Amel Fira Azzahra gadis kecil yang memiliki wajah sangat cantik, mempunyai lesuk pipi, yang di penuhi dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Namun sayang kebahagian itu tidak berlangsung lama. Setelah meninggalnya Ibu tercinta, Amel tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Bapaknya selalu bekerja di luar kota. Sedangkan Amel di titipkan ke pada Kakak dari Bapaknya Amel. Tidak hanya itu, setelah dewasa pun Amel tetap menderita. Amel di khianati oleh tunangannya dan di tinggal begitu saja. Akankah Amel bisa mendapatkan kebahagiaan?
Yukk ikuti terus ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 Wedding Amel & Fatur
Hari yang dinanti tiba. Pernikahan Amel dan Fatur digelar dengan kemewahan yana luar biasa. Ballroom hotel bintang tujuh di ibu kota disulap menjadi taman bunga kristal. Pernikahan itu menjadi berita utama di majalah gaya hidup, disebut sebagai Penyatuan Kekuatan Bisnis dan Kecantikan Alami'.
Amel sedang di make up oleh MUA terkenal di ibu kota itu. Sedangkan Fatur sudah siap di duduk dengan penghulu sembari menunggu Amel selesai di make up. Jantung Fatur berdegup tidak karuan. Ini hal yang selama ini ia nantikan.
30 menit kemudian Amel sudah selesai di make up. Amel mengenakan kebaya putih dengan adanya belahan dada di bagian dadanya, sehingga membuat semakin menonjolkan buah dadanya, serta mengenakan adat Sunda. Amel sangat begitu cantik dan menawan. Amel sudah berjalan menuju tempat ijab kabul dengan di gandeng ayahnya dan adiknya Alan. Sesampainya di tempat ijab kabul mata Fatur tak berkedip sedikitpun melihat kecantikan Amel dan melukai tubuhnya. Semua mata juga terpena dengan Amel.
Lalu Amel pun duduk di samping Fatur.
"Saya rasa pengantin pria sudah tidak sabar pak". goda penghulu membuat semua orang tertawa.
Amel juga merasa sangat malu atas yang di katakan penghulu.
"Baik kalau semuanya sudah siap mari kita mulai acaranya". ucap pak penghulu.
"Baik Pak silahkan jabat tangan ananda Fatur". perintah penghulu pada ayah Amel, ayah Amel mengangguk pelan
" Nak Fatur. Tugas bapak sudah selesai menjaga Amel. sekarang tanggung jawab bapak sudah akan jadi tanggung jawabmu. Bapak harap kamu mencintai Amel dengan tulus dan menyayanginya. Jika nanti dirimu sudah tidak sayang lagi pada Amel. Tolong jangan sakiti Amel ya, langsung kembalikan saja pada bapak. Karna Amel sudah banyak menjalani hidup kurang kasih sayang dari orang tua, bapak harap kamu menjaga amanah dari bapak nak". ucap ayah Amel dengan haru
Karna mengingat sejak kecil Amel sudah banyak menderita setelah kepergian sang ibu.
"Aku akan menjaga Amel dan selalu menyayanginya pak. Aku mendapatkannya susah. Bagaimana mungkin aku akan menyia nyiakan orang yang begitu berharga bagiku". jawab Fatur mantap
Semua orang juga tak kalah harunya mendengar ucapan ayah Amel dan Fatur. Begitupun dengan Mama karina yang berulang kali mengusap air matanya dengan tissu.
"Bissmillahirrohmanirrohim Ananda Muhammad Fatur Prahardika bin Bapak Danu Prahardika saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Amel Fira Azzahra binti Bapak Sugeng dengan mas kawin uang 10 Milyar, 1 unit rumah mewah, 1 unit mobil dan 1 Hotel bintang 5 di bayar tunai". ucap ayah Amel sambil bergetar tangannya karna membaca mahar yang sangat besar sekali yang di berikan menantunya pada putrinya.
" Saya Terima nikahnya Amel Fira Azzahra binti bapak Sugeng dengan mas kawin tersebut, Tunai". jawab Fatur dengan mantab dan lantang
"Gimana para saksi".
"SAH". jawab semua serempak.
"Alhamdulillah sekarang kalian sudah resmi menjadi suami istri, silakan cium tangan suaminya".
Amel pun mencium tangan Fatur, begitupun Fatur mencium dahi Amel dan membacakan doa di ubun ubunnya.
Acara akad nikah sudah selesai. Amel kembali berganti baju untuk menggunakan gaun.
Amel, dalam gaun pengantin mermaid yang menonjolkan setiap lekuk tubuhnya, terlihat jauh lebih dari sekadar cantik ia memancarkan aura Lady Rose yang liar, kini tertransformasi menjadi seorang ratu yang anggun dan berkelas.
Gaun itu, yang memeluk pinggangnya yang sangat ramping (siluet gitar Spanyol) dan menopang buah dada Amel yang sangat montok dan menonjol, berhasil membuat Amel menjadi pusat gravitasi di ruangan itu.
Setiap orang yang hadir, mulai dari pejabat penting
hingga rekan bisnis Fatur, terkesima.
Di sisi Amel, Fatur berdiri tegak dalam balutan tuksedo rancangan khusus.
Ketampanannya, ditambah dengan aura sukses dan kepemilikan, membuatnya terlihat seperti pangeran dari dongeng
Ayah dan Alan, adik Amel, tampak sangat bahagia. Ayah Amel tidak henti hentinya menyeka air mata haru. la tidak hanya melihat putrinya menikah dengan pria kaya, tetapi ia melihat putrinya aman, dicintai, dan dihormati.
Alan, yang kini memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan terbaik memandang Amel dengan bangga.
...----------------...
Pujian mengalir deras, tetapi Fatur segera menyadari bahwa kekaguman para tamu, terutama kaum laki laki terhadap Amel jauh melampaui sopan santun.
Banyak tamu undangan laki laki yang secara terang terangan tidak bisa menahan diri untuk tidak menatap Amel. Gaun itu, yang begitu sempurna menonjolkan lekuk tubuh Amel dan buah dadanya yang montok,; membuat setiap tatapan terpaku. Mereka melihat kecantikan yang alami, atletis, dan murni, disempurnakan oleh kemewahan gaun pengantin.
Tuan tuan terhormat, yang biasanya dingin dan formal, mendapati diri mereka tergelincir, pandangan mereka terlalu lama tertuju pada Amel.
Beberapa bahkan mencoba mendekat, memberikan ucapan selamat yang terlalu panjang atau pujian yang terlalu pribadi tentang betapa 'beruntungnya' Fatur.
Reaksi para tamu ini tidak luput dari perhatian Fatur. Matanya, yang seharusnya dipenuhi kebahagiaan murni, kini bercampur dengan posesif yang ekstrem. Setiap tatapan yang terlalu lama pada Amel, setiap pujian yang mengarah pada lekuk tubuhnya, terasa seperti ancaman langsung terhadap kepemilikannya. Fatur merasa marah sekaligus bangga. Marah karena dunia melihat apa yang segera menjadi miliknya, dan bangga karena ia berhasil mendapatkan objek keinginan semua orang ini.
Setiap kali seorang pria menatap Amel terlalu lama, Fatur akan segera menarik pinggang Amel mendekat ke dirinya, melingkarkan lengannya dengan posesif, dan menatap tajam pria itu, mengirimkan pesan dingin!
"Dia Milikku". Amel, yang kini terbiasa dengan sentuhan posesif ini (dan secara rahasia menyukai getaran yang dibawanya), membalas pelukan Fatur, mencoba menenangkan suaminya tanpa menarik perhatian
Farim dan Yudha, teman teman terdekat Fatur, yang tahu persis betapa terangsangnya Fatur terhadap Amel, mendekat untuk memberikan selamat dan, tentu saja, mengusili Fatur.
"Gila, Tur. Kau menang telak ” bisik Farim sambil menyalami Fatur.
"Lady Rose yang ini benar benar masterpiece. Semua orang di ruangan ini bahkan Papamu pun, tidak bisa berhenti menatapnya."
Fatur menyeringai, tetapi matanya tetap waspada.
"Tentu saja. Dia hanya untukku."
Yudha mencondongkan tubuhnya ke arah Fatur.
"Lihat gaunnya, Bung. Aku berani bertaruh, gaun itu sengaja kau pilih untuk menonjolkan asetnya. Bagaimana kau bisa menahan diri sepanjang acara ini? Aku melihatmu menggigil."
Fatur tertawa pelan, tawanya terdengar seperti ancaman.
"Satu jam lagi Yudha. Satu jam lagi, dan semua tatapan itu tidak akan penting lagi. Aku akan membawanya ke kamar untuk segera di unboxing. Aku sudah menunggu terlalu lama."
"Jangan sampai kau pingsan, Tur". canda Farim.
"Dia hot di lintasan, tapi dia... kelihatannya luar biasa di ranjang!".
Fatur menatap Amel, yang sedang tertawa lembut bersama Mama Karina Pandangan Fatur dipenuhi gairah murni dan keinginan tak tertahankan. la sudah tidak tahan. Semua persiapan, semua kesabaran, semua posesifnya, kini tertuju pada satu tujuan: membawa Amel ke kamar
Gairah Fatur memuncak. la membayangkan sentuhan tangan Amel, desahan yang ia dengar di restoran VIP, Fatur ingin sekali lagi merasakan kelembutan buah dada Amel, yang kini begitu jelas terpampang di balik gaun. Hasratnya sangat besar, hampir melebihi kendalinya.
Sisa resepsi terasa seperti siksaan bagi Fatur. Setiap kali ia harus berinteraksi dengan tamu, matanya kembali ke Amel. Amel, yang kini secara sadar memancarkan pesona (karena ia tahu Fatur menyukai tatapan itu), semakin menggoda. la tahu tubuhnya mengundang tatapan, dan ia menyadari betapa Fatur sangat menginginkannya. Sensasi baru itu kini menjadi bagian dari permainan mereka.
Saat sesi foto keluarga, Fatur mengambil kesempatan untuk mendekat ke Amel. Di depan kerumunan, ia memeluk Amel posesif.
"Aku sudah tidak tahan lagi, Sayang, " bisik Fatur di telinga Amel, suaranya tercekat.
"Setiap pria di ruangan ini ingin menjadi aku. Dan itu membuatku ingin segera mengklaimmu."
Fatur memegang Amel erat, tangannya menekan pinggang rampingnya dan naik sedikit, menyentuh lembut bagian bawah buah dada Amel melalui kain gaun pengantin yang tebal. Sentuhan singkat itu sudah cukup untuk memicu gelombang panas di tubuh Amel. Amel menoleh ke Fatur,
matanya memancarkan gairah yang sama, sebuah persetujuan diam diam
"Cepat bawa aku pergi, Mas Fatur" bisik Amel, membalas sentuhan posesif itu.
Saat jamuan hampir berakhir, Fatur tidak menunggu lagi. la tidak peduli dengan tradisi. la meminta izin pada Ayahnya dan Mama Karina.
"Aku akan membawa istriku sekarang, Aku sudah menunggu cukup lama "kata Fatur tegas.
Fatur meraih tangan Amel, mencium punggung tangannya dengan gairah yang terbuka, dan memimpin Amel keluar dari ballroom yang mewah.
Mereka berjalan cepat, meninggalkan tatapan penuh iri dan kekaguman dari para tamu