Seyna Darma, gadis yang dianggap bodoh karena trauma kematian kedua orang tuanya, hidup dalam siksaan paman dan bibi yang kejam.
Namun di balik tatapannya yang kosong, tersimpan dendam yang membara.
Hingga suatu hari ia bertemu Kael Adikara, mafia kejam yang ditakuti banyak orang.
Seyna mendekatinya bukan karena cinta, tapi karena satu tujuan yaitu menghancurkan keluarga Darma dan membalas kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 TIDAK SUKA
Mereka berjalan ke taman belakang taman pribadi yang luas, dengan bunga dan pot yang terawat. Jesika mengangkat selang untuk menyiram tanaman dengan santai, lalu menunjuk tumpukan di salah satu sudut.
"Ambilkan satu karung pupuk," perintahnya kepada Alisha.
Tanpa pikir panjang, Alisha mengangguk manis sambil tersenyum untuk menjaga image baiknya.
"Baik tante," ucap Alisha.
Karung itu bukan ukuran kecil, ukuran yang besar dan cukup berat, keras, dan berdebu. Gaun mahal dan perhiasan Alisha jelas bukan outfit untuk membawa pupuk. Tapi ia tetap mengangkatnya meski sampai wajahnya memerah dan napasnya terengah.
"Taruh di sini," ucap Jesika tanpa menoleh.
Alisha memindahkannya. Baru saja ia selesai, Jesika kembali memberi instruksi.
"Sekarang ambil sekop dan pindahkan tanah pot besar itu. Jangan sampai tercecer."
"B-baik tante," ucap Alisha sambil tersenyum.
Tanah pot besar itu juga berat. Tangan Alisha mulai sakit. Tapi ia tetap menahan sampai bibirnya pucat dan telapak tangannya memerah. Jesika sesekali melirik secara diam-diam.
Yang ia lihat bukan ketulusan tapi sebuah obsesi.
Alisha tidak melakukan ini karena peduli. Ia melakukannya karena ambisi menjadi anggota keluarga Wicaksana.
"Tante… sudah selesai, apa lagi yang bisa aku bantu?" ucap Alisha dengan napas berat tapi tetap memaksakan senyum.
Jesika menyandarkan lengan ke pinggang, menatapnya tanpa ekspresi.
"Kalau mau bahagiakan calon suami, harus bisa kerja keras kan?" nada bicaranya lembut tapi tampak dari raut wajahnya ia jelas tidak suka.
"Betul, tante," Alisha menjawab tanpa ragu.
Jesika mengangguk pelan. "Kalau begitu bantu tante bersihin daun-daun kering."
Alisha mengambil sapu dan mulai membersihkan halaman. Tangan gemetarnya jelas terlihat. Rambutnya berantakan, wajahnya berkeringat. Tetapi ia terus memaksa diri tersenyum seanggun mungkin saat Jesika menoleh.
Jesika melihat semua itu bukan untuk menguji kemampuan bekerja tapi untuk melihat berapa jauh Alisha akan berpura-pura.
"Cukup," ucap Jesika akhirnya setelah melihat Alisha hampir jatuh karena kelelahan.
Alisha langsung menegakkan tubuh, menampilkan senyum selembut mungkin walau napasnya hampir habis.
"Tante… aku senang bisa bantu tante,"
Jesika membalas senyuman itu. "Benarkah? Atau kamu hanya senang kalau sikap tante berubah menjadi lebih baik terhadapmu?"
Jantung Alisha langsung serasa berhenti.
Untuk pertama kalinya ia kehilangan kata-kata. Jesika mendekat sedikit, tatapannya bukan marah tapi tajam dan penuh penilaian.
"Tante bukan orang yang mudah dibohongi, Alisha. Kamu datang dengan rencana. Kamu mau cinta Amar, kamu mau nama baik di keluarga besar Adikara, dan kamu mau menghancurkan gadis bernama Seyna itu kan?"
Senyuman Alisha menegang tapi ia tetap memaksakannya.
"Tante… aku nggak seperti itu. Aku cuma ingin—"
Jesika mengangkat tangan, menghentikannya bicara.
"Tidak apa-apa. Kamu boleh punya ambisi. Tapi jangan lupa, rumah ini bukan tempat yang mudah kau masuki."
Alisha terdiam. Tubuhnya kaku.
"Tunggu di ruang tamu," ucap Jesika terakhir kalinya.
"Kalau Seyna pulang, baru kamu boleh bicara dengannya."
Dengan langkah gemetar Alisha berjalan kembali ke dalam rumah. Ia berusaha tersenyum walau rahang dan matanya menunjukkan kemarahan yang ia tahan mati-matian.
"Kenapa ibu ibu itu tidak suka kepadaku," kesal Alisha lalu segera masuk ke dalam rumah dengan kesal.
Sesampainya di dalam rumah ia segera mengeluarkan ponselnya dan duduk di sofa menunggu Seyna dan yang lain pulang, tetapi kemarahannya masih belum mereda.
"Kenapa aku tidak bisa dengan mudah masuk ke keluarga ini seperti Seyna!" ucap Alisha sambil mengacak rambutnya frustasi.
Jesika yang tahu bahwa Alisha sedang kesal dengan dirinya hanya tersenyum tipis.
"Aku tidak akan membiarkan gadis buruk masuk ke dalam keluargaku!" gumam Jesika.
Selang beberapa menit menunggu akhirnya Seyna dan yang lain pulang, Alisha yang mendengar suara pintu terbuka segera berdiri.
"Seyna..." ucapnya dengan ceria setelah melihat Seyna, Kael dan Amar masuk.
Tetapi tatapan ceria itu langsung berubah saat seornag gadis yang telah ia temui di toko kue itu kembali muncul sambil tertawa bersama Amar. Seyna yang dipegang tangannya segera menepis tangan Alisha, lalu menggenggam tangan Kael seolah mencari perlindungan.
"Jangan ganggu Seyna!" ucap Kael dingin.
Melihat itu Alisha buru buru mundur beberapa langkah, lalu menatap ke arah gadis yang bernama Angela itu dan mengalihkan pandangannya ke arah Amar.
"Amar kamu habis dari mana?"tanya Alisha mencoba meraih tangan Amar.
Amar hanya tersenyum kikuk, lalu segera mundur untuk menjauhi Alisha.
"Tadi Seyna, mau makan kue makanya tadi aku dan Kael ngajak Seyna kesana.
Alisha hanya mengangguk lalu kembali bertanya dengan wajah yang kesal.
"Terus siapa dia,kenapa dia bersamamu?"tanya Alisha menatap ke arah gadis yang berdiri di samping Amar.
Sebelum Amar sempat menjawab, gadis tersebut segera melangkahkan dirinya mendekat ke arah Alisha dan mengangkat tangannya.
"Kenalin aku Angela, teman kecilnya Amar sama Kael," ucapnya sambil tersenyum.
Alisha tidak membalas lalu kembali ke arah Amar, ia melirik sekilas ke arah angela, lalu langsung mengenggam pergelangan tangan Amar dan menariknya cukup keras hingga Amar sedikit tersentak.
"A–Alisha, jangan begini di sini,"bisik Amar, mencoba melepaskan diri.
"Kalau gitu ikut aku," balasnya dingin sambil menyeret Amar ke dekat lorong belakang tempat yang jauh dari pandangan yang lain.
Begitu berada di sana, Alisha langsung menutup jalan keluar dengan berdiri tepat di depan Amar dengan tatapannya menusuk.
"Sekarang jawab dengan jujur," ucap Alisha tajam.
"Siapa sebenarnya gadis itu? Apa hubungan kalian?"
Amar menelan ludah, terlihat gugup namun memaksakan dirinya untuk bicara.
"Dia Angela," ucapnya pelan.
"Teman kecilku… sekaligus orang yang aku cintai dari dulu."
Jantung Alisha seakan berhenti berdetak. Ia memicingkan mata, seolah tidak percaya telinganya baru saja mendengar itu.
"Jadi… selama ini, kamu cinta sama dia?" tanyanya lirih, namun sarat kemarahan yang tertahan.
Amar mengangguk. "Iya. Dan aku mohon, tolong batalkan pertunangan kita. Aku tidak ingin kamu terluka nanti. Aku sudah bicara baik-baik dari awal, kan? Aku tidak pernah mencintaimu, Alisha."
Beberapa detik, Alisha hanya terdiam. Wajahnya menegang bukan sedih, tapi marah. Sangat marah.
"Aku sudah jatuh cinta sama kamu, Amar," ucapnya gemetar.
"Aku sudah lakukan semuanya demi kamu. Dan kamu ingin aku menyerah begitu saja? Hanya karena gadis itu muncul lagi?"
"Ini bukan tentang dia," Amar membalas cepat.
"Ini tentang perasaan aku. Perjodohan ini salah. Aku tidak mau menikah dengan seseorang yang tidak aku cintai."
Tawa sinis lolos dari bibir Alisha. Matanya memerah, namun bukan karena menangis karena obsesi menjadi bagian keluarga terkaya.
"Kamu pikir aku akan mundur hanya karena kamu memohon? Kamu pikir aku akan membiarkan orang lain menjadi tunangan keluarga Wiranata? Aku mencintaimu, dan aku akan menikah denganmu, Amar. Suka atau tidak."
"Alisha,jangan seperti ini…" Amar berbisik, napasnya mulai tidak stabil. Ia tampak benar-benar syok.
......
MOHON DUKUNGANNYA JANGAN LUPA VOTE,LIKE,KOMEN SEBANYAK BANYAKNYA TERIMAKASIHH
Jangan lupa follow buat tau kalau ada cerita baru dari othorrr!!