Sejak malam pernikahan, Clara Wu telah diracun oleh pamannya—racun yang membuatnya hanya bisa bertahan hidup lewat penawar yang diberikan setiap minggu.
Namun setiap kali penawar itu datang, bersamanya hadir obat perangsang yang memaksa tubuhnya menjerit tanpa kendali.
Tak sanggup menanggung hasrat yang dipaksakan padanya, Clara memilih menyakiti diri sendiri, melukai tangannya agar tetap sadar.
Tiga tahun ia bertahan dalam pernikahan tanpa cinta, hingga akhirnya diceraikan dan memilih mengakhiri hidupnya.
Ketika Adrian Zhou kembali dari luar negeri dan menemukan kebenaran tentang siksaan yang dialami istrinya, hatinya hancur oleh penyesalan.
Apakah Adrian akan mampu mencintai istri yang selama ini ia abaikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Ruangan konferensi pers dipenuhi kilatan kamera. Para reporter duduk berderet dengan wajah serius, tangan menggenggam pena dan perekam, menantikan klarifikasi dari sosok yang namanya sedang heboh di media sosial.
Pintu utama terbuka.
Andrian Zhou melangkah masuk dengan langkah mantap, ditemani Kane yang berjalan setengah langkah di belakangnya. Suara bisik-bisik reporter langsung memenuhi ruangan, namun perlahan mereda ketika keduanya naik ke podium.
Di bagian pojok ruangan, Clara berdiri diam sambil memeluk kedua tangannya. Tatapannya tajam namun penuh keyakinan, mendukung suaminya dari jauh tanpa menarik perhatian.
Andrian menatap ke arah puluhan wajah yang memandangnya. Ia merapikan ujung jasnya sebelum mendekat ke mikrofon.
Suasana hening.
Dengan suara dalam dan stabil, Andrian memulai:
"Terima kasih kepada semua yang hadir. Hari ini, saya berdiri di sini bukan untuk menenangkan gosip ... tetapi untuk menghentikannya."
Kilatan kamera muncul serentak.
"Tuduhan yang beredar mengenai saya ‘meniduri seorang wanita hingga hamil dan tidak bertanggung jawab’ adalah fitnah, dan saya menyatakan hal itu secara tegas."
Ia melirik singkat ke arah Clara, lalu kembali menatap ke depan.
"Saya telah bekerja keras membangun reputasi dan perusahaan ini. Saya tidak akan membiarkan siapapun ... siapapun ... merusak nama baik saya maupun keluarga saya dengan kebohongan kotor."
Andrian menahan napas sejenak, memberi ruang bagi para reporter mencerna kalimatnya.
"Saya datang membawa bukti, kronologi, serta identitas pihak yang dengan sengaja menyebarkan rumor ini. Dan saya pastikan, tindakan hukum sudah saya ambil."
Ruangan mendadak riuh oleh bisikan reporter, namun Kane memberi isyarat agar mereka tenang.
Andrian melanjutkan dengan nada yang lebih tegas, "Ini bukan sekadar klarifikasi. Ini adalah peringatan bagi siapapun yang mencoba menjatuhkan saya dengan cara-cara rendah. Hari ini, seluruh kebenaran akan saya buka."
Clara menunduk pelan, menahan senyum. Ia tahu, tidak ada satu pun kebohongan yang bisa menjatuhkan pria yang kini berdiri tegak di depan seluruh media.
Para reporter mengangkat tangan bersamaan. Kane menunjuk salah satu reporter pria di barisan depan.
Reporter itu berdiri, suaranya tegas namun penuh rasa ingin tahu.
"Tuan Andrian, siapa pria dalam video yang menuduh Anda menghamili seorang wanita dan tidak bertanggung jawab? Identitasnya belum jelas, dan publik ingin tahu."
Kamera langsung menyorot Andrian.
Andrian menautkan jemarinya di atas meja, wajahnya tetap tenang. "Pria itu bukan siapa-siapa. Dia bukan kerabatku, bukan karyawanku, dan tidak pernah memiliki hubungan apa pun denganku."
Ruangan menjadi sunyi.
Reporter lain segera menyambung,"Jadi, kenapa dia berani membuat tuduhan seberat itu? Apakah Anda mengenalnya?"
Andrian menggeleng pelan. "Saya tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya. Dia hanyalah orang yang dibayar untuk membuat kegaduhan dan merusak nama baik saya."
Suara bisik-bisik terdengar di seluruh ruangan.
Reporter ketiga, seorang wanita berambut pendek, mengarahkan mic ke depan.
"Dibayar? Apakah Anda memiliki bukti bahwa pria itu menerima uang dari seseorang untuk memfitnah Anda?"
Andrian menatap layar besar di belakangnya.
Kane menekan remote.
Sebuah foto muncul,
Pria itu tertangkap kamera menerima sebuah amplop dari seseorang di area parkir belakang.
Kilatan kamera meledak di seluruh ruangan.
"Ini rekaman CCTV dari parkiran gedung perusahaan saya, dua jam sebelum dia membuat video fitnahan itu. Amplop yang dia terima sudah kami serahkan ke pihak keamanan. Isinya uang tunai."
Reporter berikutnya mencondongkan tubuh ke depan, suara semakin antusias.
"Siapa yang membayar pria itu? Apakah Anda sudah mengetahui dalangnya?"
Andrian tersenyum tipis, dingin. "Saya sudah tahu. Tapi saya tidak akan menyebutkannya hari ini. Saya tidak ingin memberikan panggung bagi mereka. Biarkan proses hukum yang mengungkap semuanya."
Riuh rendah pengunjung meningkat lagi.
Reporter yang lain bertanya cepat, "Tuan Andrian, apakah pria itu sudah ditahan?"
"Ya. Dan dia sudah mengakui bahwa dia dibayar untuk membuat tuduhan itu."
Reporter wanita kembali bertanya, "Berapa besar uang yang dia terima?"
Andrian menjawab mantap, "Cukup besar untuk membuat seseorang lupa harga diri."
Para reporter terdiam sejenak—kalimat itu telak.
Seorang reporter baru saja selesai bertanya ketika tiba-tiba pintu ruang konferensi terbuka keras.
Semua kepala menoleh.
Seorang pria paruh baya dengan setelan mahal, wajah tegang, dan aura kekuasaan melangkah masuk.
Jhon Fu, ayah Lulu.
Ia tidak menunggu undangan. Langsung berjalan menuju depan ruangan, menembus kerumunan kamera, menghentikan seluruh acara.
Clara yang berdiri di pojok menegang. Kane maju setengah langkah ke arah Andrian, bersiaga.
Tuan Fu berdiri tepat di depan panggung. Tatapannya tajam pada Andrian.
"Andrian Zhou…" suaranya berat, menggetarkan mikrofon.
"Aku ingin penjelasan."
Ruangan konferensi pers langsung hening.
Andrian menatapnya tanpa gentar. "Penjelasan tentang apa, Tuan Fu?"
Tuan Fu mengangkat ponsel di tangannya—layarnya menampilkan rekaman putrinya yang viral, Lulu telanjang, mencium Andrian, wajahnya terlihat sangat jelas.
Reporters membelalak, kamera langsung menyorot.
Dengan rahang mengeras, Tuan Fu berkata, "Rekaman itu mencoreng nama keluarga kami. Dan putriku mengatakan… semua ini terjadi karena dirimu."
Kane spontan mengepalkan tangan, namun Andrian tetap duduk dan menatap langsung pria itu.
"Putrimu menjebakku. Dia mencampurkan obat ke dalam minuman saya. Dan rekaman itu ... dia sendiri yang menyebarkannya."
Reporter mulai riuh.
Tuan Fu menatapnya tajam. "Putriku tidak akan melakukan hal memalukan seperti itu!"
Andrian tidak terpengaruh. Ia berkata. "Saya punya bukti."
Clara menekan tablet yang sudah disiapkan.
Layar besar di belakang panggung menampilkan rekaman tentang putrinya, Fu Lulu.
yg paling qu suka.. dendam sang pembunuh, bagus bgt💪