Sejak malam pernikahan, Clara Wu telah diracun oleh pamannya—racun yang membuatnya hanya bisa bertahan hidup lewat penawar yang diberikan setiap minggu.
Namun setiap kali penawar itu datang, bersamanya hadir obat perangsang yang memaksa tubuhnya menjerit tanpa kendali.
Tak sanggup menanggung hasrat yang dipaksakan padanya, Clara memilih menyakiti diri sendiri, melukai tangannya agar tetap sadar.
Tiga tahun ia bertahan dalam pernikahan tanpa cinta, hingga akhirnya diceraikan dan memilih mengakhiri hidupnya.
Ketika Adrian Zhou kembali dari luar negeri dan menemukan kebenaran tentang siksaan yang dialami istrinya, hatinya hancur oleh penyesalan.
Apakah Adrian akan mampu mencintai istri yang selama ini ia abaikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Kane menyalakan layar besar di ruang konferensi.
“Ini adalah bukti yang baru kami terima semalam,” ujarnya.
Layar CCTV mulai diputar.
Rekaman CCTV
Tampak Lulu memasuki bar dengan kacamata hitam dan masker. Ia menoleh kanan–kiri sebelum duduk di sudut gelap. Seorang bartender mendekat.
Lulu menyelipkan amplop cokelat ke meja.
Dalam rekaman yang diperbesar, terlihat ia berbisik sambil menunjuk ke arah gelas jus jeruk yang sedang disiapkan di bar.
Bartender mengangguk gugup.
Lulu menyerahkan sebuah botol kecil bening—tanpa label—yang langsung disembunyikan bartender di bawah counter.
CCTV berikutnya menunjukkan bartender menuangkan isi botol tersebut ke segelas jus yang kemudian diantar ke ruangan VIP tempat Andrian berada malam itu.
Lulu menatap dari jauh, memastikan jus itu dibawa masuk.
Layar berhenti. Ruangan konferensi pers mendadak hening.
Layar berikutnya menampilkan rekaman suara dan video.
Bartender duduk menunduk, jelas ketakutan.
“Saya… saya hanya mengikuti perintah,” ujarnya dengan suara parau.
“Siapa yang menyuruhmu?”
“Seorang wanita, dia memberikan saya uang dan bilang saya hanya perlu mencampurkan cairan itu ke minuman Tuan Andrian. Katanya tidak berbahaya, hanya untuk ‘membuat keadaan menjadi lebih mudah’. Saya… saya menyesal.”
Bartender menutup wajahnya.
“Maafkan saya, Tuan Andrian. Saya tidak tahu apa-apa soal rencana mereka.”
Rekaman berhenti.
Ruangan langsung pecah oleh dengungan kamera.
Wajah Tuan Fu berubah pucat.
Andrian menatapnya, dingin dan tenang.
"Jika Anda ingin membela putri Anda, silakan. Tapi tolong gunakan fakta, bukan emosi."
Clara menambahkan, "Dan mengenai rekaman yang menyebar, semua orang dapat melihat dengan jelas wajah siapa yang terlihat. Bukan suami saya."
Reporter langsung mencatat cepat.
Tuan Fu mengatupkan bibirnya, tampak goyah.
Ia tidak menyangka bukti yang muncul sedetail itu.
Andrian berdiri perlahan dari kursinya. "Tuan Fu, saya menghormati Anda sebagai seorang pengusaha besar. Namun kali ini saya tidak akan diam saja. Perbuatan putri Anda telah mencemarkan nama baik saya dan membuat istri saya tidak nyaman."
“Andrian Zhou! Kau yang menggoda putriku lalu mencemarkan nama baiknya di media sosial! Kau harus bertanggung jawab!” bentak Jhon Fu dengan suara gemetar penuh emosi.
Andrian belum sempat menjawab ketika Clara melangkah maju, suaranya dingin namun tegas.
“Bertanggung jawab? Atas dasar apa, Tuan Fu?”
Tatapan Clara menusuk, penuh kemarahan yang tertahan.
“Justru putri Anda yang menggoda suami saya, merencanakan jebakan, membayar bartender untuk mencampurkan sesuatu ke minuman Andrian. Saya sebagai istri Tuan Zhou yang merasa tidak nyaman dengan perilaku tidak pantas putri Anda.”
Beberapa reporter terkejut, kamera mulai memotret cepat.
“Putri dari keluarga terhormat melakukan tindakan memalukan seperti ini adalah bukti bahwa Anda gagal mendidiknya,” lanjut Clara tanpa ragu.
“Namun alih-alih introspeksi, Anda datang ke sini menuduh orang lain?”
Clara menatap Jhon dengan tatapan dingin yang membuat pria itu terdiam gemetar.
"Dan yang lebih memalukan, Anda bahkan membayar seseorang untuk menyebarkan rumor palsu demi menutupi kesalahan putri Anda.”
Ruangan hening.
Clara mengangkat dagunya sedikit.
“Kami akan mengambil langkah hukum. Silakan pergi, Tuan Fu, dan tunggu surat panggilan pengadilan.”
Kata-kata itu diucapkan pelan, namun suaranya menggema di seluruh ruangan, membuat Jhon Fu tak berkutik.
“Kau… kau wanita sialan!” maki Jhon Fu sambil melangkah maju dan mengangkat tangannya, siap menampar Clara.
Namun sebelum tangannya sempat turun, Andrian sudah berdiri di depan Clara, mencengkeram pergelangan tangan Jhon dengan kuat.
“Coba saja,” suara Andrian rendah, dingin, dan mematikan. “Sentuh istriku kalau kau berani.”
Jhon Fu tertegun, tapi Andrian tidak berhenti di situ.
“Sejak awal kau dan putrimu menjebak aku,” lanjut Andrian, matanya menatap tajam. “Kalau aku tidak sadar lebih cepat, mungkin kehidupan dan reputasiku sudah hancur. Jadi dengarkan baik-baik, Jhon Fu ... jangan bermain api kalau kau tidak tahu siapa lawanmu.”
Jhon Fu menelan ludah ketakutan.
“Petugas, seret dia keluar,” perintah Kane tanpa keraguan.
Dua petugas keamanan langsung memegang kedua tangan Jhon Fu dan menyeretnya ke luar ruangan tanpa ampun.
“Kalian akan menyesal!” teriak Jhon Fu meronta. “Perusahaanku bangkrut karena ulah kalian! Putriku juga hancur karena kalian!”
Teriakan itu memantul di dinding ruangan sebelum pintu tertutup keras.
Begitu suasana kembali hening, salah satu reporter berdiri dan bertanya, “Tuan Zhou, apakah Anda akan mengambil tindakan hukum?”
Andrian menatap lurus ke arah kamera dan menjawab tegas, “Benar. Tidak ada kata maaf bagi mereka. Jhon Fu ... yang membayar pria itu menyebar rumor. Awalnya aku tidak berencana ingin beritahu tentang dalang utamanya. Tapi dia malah datang sendiri."
Click. Click. Click.
Kamera para reporter berbunyi tanpa henti, menangkap momen itu—saat Andrian Zhou menegaskan bahwa perang sudah dimulai.
“Tuan Zhou, lalu siapakah pria yang bersama Lulu di foto itu?” tanya salah satu reporter dari barisan depan.
Clara maju setengah langkah sebelum Andrian menjawab, suaranya tenang namun jelas,
“Tidak ada yang tahu siapa pria itu. Hanya Fu Lulu yang mengetahui identitasnya,” ujar Clara tanpa ragu.
Para reporter segera saling berbisik, membahas kemungkinan baru yang muncul dari pernyataan itu.
“Pertemuan kita sampai di sini. Terima kasih karena telah hadir. Untuk perkembangan selanjutnya, pihak perusahaan akan memberikan pernyataan resmi.” ucap Andrian yang kemudian merangkul pinggang Clara, melindungi sekaligus menuntunnya keluar dari ruangan konferensi pers.
Kamera kembali berbunyi, menangkap momen pasangan itu meninggalkan ruangan dengan tenang setelah mematahkan semua tuduhan.
yg paling qu suka.. dendam sang pembunuh, bagus bgt💪