Mr. Bodyguard

“Kalau demamnya tidak turun, langsung dibawa ke rumah sakit!” Kata Zelin yang baru selesai memeriksa Jenna yang suhu tubuhnya mencari 38 derajat.

“Ini obatnya! Kak Elios sudah paham cara minumnya ‘kan?” Tanya Zelin kepada kakak sepupunya.

“Iya,” jawab pria itu yang pernah diberi obat yang sama saat demam dulu.

“Terima kasih Zelin,” ucap Jenna yang terlihat begitu lemah.

Zelin tersenyum, “Tapi jangan keras kepala kalau demamnya tidak turun, jangan menolak untuk pergi ke rumah sakit!” Pesannya yang memang sangat hafal dengan sifat Jenna.

Jenna mengangguk lemah, ia akan mendengarkan perkataan dari dokter yang merupakan teman terbaiknya.

“Aku antar Zelin sebentar,” ucap Elios yang dibalas anggukan oleh Jenna.

Jenna sendiri merasa pusing, dan ia ingin kembali tidur setelah makan bubur tadi. Jadi wanita itu membiarkan Elios mengantar Zelin sampai lift saja.

“Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Zelin saat baru keluar dari kamar temannya.

“Mantan kekasihnya yang bernama Hael membuat gedung tempat Jenna pemotretan padam, lalu dia menghampiri Jenna dan hampir melakukan sesuatu yang buruk kepada Jenna,” jelas Elios yang memang tidak ingin menyembunyikan apapun lagi dari adik sepupunya.

Zelin menghentikan langkahnya, ia sempat mendengar sepak terjang Hael dari kenalannya yang juga berada di negara tempat tinggal Hael.

“Kak Elios akan menjaga Jenna ‘kan?” Pertanyaan itu membuat Elios menatap sang adik sepupu.

“Tentu saja,” jawabnya.

Zelin tersenyum tipis, ia menepuk bahu sang kakak untuk memberi semangat.

“Kali ini jangan berbuat bodoh lagi! Jenna sangat mencintaimu, jadi jangan buat dia sakit hati lagi dengan sikapmu yang dingin. Jenna sebenarnya sangat rapuh, meskipun dia banyak tingkah dan tidak pernah berpikir saat melakukan sesuatu. Jenna membutuhkan pria sepertimu, begitupun denganmu yang sangat membutuhkan pasangan yang aktif seperti Jenna,” ujarnya yang diselip sedikit candaan, karena Jenna memang sangat aktif dan tidak mau diam.

Elios menganggukkan kepala sebagai jawaban, ia sudah bukan yang dulu lagi… yang belum mengerti dengan perasaannya sendiri, sekarang Elios sudah mengerti dengan perasaan asing yang dihadirkan oleh Jenna.

“Oh satu lagi!” Zelin menghentikan langkahnya, sebelum menekan tombol lift untuk turun.

“Apa sekarang Kak Elios sudah benar-benar mencintai Jenna?” Tanyanya yang terlihat masih meragukan perasaan sang kakak.

“Kalau bukan cinta, untuk apa sampai berubah menjadi seorang bodyguard?” Tanya balik Elios yang membuat sang adik sepupu tertawa.

“Baiklah, aku percaya dengan Kak Elios! Tapi jangan lupa unttuk jaga kesehatan, karena aku tahu kalau Kak Elios kurang istirahat. Jadi manfaatkan waktu seperti ini untuk mengambil istirahat, sebelum Kakak kembali mengambil pekerjaan utama,” ujar Zelin yang sudah mendengar alasan kenapa sang kakak sepupu tiba-tiba menjadi seorang bodyguard untuk Jenna.

Elios kembali menganggukkan kepalanya, ia yang menggantikan Zelin untuk menekan tombol lift. Setelah itu Zelin tidak terlihat lagi, bahkan suara cemprengnya tidak terdengar.

Elios hendak kembali ke dalam, tetapi ponselnya tiba-tiba berbunyi dan nama kepala polisi yang tertera di layar ponselnya. Jadi pria itu menunda untuk masuk ke dalam Penthouse Jenna, dan memilih naik ke atas rooftop untuk mencari udara segar sambil menerima telepon dari temannya.

“Ada apa?” Tanya Elios yang kini sudah berada di rooftop yang memiliki pemandangan indah.

Rooftop hanya bisa diakses oleh Jenna yang memiliki unit paling atas, selain itu tidak ada siapapun… kecuali petugas kebersihan yang akan datang satu minggu dua kali.

“Kalau begitu biarkan saja,” jawab Elios setelah mendengar penjelasan dari temannya itu.

“Baiklah, terima kasih atas bantuanmu,” kata Elios sambil mengakhiri panggilan tersebut.

Pria itu membalikkan tubuhnya, hendak turun untuk kembali ke Penthouse Jenna. Namun ponselnya kembali berbunyi dan kali ini nama yang sangat disegani tertera di layar ponselnya, dengan cepat Elios mengangkat panggilan tersebut.

“Halo Tuan?” Elios menahan napasnya sejenak saat mendengar perintah dari sang tuan.

Panggilan terputus begitu saja, membuat Elios menatap layar ponselnya yang sudah gelap.

“Dia mencari mati dengan sendiri, padahal aku belum membicarakan hal ini kepada Tuan. Hael benar-benar orang gila yang terlalu gegabah.”

...***...

Satu jam sebelumnya…

Hael sudah berhasil dibebaskan tetapi dengan jaminan ia tidak boleh melakukan kejahatan apapun di negara ini. Hael langsung menyetujuinya, karena Roy tidak bisa menyogok kepala polisi dengan jangan jaminan yang tinggi.

Hael sudah meminta Roy untuk menghubungi ayahnya, tetapi jawaban sang ayah membuat Hael tidak suka. Ayahnya mengatakan kalau ia berbuat masalah lagi, maka tidak akan ikut campur atau membantu Hael yang memang sering membuat masalah hampir setiap bulan.

“Roy! Bawa aku ke rumah sakit waktu itu!” Titah Hael yang merasa kepalanya benar-benar pusing, karena pukulan tadi malam.

“Maksud Tuan, rumah sakit Shamora?” Tanya Roy yang mengingat satu nama rumah sakit terbesar di negara ini.

Hael pernah dilarikan ke rumah sakit Shamora, karena tangannya terluka oleh botol wine yang dihantam ke atas meja. Dan Roy langsung membawa sang tuan ke rumah sakit terbesar, karena merasa kalau di sana penanganannya sangat baik dengan alat-alat yang lengkap.

“Tidak perlu mengajukan pertanyaan tidak penting! Cepat bawa aku ke sana!” Marah Hael yang sudah sangat pusing, malah ditambah dengan pertanyaan tidak penting oleh Roy.

“Ba-baik Tuan,” ucap Roy yang kini memutar arah, karena rumah sakitnya sudah mereka lewati sekitar setengah perjalanan.

Hael menyandarkan punggungnya, sebenarnya ada alasan lain ia ingin pergi ke rumah sakit Shamora. Di mana Hael ingin bertemu lagi dengan dokter yang sangat cantik yang pernah mengobati tangannya yang terluka, dokter tersebut sudah menjadi target incaran Hael kalau Jenna tidak bisa dimiliki olehnya.

Hael memang tergila-gila kepada Jenna, karena wanita itu selalu menolaknya… bahkan menolak hadiah-hadiah mewah darinya. Hanya sebatas itu.

Sedangkan kepada dokter cantik yan pernah mengobatinya, entah mengapa Hael juga ingin memilikinya walau masih belum menggebu seperti ingin memiliki Jenna.

“Kita sudah sampai Tuan!” Suara Roy menyadarkannya.

Roy membukakan pintu untuk Hael, lalu setelah itu Roy melangkah dengan cepat untuk mendaftarkan nama Hael untuk melakukan pengobatan di rumah sakit ini.

Roy mendaftarkan namanya sendiri, karena identitas baru untuk Hael masih belum selesai. Dan pihak rumah sakit Shamora tidak mempersalahkannya, asalkan kalau terjadi apa-apa… nama Roy yang akan dilaporkan, karena Roy yang bertanggung jawab atas Hael.

“Mari!” Kata perawat yang akan mengantar Hael menemui dokter.

Hael mengikuti perawat tersebut, begitupun dengan Roy yang berjalan di belakang sang tuan.

“Ini adalah ruangan dokter Elena, silakan masuk!” Kata sang perawat yang menyebutkan nama dokter berbeda dengan waktu itu.

Dan saat pintunya terbuka, ternyata dokternya bukan yang waktu itu.

“Aku mau dokter yang waktu itu! Dokter cantik yang memiliki mata berwarna hijau!” Kata Hael yang membuat perawat tersebut terkejut.

Bersambung.