernah melaluinya." Mrs. Arnetta mengangkat satu tangannya menyentuh bagian dada Ruby dengan lembut. "Ibu tidak mau kamu mengalami apa yang ibu alami, so~~~ jika suatu saat kamu merasa di sini… hati kamu berdebar-debar karena seorang pria, lebih baik kamu menghindarinya dan hapus perasaan itu segera, darling."
Ruby mengulas senyum. "Aku akan ingat pesan ibu."
Sementara, dalam lubuk hatinya, Ruby mempertanyakan debaran yang dia rasakan ketika bersama Adriel. Apa itu termasuk jatuh cinta?
Setelah berbincang-bincang, Ruby akhirnya pamit karena menerima sebuah misi. Wanita itu mengambil gaunnya yang sudah diperbaiki lalu keluar dari toko jahit tersebut dan menaiki sepedanya.
Dari atas, Mrs. Arnetta berdiri di depan kaca besar di ruangannya, memandang ke bawah, memperhatikan Ruby mengayuh sepedanya menjauh. Atau lebih tepatnya… memperhatikan Drasha.
"Cukup berada di garis yang sudah saya tentukan untuk kamu, my red macaron, setidaknya sampai saya menduduki kursi pemimpin Crimson Lilies," gumam Mrs. Arnetta.
Ya, Ruby memang Drasha. Sepuluh tahun yang lalu, Mrs. Arnetta yang menembaknya di malam saat Drasha dan Adriel menyaksikan kembang api di kapal pesiar mereka.
Saat Drasha koma, Mrs. Arnetta menyelinap masuk ke ruangan rawat gadis itu, berpura-pura jadi perawat dan menyuntikkan sebuah cairan terlarang milik Crimson Lilies yang dia ambil tanpa sepengetahuan siapapun.
Cairan tersebut mampu membuat seseorang kelihatan tidak bernyawa dan membuat degup jantung tidak terdeteksi. Makanya, saat itu Drasha dinyatakan tiada.
Saat prosesi pemakaman gadis itu berlangsung, Mrs. Arnetta menyamar lagi dan diam-diam memasukkan sebuah kapsul sekecil biji almond ke dalam peti tempat Drasha terbaring kaku. Begitu mendeteksi ruangan sempit, kapsul tersebut membelah udara sekitar dan memprosesnya menjadi oksigen murni. Sehingga, jika cairan dalam tubuh Drasha sudah tidak bereaksi lagi dan terbangun dalam peti, gadis itu masih bisa bernapas.
Mrs. Arnetta menyaksikan peti Drasha dimasukkan ke dalam tanah. Seluruh keluarga Alveroz dan Yoseviano berduka. Tapi, wanita itu mengulas senyum samar penuh kemenangan.
Begitu malam tiba, Mrs. Arnetta bersama rekannya – petinggi di Crimson Lilies juga, dengan nama kode White Lily dan dua pria yang dibayar, menggali makam Drasha.
Mrs. Arnetta mendapati gadis itu sesak napas di dalam peti karena memang dia hampir terlambat mengeluarkan Drasha.
Selanjutnya, Drasha yang jatuh pingsan dibawa ke sebuah tempat persembunyian Mrs. Arnetta dan beberapa hari setelahnya, gadis itu dibawa ke sebuah tempat terpencil yang namanya tidak ada di peta. Di sana, Mrs. Arnetta memerintahkan sekelompok orang untuk membuat ingatan masa lalu Drasha lenyap atau setidaknya ditekan supaya gadis itu melupakan ingatan terdahulunya.
Sekitar dua minggu, Drasha sadar dengan ingatan yang benar-benar kosong. Tatapannya hampa. Tubuh kurusnya penuh luka dan memar.
Mrs. Arnetta menghampirinya bak seorang bidadari yang memberi harapan.
"Drasha sudah mati, sekarang kamu adalah orang yang baru, my red macaron."
Mrs. Arnetta mengulurkan tangannya pelan pada gadis yang menekuk lututnya ketakutan di sudut ruangan.
"Panggil saya Ibu… Ruby," kata Mrs. Arnetta pelan. Selanjutnya, dia mengarang masa lalu Drasha dan berpura-pura sebagai penyelamat gadis itu. Drasha yang aslinya berumur 18 tahun, disebut berusia 15 tahun oleh Mrs. Arnetta.
Setelah itu, Drasha yang sudah jadi Ruby dibawa masuk untuk bergabung dengan Crimson Lilies. Dan, untuk membuat ingatan gadis itu tidak kembali, Mrs. Arnetta memberinya pil khusus. Tapi, pada Drasha yang sudah jadi Ruby, dia mengatakan kalau pil itu untuk mengatasi trauma masa lalu gadis itu.