Awalnya Erina Jasmin di tuduh mencuri dompet milik pelanggan di kafe di mana dia bekerja. Dia di laporkan oleh manajer kafe dan di pecat oleh atasannya. Erina kesal karena di tuduh mencuri dompet milik pelanggan yang ternyata Erika Gladys perempuan pemilik dompet itu.
Alih-alih tidak di laporkan pada polisi, Erina di tawari sebuah kesepakatan untuk menjadi istri pengganti seorang kaya. Dia awalnya menolak, tapi karena Erika Gladys menawarkan uang banyak untuk membantunya membiayai ibunya dalam pengobatan di rumah sakit.
Karena wajah Erina Jasmin dan Erika Gladys sangatlah mirip bagai di pinang di belah dua. Maka misi yang di tugaskan Erika pada Erina pun di jalankan, menjadi seorang istri dari Kenzio Pahlevi Abraham. Lalu, apa intrik masalah yang akan di hadapi oleh Erina setelah menjadi istri pengganti Erika yang hidupnya memang untuk bersenang-senang saja dengan beberapa selingkuhannya.
Dan apakah Erina dan Erika sebenarnya saudara kembar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Perasaan Aneh
Pukul lima tiga puluh, Erina membuka matanya. Pinggangnya terasa berat, pandangannya beralih pada tangan di perutnya. Tangan besar dan kokoh berotot itu memeluknya erat, mata Erina membelalak melihat tangan besar di perutnya.
"Ini, tangan Ken?" gumamnya pelan.
Jantungnya berdetak cepat, dia berusaha berbalik melihat siapa seseorang yang memeluknya itu. Dia mengingat-ingat semalam apa yang terjadi, tapi dia tidak bisa mengingat sesuatu apa pun.
Dia berusaha bersikap tenang, tangan kokoh itu perlahan di angkat lalu di singkirkan ke belakang. Tubuhnya di geser perlahan agar Ken di sampingnya tidak terusik dengan gerakannya.
Setelah terlepas dari pelukan tangan Ken, Erina segera turun dari ranjangnya. Menatap wajah Ken yang masih terlelap, segera dia masuk ke dalam kamar mandi. Menenangkan hatinya yang tiba-tiba terasa aneh.
"Ya Tuhan, aku tidur dengannya semalam?" gumamnya.
Dia berdiri di depan cermin, masih bingung dengan kejadian tadi. Ken memeluknya, tidur di sampingnya. Apakah itu pantas?
"Tidak. Itu tidak boleh terjadi, kemarin pagi dia tiba-tiba mencium bibirku. Seharusnya tidak seperti ini, aku bukan istrinya," ucap Erina menyesali apa yang terjadi.
Tapi dia tidak tahu harus bersikap seperti apa, bukankah dia sedang menyamar jadi Erika?
"Bagaimana ini, kenapa jadi seperti ini?" ucapnya lagi.
Saat sedang kebingungan tentang Ken yang tidur dengannya, tiba-tiba suara Ken terdengar memanggil nama Erika.
"Erika, kamu di mana?" teriak Ken.
"Oh, aku sedang buang air besar di kamar mandi," jawab Erina.
Ia menenangkan hatinya, mencoba untuk bersikap biasa saja. Dia harus berpikir bagaimana Ken menjauh darinya, apa yang akan dia lakukan pada laki-laki itu.
"Sejak aku datang ke rumah ini, sikapnya begitu dingin. Ini sudah hampir empat bulan, mungkinkah dia sudah tidak marah lagi?"
Berbagai pikiran bagaimana dia harus menjauh dari Ken, bagaimana dia harus membuat Ken marah lagi. Dia harus cepat memikirkan itu, tapi...
"Erika, kenapa kamu lama sekali di kamar mandi? Aku masuk ya, kita mandi bersama," ucap Ken di depan pintu kamar mandi sambil mengetuk pintu.
Erina semakin cemas dan gelisah, bagaimana mungkin dia mandi bersama?
"Oh tidak, ini tidak boleh terjadi."
Dia terus berpikir agar tidak mandi bersama dengan Ken, agar laki-laki itu tidak membuatnya semakin bingung. Tapi akhirnya dia punya ide agar Ken tidak memaksa untuk mandi bersama dengannya.
"Jangan masuk, perutku sakit. Aduh!" ucap Erina dengan pura-pura meringis.
"Kenapa kamu? Cepat buka pintunya, jangan membuatku cemas!" teriak Ken di depan pintu.
"Maafkan aku, perutku sakit," kata Erina lagi.
"Makanya cepat buka pintunya Erika!"
Teriakan Ken membuat Erina takut, dia akhirnya membuka pintunya sambil memegangi perutnya. Tatapan khawatir Ken membuat Erina jadi gugup.
"Kenapa perutmu sakit?" tanya Ken.
"Aku tidak tahu, mungkin sebelum tidur aku makan sambal jadi perutku sakit pagi ini," jawab Erina.
"Kamu ada-ada saja, sebaiknya kamu cepat sarapan dan minum air hangat. Aku akan mandi, ini sudah siang. Aku harus ke kantor cepat," ucap Ken.
"Oh ya suamiku. Aku akan turun, mungkin nanti setelah sarapan aku akan mandi," jawab Erina.
Ken menggeleng kepala, dia masuk ke dalam kamar mandi dan Erina berjalan keluar kamar. Dia merasa lega karena tidak jadi mandi bersama.
_
Erina sedang menyisir rambutnya yang panjang, dia menggelungnya setelah di keringkan. Menatap cermin di depannya lama lalu menghela napas panjang.
"Aku Erina, bukan Erika. Apa yang harus di lakukan Erika pada suaminya jika meminta sesuatu? Ah tidak, aku tidak mau melakukan itu. Dia suami Erika," gumamnya.
Saat sedang melamun, pintu terbuka. Tita masuk dengan membawa sesuatu dalam gelas, wajahnya seperti biasa selalu ceria ketika masuk ke dalam kamar Erika.
"Selamat pagi nyonya, kata tuan Ken anda sakit perut. Saya bawakan susu hangat, minumlah nyonya. Tuan Ken masih di bawah, sebentar lagi berangkat ke kantor," ucap Tita.
"Iya, tadi aku tidak turun ke bawah. Perutku memang sakit," ucap Erina melihat gelas berisi susu di nampan.
"Oh ya nyonya, apa sebaiknya nyonya periksa ke dokter saja? Dulu nyonya sariawan, lalu sekarang sakit perut."
"Ini mungkin sakit perut mau datang bulan, Tita. Tentu kamu juga sering merasakannya kan?" tanya Erina.
"Iya nyonya, terkadang sakit sekali sampai saya tidak bisa bekerja. Makanya nyonya harus di periksa, agar tidak terjadi apa-apa," ucap Tita lagi menyarankan.
"Memangnya apa yang akan terjadi padaku?"
"Ya mungkin sesuatu yang tidak di inginkan, seperti penyakit kewanitaan misalnya."
"Penyakit kewanitaan? Apa maksudnya?"
Tita tampak berpikir, bingung juga kenapa Erina menanyakannya. Padahal sebenarnya tahu apa itu penyakit kewanitaan.
"Yaa makanya nyonya periksa ke dokter, biar dokter yang menjelaskan apa itu penyakit kewanitaan."
"Kamu itu hanya mengarang saja Tita, aku tahu kamu hanya mengada-ada."
"Kalau nyonya tidak percaya, bisa tanya ke dokter," ucap Tita.
"Sudahlah, jangan bahas itu. Sini susunya, aku memang haus sekali."
Tita menyodorkan susu dalam gelas pada Erina, gadis itu tersenyum senang karena Erina jarang sekali memarahinya. Tapi ada yang berbeda dari biasanya, tapi Tita tidak mempermasalahkannya.
Ken masuk ke dalam kamar, Tita berbalik begitu juga Erina menatap Ken. Tiba-tiba hatinya gelisah dan juga gugup, dia melirik pada Tita. Gadis itu pun tersenyum dan membungkuk pada Ken lalu melangkah pergi.
Erina masih diam di kursinya, menatap cermin yang memantulkan wajah polosnya tanpa make up. Ken mendekat, berdiri di belakangnya. Wajahnya penuh dengan keceriaan meski terlihat dingin, dia menatap wajah Erina di cermin.
"Ada apa?" tanya Erina berusaha tenang.
Ken pun menunduk, dagunya tepat di atas kepala Erina. Tangannya menelusup ke pinggang gadis itu, napasnya pelan dan teratur. Wajahnya miring, ciuman di pipi Erina mendarat.
Tubuh Erina membeku sesaat ketika ciuman mendarat di pipinya. Wajahnya sedikit memerah dan pipinya hangat, Ken semakin dalam wajahnya hingga bibirnya menyentuh leher Erina.
Erina merinding, dengan cepat dia berdiri dan berbalik agar terlepas dari kungkungan Ken. Menatap laki-laki itu dengan gugup pula. Ken tersenyum menatap lembut padanya, tangannya membelai rambut di belakang telinganya.
"Aku sebenarnya enggan berangkat ke kantor, tapi ada pertemuan penting dengan klien. Siangnya aku harus mengisi acara bisnis di stasiun tv, bisakah malam ini aku meminta jatahku?" tanya Ken membuat Erina bingung.
Ia berpikir cepat lalu tersenyum kecil.
"Sakit perutku ini semakin lama semakin terasa, kupikir sakit biasa. Mungkin ini tanda akan datang bulan," ucap Erina.
Wajah Ken tampak kecewa, dia menarik napas berat lalu tersenyum kecil.
"Baiklah, aku sabar untuk menunggu selesai datang bulanmu," ucap Ken.
Setelah mengatakan seperti itu, dia pun mencium bibir Erina dengan lembut. Cukup lama Ken mencium bibir gadis itu yang sedang gugup dan merasa bersalah.
'Perasaan aneh apa ini? Ini tidak boleh di teruskan. Erika, maafkan aku.'
_
_
******
bagaimana kl mereka jatuh hati...
sampai kapan bs menghindar dr hubungan suami istri?
ato Nadia?