Pewaris Dalam Bayangan

Angin malam menerpa wajah Kenji ketika mereka akhirnya berhenti di halaman belakang gedung tua itu. Nafas Kenji masih tersengal setelah melarikan diri dari kobaran api dan reruntuhan. Dunia berputar pelan, bukan karena kelelahan, tetapi karena sesuatu yang jauh lebih berat menghantam kepalanya Kaito kakak kembar yang tidak pernah ia tahu ada.

Kenji berdiri diam dalam gelap, merasakan bayangan itu mengintip dari balik setiap sudut bangunan. Ren merapatkan jaketnya, masih gemetar setelah kejadian di terowongan. Ryuga berhasil menemukan Kenji dan Ren, saat ini ia berjalan di depan mereka, tenang seperti biasanya, seolah tidak ada apa pun yang bisa membuatnya goyah.

“Kita aman di sini untuk sementara,” ucap Ryuga tanpa menoleh.

Kenji tidak menanggapi. Matanya masih terpaku pada foto kusut yang ia temukan di tangan Kaito: foto seorang wanita mamanya sedang menggendong dua bayi yang sangat mirip. Dan Kenji yakin kalau bayi yang berada di posisi kiri adalah dirinya. Yang kanan itu pasti adalah Kaito.

“Aku nggak mengerti—” kata Kenji dengan suara yang hampir pecah.

“Selama ini Papa menyembunyikan semuanya?” Ren menatap Kenji dengan rasa bersalah yang campur aduk. “Kenji aku benar-benar  minta maaf karena sudah menyembunyikan semua ini. Aku juga tidak tahu soal ini.”

“Tidak. Jangan minta maaf lagi.” Kenji menggeleng keras. “Yang salah bukan kamu, Ren. Tetapi mereka yang tahu dan memilih diam.”

“Terima kasih telah menolong kami,” kata Ren.

“Sama-sama,” jawab Ryuga.

Tiba-tiba saja Ryuga akhirnya berhenti dan terdiam. lalu ia menatap Kenji lama sebelum berkata, “Kita tidak punya waktu untuk tenggelam dalam perasaan. Whisperer dan Takatori bergerak lebih cepat dari yang kupikir.”

Nama itu lagi, Whisperer sosok di balik topeng putih. Orang yang membunuh mamanya, dan orang yang membuat keluarga Kazuma terkoyak. Orang yang memisahkan dirinya dan Kaito sejak bayi. Kenji mengepalkan tangan, kukunya hampir menembus kulit.

“Aku harus menemukan Kaito untuk sekali lagi,” gumam Kenji.

Ryuga menatapnya datar. “Untuk apa? Dia bukan sekutu dari Whisperer.”

“Karena Kaito membawa foto Mama,” sahut Kenji cepat. “Dia pasti tahu sesuatu, dia juga bilang padaku kalau Whisperer ingin aku dan dia bersatu, yang artinya dia terkait langsung dengan semua yang terjadi saat ini.”

Ren menelan ludah. “Tetapi gimana kalau itu hanya sebuah perangkap?”

Kenji hanya terdiam mendengar perkataan dari Ren, akhirnya mereka sampai sebuah bangunan tua, karena penasaran akhirnya mereka memasuki bangunan tua itu, berjalan melewati lorong yang dipenuhi debu dan bayangan panjang dari lampu neon rusak. Ryuga memimpin, Ren menjaga belakang, dan Kenji berada di tengah. Setiap langkah terasa seperti menginjak masa lalu masa lalu yang tidak pernah ia ingin ingat, tetapi ingatan itu seolah memanggilnya untuk mengingatnya kembali.

“Ini bekas markas Takatori kecil. Sudah ditinggalkan selama belasan tahun,” jelas Ryuga sambil menyibak kayu lapuk.

“Kalau sudah lama ditinggalkan, kenapa Kaito bawa aku ke sini?” tanya Kenji bingung.

Ryuga menjawab tanpa menoleh, “Karena disini tempat Whisperer pertama kali mendirikan sayap organisasinya. Semua dimulai dari sini.”

Kenji merasakan bulu kuduknya berdiri. Sebuah ruangan besar terbuka di depan mereka. Lantainya retak, tampak cat dinding mengelupas, tetapi yang membuat Kenji gemetar adalah sesuatu di tengah ruangan itu, tampak ada sebuah kursi kecil dari kayu dan patah di bagian satu sisi dan disampingnya, terdapat sebuah boneka lusuh dengan pita merah.

Kenji berhenti. “Ini?” Kenji menatap boneka tersebut bahkan suara hampir tidak keluar. “Aku ingat—”

Ren menatapnya. “Apa kamu pernah kesini sebelumnya ?”

Kenji meraih boneka itu dengan tangan bergetar. “Aku lupa, tetapi ini … ini adalah bonekaku waktu kecil, karena waktu itu Mama yang belikan untukku.”

Ruangan itu terasa semakin dingin dan mencekam, lalu Ryuga berjalan mendekat. “Berarti dulu kau pernah dibawa ke sini waktu kau masih sangat kecil.”

Kenji tidak bisa bernapas. Apa mereka menyembunyikanku di sini? Atau memang ada seseorang menculikku waktu kecil? Sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, terdengar seperti  suara derit terdengar dari lantai dua, seperti seseorang sedang berjalan mendekati.

Ren langsung waspada. “Kalian coba diam dulu sepertinya ada orang.”

Ryuga mengangkat tangan memberi tanda diam. Kenji menahan napas. Namun sosok yang muncul bukan musuh melainkan seseorang yang membuat Kenji hampir tidak mampu berdiri,orang itu adalah Kaito. Ia tampak berdiri di tangga kayu, tetapi setengah wajahnya tertutup bayangan.

“Kau akhirnya datang,” ucap Kaito tenang. “Kenji.”

Kenji berjalan mendekat dua langkah. “Kaito apa ini semua? Kenapa Mama punya dua bayi? Kenapa kau diambil Takatori? Kenapa aku tidak pernah tahu kau hidup?”

Kaito terpaku beberapa detik sebelum menjawab, “Karena Papamu hanya memilih satu anak.”

Jantung Kenji seperti diremas. Ia merasa terkejut mendengar perkataan yang keluarkan dari mulut  Kaito, kenapa papa harus memilih salah satu dari mereka?

Ren menatap Kaito tajam. “Jangan adu domba!”

“Ini bukan sebuah adu domba.” Kaito turun perlahan, langkahnya tenang dan mata tajam menatap Kenji.

“Ini adalah sebuah kebenaran yang harus kamu ketahui Kenji..” Mendengar itu Kenji menggigit bibir sampai terasa asin darah.

“Kalau Papa memilihku … ” Kenji menatap lantai, suaranya pecah, “Kenapa harus aku yang dipilih? Kenapa bukan kau saja Kaito?”

Kaito tersenyum pahit. “Karena aku lemah saat dilahirkan. Dan menurut Whisperer yang menilai kau lebih berpotensi menjadi pewaris yang sempurna.”

Ryuga tiba-tiba menegang. “Diam. Ada sesuatu—”

Belum sempat ia lanjut, sebuah suara menggelegar di luar ruangan, boom! Debu beterbangan. Sebagian langit-langit runtuh. Kenji, Kaito, Ryuga dan Ren mulai panik karena sudah sebagian dari ruangan tersebut mulai runtuh.

Ren menjerit, “Itu … bahan peledak?!”

Ryuga menarik Kenji dan Ren. “Gawat Takatori sudah menemukan kita!”

Kaito memandang pintu dengan wajah datar. “Mereka mengikuti kita sejak terowongan.”

“Tunggu!” Kenji menahan tangan kakaknya. “Siapa sebenarnya kau di sisi mereka?”

Namun Kaito hanya menatap Kenji dengan senyum samar yang membuat dadanya semakin sesak. “Aku, Kenji … selalu berada disisi mereka sejak hari pertama aku dilahirkan.”

Kenji mematung mendengar perkataan dari Kaito. Sedangkan Ren memucat, dan Ryuga langsung mencabut pistol dan menodongkan ke arah Kaito.

“Kaito … apa maksudmu?” tanya Kenji lirih.

Dan Kaito menjawab dengan satu kalimat. “Aku adalah tangan kedua Whisperer.”

Mendengar kalimat yang keluar dari mulut Kaito membuat seluruh dunia Kenji runtuh dalam sekejap, dia tidak bisa berpikir jernih semua begitu terjadi secara tiba-tiba, terlebih saudara kembarnya Kaito yang baru ia temu, merupakan tangan kanan kedua Whisperer Sebelum Kenji sempat menjerit, atap ruangan hancur diterjang ledakan kedua. Boom! Dan gelap menelan mereka semua.