Wanita cantik dengan segudang kehidupannya yang kompleks, bertemu dengan laki-laki yang mengerikan tapi pada akhirnya penuh perhatian.
Dengan latar belakang yang saling membutuhkan, akhirnya mereka di pertemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emlove 29
Nek Rumi memeluk erat, Rosa melakukan hal yang sama, "Maafkan Rosa nek" ucapnya pelan.
"Gak papa, Nenek juga minta maaf" lalu pelukan itu terurai, Rosa tersenyum dan memberikan oleh-oleh kesukaan neneknya.
"Wah, enak ini, pasti mahal ya?" nek Rumi menggoda tapi juga mengatakan yang sebenarnya, karena melihat satu semangka yang sangat besar di taruh diatas meja.
"Sebenarnya Rosa beli yang dua kecil ini nek, karena yang besar waktu itu di ambil sama seorang kakek, tapi saat pulang, eh malah dikasihkan ke Rosa sama kakek itu"
"Waduh, rezeki nomplok itu namanya kak" sahut Rafael yang tangannya sudah sibuk membelah semangka untuk dinikmati bersama"
"Jangan banyak-banyak, yang lain bisa di simpan di dalam kulkas dulu Rafa" perintah sang nenek yang sudah nampak berbinar melihat buah kesukaannya tersaji di depan mata.
Sore yang hangat, dan Nek Rumi memakai kesempatan itu untuk memberi pengertian ke semua cucunya.
"Nenek tidak marah dengan semua isi hatimu kemaren Ros, hanya nenek tidak suka Rosa bertindak di luar batas, bagaimana pun bulek mu itu perlu kamu hormati juga, nenek tidak ingin cucu-cucu nenek menjadi orang liar yang tidak tau Tata Krama"
"Rosa mengerti Nek, maafkan Rosa"
"Nenek tau kalian masih belajar asam garam kehidupan, dan nenek ingin mendampingi kalian saat mengambil keputusan dengan cara yang benar dan baik, tidak mudah, tapi hasilnya di belakang akan menjadikan kalian manusia yang kuat dan hebat"
"Iya Nek" kali ini Rafael yang menjawab, sedangkan Rosa hanya menganggukkan kepala.
"Tentang keputusan nenek untuk memberikan rumah ini, bukan tanpa alasan, karena Bibi kalian memang belum nenek kasih apa-apa, nenek tidak mau terkesan memihak almarhum ibu kalian saja, Nia juga anak nenek, adik dari ibu kalian, jadi nenek memutuskan untuk memberikan rumah ini"
"Tapi nek_"
"Dengarkan dulu_" Rosa dan Rafael yang hendak protes segera terdiam, dalam hati masih belum bisa menerima keputusan neneknya, tapi sang nenek pasti punya alasan yang pantas untuk di dengarkan.
"Nenek punya tabungan, dari hasil uang pensiunan almarhum kakek kalian, ada lebih dari cukup seandainya kita pindah dan membeli tempat yang sederhana tanpa ada gangguan soal hak warisan"
"Tapi kenangan di rumah ini?" ucap Rosa.
"Semua kenangan ada dalam hati kita, akan kita bawa kemanapun kita berada Ros, kita akan tetap bersama, nenek dan juga Rafael, apa hal itu belum cukup membuat kita bahagia?"
Rafael langsung memeluk neneknya, erat, dan Rosa menyusul melakukan hal yang sama, memeluk dua orang yang sangat dia sayangi dan lindungi.
Mereka pun tertawa bersama setelah itu, memantapkan hati mereka untuk selalu bersama, Rosa bahkan tak ingin meninggalkan mereka berdua selamanya.
"Jadi nenek tabung semua hasil uang pensiunan selama ini?"
"Iya, nenek juga dapat uang dari sayuran dan buah di belakang rumah yang nenek tanam, kadang di titipkan ke bang sayur yang lewat"
"Oh, maaf ya nek, Rosa belum bisa kasih lebih buat nenek"
"Eh, lebih to, uang dari kamu itu semua untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari, juga untuk biaya sekolah Rafael yang tidak murah, lebih dari cukup Ros"
"Makasih ya Kak, Nek" ucap Rafael menyela percakapan mereka.
"Iya, kamu sekolahnya yang pinter ya, bermain gak masalah, asal harus prioritaskan sekolah, kalau ada apapun jangan di pendem sendiri, kakakmu ini handal dalam menyelesaikan masalah remaja, iya kan nek?"
Nek Rumi tertawa, teringat saat Rosa masih SMP dan SMA, ada anak yang nakal atau menganggu nya, pasti di hajar habis-habisan hingga orang tuanya melaporkan ke sekolah, tapi alih-alih mendapat pembelaan, pihak sekolah malah membela Rosa, Jelas lah, secara Rosa murid teladan yang selalu membawa prestasi sekolahan di setiap perlombaan.
Rafael ikut tertawa, sambil memberikan hormat, "Siap komandan!"
Rosa salah satu atlet bela diri, walaupun tidak masuk dalam nominasi, karena otak cerdasnya lebih di gunakan untuk meraih banyak prestasi akademik, dan alhasil, Rosa selama masa sekolah banyak mendapatkan beasiswa, hingga tidak ada sepeserpun biaya yang di keluarkan.
Nilai akademiknya selama kuliah juga luar biasa, bahkan di minta untuk menjadi asisten dosen karena isi kepalanya yang sangat cemerlang dalam memberikan ide-idenya.
Bekerja di perusahaan elit yang sekarang dijalani juga bukan karena orang dalam atau koneksi keluarga, tapi lebih pada prestasi yang di cari oleh banyak perusahaan ternama.
Kebersamaan mereka berlanjut dengan makan malam yang di masak bersama sebelumnya, merasa ada waktu yang tepat, Rosa segera memberitahukan.
"Kapan rencana kita pindah nek?"
"Nanti nenek cari informasi tempat yang di jual, kemaren ada tiga rumah yang sepertinya harganya cocok, tapi belum sempat kesana"
"Gimana kalau nunggu Rosa saja"
"Nunggu kamu, maksudnya?"
"Besok Rosa mendapat tugas dari perusahaan nek, mungkin beberapa hari tidak pulang kerumah"
"Apa?!" nek Rumi terkejut, begitu juga Rafael.
"Kok gak pulang kak, keluar kota?"
"Ke luar negeri tepatnya"
"APA?!" Kali ini bukan hanya suara adiknya tapi juga neneknya.
"Sebelumnya kan sudah Rosa bilang, kalau Rosa menggantikan bos Rosa dulu Bu Yulia yang sedang masa perawatan karena sakitnya, jadi sekretaris harus sering berada bersama Atasan, Dan Tuan Demitri ada urusan bisnis selama lima sampai seminggu di Qatar, aku harus ikut untuk membantunya"
"Qatar?,Seminggu ya?" ucap Nek Rumi yang khawatir juga ditinggal oleh cucunya, masalahnya ini yang pertama kali Rosa berada jauh dan lama.
"Jangan khawatir Nek, disana Rosa juga banyak temannya, bukan hanya Tuan Demitri saja, ada beberapa anak buah dari perusahaan dan pengawal yang akan ikut"
"Pengawal?, kak Ros mau ikut bisnis apa perang sih?"
"Bisnis orang-orang besar juga banyak resiko Rafa, harus berjaga-jaga", Rafael manggut-manggut mengerti.
Sementara Nek Rumi masih terdiam, Rosa mulai khawatir, bagaimana kalau sang nenek tidak memperbolehkannya, bisa panjang urusan pastinya, namun tak lama jawaban di berikan dan membuat Rosa lega.
"Baiklah, tidak apa-apa, ini semua resiko pekerjaanmu Ros, harus bertanggung jawab dengan tugas, soal Rumah, kita pikirkan saja nanti"
"Terimakasih nek, doa kan Rosa ya nek, disana berjalan lancar, cepet pulang dan tidur di rumah bareng kalian lagi, aku pasti kangen"
"Belum juga berangkat kak" sahut Rafael.
"Ish, kakak itu nge bayangin aja sudah kangen duluan tau, sehari saja gak ketemu kalian rasanya ada yang kurang"
"Gitu aja pakek acara minggat, ya nek_?"
PLAK
"Aduh, penganiayaan ini kak!, sakit!"
"Biar, lain kali kalau kakak pergi di kejar, di hadang kek biar gak keterusan, bukan dibiarkan saja, kehujanan pula, dasar gak guna!"
Nek Rumi dan Rafael seketika tertawa, terkadang tingkah dan perkataan Rosa membuat keduanya merasa geli sendiri, aneh memang wanita satu ini, tapi ngangeni, mungkin seperti yang di rasakan seseorang yang lagi kesal karena pesannya tak segera di jawab.
Mohon komen ya gaes, terimakasih sudah mampir. Bersambung.
😄😄😄😄