NovelToon NovelToon
Sistem Menjadi Miliarder

Sistem Menjadi Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Action / Romantis / Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.

Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.

Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.

Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.

Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 - Appraisal

[Ding!]

[Selamat! Misi Lanjutan : Yuna Berhasil Diselesaikan]

[Deskripsi : Buat Trauma Yuna Di Sekolah XXXX membaik]

[Reward : Mendapatkan Stat Acak!]

[Kegagalan: Trauma Yuna memburuk]

[Mendapat 2 Poin Stat Intelligence & 1 Poin Stat Agility]

Seiring Rian berjalan, panel itu perlahan menghilang dan Rian sempat berdiri diam sebentar masih mencerna sensasi aneh yang merambat di tubuh nya.

Kakinya sedikit gemetar, tapi seperti ada tenaga baru mengalir dan terasa sedikit lebih nyaman bergerak.

Kepalanya pun terasa lebih ringan dari sebelum nya.

Begitu ia tak sengaja menatap lantai…

[Keramik Warna Putih Merk AXXX]

[Price : Rp. 140.000 / 6 pcs]

“Huh?” alisnya naik setengah senti.

Ia mengucek mata nggak hilang.

Menengok ke kiri, ke arah tempat sampah…

[Tempat Sampah Mini Merk ZXXX]

[Price : Rp. 40.000 / pcs]

“…Hah??”

Ia putar badan ke arah pintu salah satu ruang kelas…

[Pintu Kelas Aluminium Buatan Lokal Tahan Api]

[Price : Rp. 2.000.000 / pcs]

Rian langsung terhenti beberapa detik.

"Gila… apa ini? Mataku sekarang jadi bisa melihat harga?"

Sementara Rian lagi sibuk membatin, Yuna yang menggenggam lengan Rian berhenti ikut tertegun.

“Kak? Kenapa kakak berhenti…?” suaranya terdengar cemas.

Rian cepat-cepat menormal-kan ekspresinya.

“Eh… nggak ada apa - apa. Cuma sedikit pusing aja, Yun.”

Yuna langsung maju selangkah dan menempelkan telapak kecilnya ke dahi Rian.

“Panas nggak…? Aduh, jangan dipaksain kalau nggak enak badan tuh kak,” ucapnya tulus khawatir.

Rian cekikikan kecil, meski hatinya masih chaos.

“Enggak, Kakak nggak panas. Mungkin… nggak biasa AC dingin begini.” Ucap Rian beralasan.

Yuna mengembungkan pipi. “Kalo gitu kita pulang dulu aja, Kak.”

“Enggak, enggak… udah baikan kok.”

Ia meraih tangan Yuna dan menuntunnya lagi ke depan.

“Yuk. Biar cepet selesai urusannya.”

Mereka lanjut berjalan…

Dan tulisan-tulisan harga itu terus bermunculan setiap kali Rian melirik benda di sekitarnya.

[Efek Pasif intelligence: aktif]

Mereka berdua kini berjalan melewati lorong utama sekolah. Sunyi tak ada siapapun.

Hanya suara AC dan langkah sepatu mereka berdua yang memantul di lantai keramik putih.

Kursi-kursi kosong. Pintu-pintu kelas tertutup rapat. Bahkan suara guru yang mengajar samar-samar pun hampir tak terdengar.

“…Sepi banget,” gumam Rian pelan.

Yuna mengangguk.

“Iya kak, udah… masuk kelas semua.

Biasanya jam segini memang nggak ada yang jalan-jalan di lorong.”

Suara nya sudah lebih stabil dibanding beberapa menit lalu.

Mereka melangkah melewati papan pengumuman yang penuh jadwal kegiatan, menuruni tangga kecil, dan akhirnya berhenti tepat di depan sebuah pintu kayu cokelat tua dengan ukiran sederhana.

RUANG KEPALA SEKOLAH

Tulisan itu terasa lebih dingin dari biasanya.

Yuna menengok Rian pelan, suaranya lirih namun tegas seperti ia lagi berusaha menenangkan diri sendiri.

“Kak… Kakak di sini aja. Yuna mau mindahin berkasnya dulu… urusan administrasi nya seperti biasa. Kakak kan masih pusing.”

Rian justru tersenyum, lalu mengacak pelan rambut Yuna.

Bukan sekadar candaan lebih seperti tenang, kamu nggak sendiri.

“Enggak. Kamu nggak perlu mikirin kakak pusing. Kamu aja duduk di kursi tuh. Biar kakak aja yang ngomong.”

Namun Yuna segera menggeleng cepat.

“Eh jangan, Kak. Aku nggak mau sendirian. Aku ikut aja sama kakak… barengan.”

Ada sedikit ketakutan di matanya, bukan panik lebih seperti bekas luka yang muncul tiap ia mengingat gedung ini barang kali karena cacian si Alexa tadi.

Dengan langkah nya mantap. Ia memilih berdiri di sisi Rian.

Rian menarik napas panjang, membiarkan dadanya stabil, lalu mengetuk pintu dua kali.

Tok. Tok.

Hening beberapa detik…

dan sebuah suara wanita dewasa terdengar dari dalam, hangat tapi punya otoritas:

“Masuk saja.”

Rian menelan ludah kecil.

Yuna merapat langkah ke belakangnya.

Pintu itu pun berderit pelan ketika Rian mendorongnya.

Cahaya lembut dari lampu kuning ruangan menyambut mereka.

Ruangan luas, rapi, wangi kayu, dengan rak buku mengisi dinding belakang.

Aura wibawa dan ketenangan langsung memeluk mereka begitu pintu terbuka.

Dan di meja utama, Kepala Sekolah Lia mengangkat wajahnya, kaget melihat dua tamu nya yang baru datang..

Ia langsung berdiri dari kursi nya begitu melihat Yuna.

Tanpa pikir panjang, ia melangkah cepat, meraih bahu Yuna, lalu memeluknya erat.

Pelukan yang cuma beberapa detik, tapi terasa seperti seseorang yang sudah menahan cemas berhari-hari.

Setelah melepasnya, Lia menatap Yuna dari kepala sampai kaki, memastikan anak itu benar-benar ada di depan nya.

“Yun… kamu ke mana aja selama ini…? Kenapa nggak hubungin Ibu?” suaranya terdengar sedikit bergetar.

“Kamu menghilang 15 hari, Nak. Ibu udah cari - cari kamu terus…”

Yuna langsung menunduk, jemarinya saling meremas.

“G… nggak enak, Bu… nyeritain masalah pribadi…”

Lia menghela napas, tapi senyumnya lembut.

“Yuna… kamu kayak anak Ibu sendiri di sekolah ini. Kamu tuh siswi pinter, disiplin.

"Kalau ada masalah apa pun, kamu boleh cerita… konsultasi sama Ibu. Jangan di pendam sendirian begitu.”

“I-iya, Bu…” jawab Yuna, pelan tapi jelas.

Lia tersenyum lega, lalu baru menyadari kehadiran sosok laki-laki di samping Yuna.

Wajah nya berubah penasaran.

“Baguslah… ini siapa, Yun, yang di sebelahmu? Kamu kan nggak punya kakak laki-laki.”

Rian langsung merespons ramah, tersenyum dan sedikit menundukkan kepala sebagai tanda sopan.

Ia mengulurkan tangan.

“Saya Rian, Bu… sekarang jadi walinya Yuna.”

Lia mengangkat alis, kaget tapi tidak kasar.

“Loh, kok bisa begitu?”

Rian menarik napas kecil sebelum menjawab nada suaranya tetap sopan, tapi ada ketegasan di dalamnya.

“Panjang ceritanya, Bu… intinya, Yuna sekarang tinggal di rumah keluarga saya.

"Dan untuk sementara, saya yang bertanggung jawab sebagai walinya.

"Hari ini saya berniat mengurus administrasi pindahan Yuna… biar dia bisa sekolah lebih dekat rumah kami.”

“Loh… kok kamu mau pindah, Yun?”

Nada Lia pelan tapi jelas mengandung rasa khawatir.

“Kamu udah gak nyaman…?”

Yuna langsung gelagapan kecil. Bahunya menegang, jari-jarinya saling meremas kuat.

Ia menunduk, tapi suaranya perlahan keluar.

“Bu… bukan gitu, Bu…”

Matanya bergerak gelisah, seperti mencari kata yang tepat.

“A- Ada… banyak alasan kenapa saya mau pindah…”

Ia menelan ludah, napasnya tersendat.

“Sa- salah satunya soal biaya iuran… Saya udah nggak sanggup lagi kayak dulu waktu ayah dan ibu saya masih hidup…”

Suaranya mulai bergetar, tapi ia memaksakan diri tetap bicara.

“Aku… nggak mau ngerepotin Kak Rian… sebagai wali sementara… lebih dari ini…”

Yuna menggigit bibirnya, menahan emosi.

Ia menatap Lia sebentar sekilas, sebelum buru-buru menunduk lagi.

Ada rasa malu, takut, dan sedikit bersalah campur jadi satu di wajahnya.

Lia menghela napas pendek, menunjukkan dadanya ikut sesak mendengar nya.

Tatapan nya bergeser ke Rian, mencari penjelasan lebih dalam.

Rian menangkap itu.

Ia melangkah satu langkah maju, sedikit membungkuk, lalu berbisik halus agar Yuna tidak terlalu mendengar.

“Aku udah bilang… nggak usah pindah, Bu. Tapi dia maunya begitu. Rian cuma bisa nurut aja.”

1
ALAN
lanjut Thor 😍💪
Gege
mantul
Gege
lepaskan semua thorr 10k katanya.. jangan di cicil cicil... gassss
ALAN: bener tuh thorr
total 1 replies
Gege
lanjooottt thorr💪
Raihan alfi Priatno
lanjutin updatenya sampai tamat
Eli: Okeii syap
total 1 replies
ALAN
lumayan /Casual/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!