Ketika Li Yun terbangun, ia mendapati dirinya berada di dunia kultivator timur — dunia penuh dewa, iblis, dan kekuatan tak terbayangkan.
Sayangnya, tidak seperti para tokoh transmigrasi lain, ia tidak memiliki sistem, tidak bisa berkultivasi, dan tidak punya akar spiritual.
Di dunia yang memuja kekuatan, ia hanyalah sampah tanpa masa depan.
Namun tanpa ia sadari, setiap langkah kecilnya, setiap goresan kuas, dan setiap masakannya…
menggetarkan langit, menundukkan para dewa, dan mengguncang seluruh alam semesta.
Dia berpikir dirinya lemah—
padahal seluruh dunia bergetar hanya karena napasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 — Aroma yang Mengguncang Langit
Li Yun berjalan ke kebun belakang sambil menguap lebar. Matahari senja memantulkan cahaya ke rumput hijau dan dedaunan, membuat semuanya tampak lebih cerah dari biasanya.
Terlalu cerah.
Mencurigakan cerah.
Saat melewati kolam koi, Li Yun sempat berhenti.
Ada sesuatu yang mengkilap.
Dia menatap kebunnya, alisnya perlahan naik.
“…hm?”
Pohon beringin tampak berdenyut halus seperti baru selesai meditasi tingkat dewa.
Rumputnya berkilauan seperti ditaburi bubuk bintang.
Tanaman anggur merayap dengan aura keemasan redup.
Kolam koi memantulkan sinar seperti pintu menuju alam ilahi.
Li Yun mengusap matanya.
“…kenapa aku merasa ada yang aneh ya?”
Baal yang mengikuti di belakang langsung HIKK!! menelan ludah begitu keras sehingga terdengar seperti suara batu jatuh.
Sang serigala kecil mati-matian memasang wajah innocent mode: ON.
Tenang Baal… tetap tenang… pura-pura tidak ada apa-apa…
Li Yun menoleh ke arahnya.
Baal langsung berdiri tegap seperti patung serigala nasional.
Li Yun menggaruk kepala.
“Ahh… cuma perasaanku saja. Kebunku memang selalu aneh sih.”
Seluruh makhluk sakral di kebun itu menghela napas lega bersamaan.
Suara itu hampir seperti angin sepoi-sepoi… padahal semuanya makhluk immortal yang baru saja terhindar dari investigasi sang Tuan.
Li Yun menurunkan Xiao Bao dari gendongannya.
“Baiklah… mari kita lihat hasil kerja keras ku selama dua hari ini.”
Dia menatap barrel kayu besar di pojok kebun.
Xiao Bao duduk di samping barrel sambil mengayunkan kaki mungilnya.
Matanya berkilauan penuh ekspektasi seperti menonton sihir.
Li Yun menelan ludah.
“Hu… mudah-mudahan tidak gagal. Aku gugup sekali… Aku sudah lama nggak bikin anggur…”
Sementara itu Baal berdiri di belakang, jantungnya seperti genderang perang.
Kukunya digigit begitu keras sampai terdengar tek tek tek.
Ya Immortal! Tolong! Kumohon jangan kacau! Kalau anggur itu meledak seperti kemarin… dunia ini mungkin akan hancur dalam radius sepuluh ribu mil!
Li Yun meraih pegangan tutup barrel itu.
Perlahan…
Perlahan…
CREAAKK…
Seketika…
WUUUSSSSHHH—
Aroma menyeruak seperti badai wangi surgawi.
Sebuah gelombang wangi lembut namun pekat menyapu seluruh kebun, menerobos dedaunan, menerjang langit, dan—dalam sekejap—membuat siapa pun yang menghirupnya merasa seperti sedang diselimuti sutra emas yang hangat.
Li Yun mematung.
Xiao Bao mematung.
Baal mematung.
Ikan koi di kolam terbalik, mengambang dalam posisi “pingsan bahagia”.
Pohon Nirvana memuntahkan serbuk bunga nirvana karena terlalu rileks sampai reflek.
Li Yun menarik napas panjang.
“Haahhh… harumnya… seperti membuatku terbang langsung ke surga…”
Dia benar-benar merasa melayang.
Lembut, wangi, segar, manis, hangat… seolah semua aroma terbaik di dunia dikompresi menjadi satu dan meledak di hidungnya.
Xiao Bao memeluk pipinya.
“Papa… wanginya enaaakkk…”
Baal roboh ke tanah sambil berguling-guling seperti kecanduan.
Naga air di kolam perlahan muncul dari permukaan, matanya sayu, mulutnya sedikit terbuka, ekspresi meresapi aroma seperti seorang pakar wine kelas kosmik.
Pohon Nirvana… tidak bisa digambarkan.
Ia bergoyang seperti menari, ranting-rantingnya bergerak lembut membentuk pola seni.
Aroma itu menyebar… dan menyebar… dan menyebar…
"Nikmat mana lagi yang kau dustakan"
Di Langit — Ratusan Ribuan Kilometer Jauhnya
Xiao Zhen.
Pendekar Pedang Darah Gila.
Manusia yang mabuk alkohol lebih sering daripada bernafas.
Di tangannya, botol telur naga berusia ribuan tahun—alkohol terkuat dunia fana—sedang diminum langsung seperti air mineral.
“Aaahhhhhh!! Alkohol dunia fana memang tidak ada tandingannya!!”
Ia berseru sambil menginjak udara, melesat menuju retakan langit yang ia harus tutup sebelum matahari terbenam.
Rambutnya tergerai liar, jubahnya berkibar membabi buta, mata merahnya menyala seperti sudah menenggak 200 botol.
Namun seketika—
Hidungnya gemetar.
“…hm?”
Aroma samar menyentuhnya.
Dia berhenti.
Di udara.
Tepat di depan celah langit yang masih merobek langit biru.
Aromanya kembali. Kali ini lebih kuat.
Dan itu…
Itu bukan alkohol biasa.
Itu adalah…
Aroma yang bisa membuat jiwa abadi bergetar.
Xiao Zhen membuka mulut.
Mata putihnya naik.
“……woah.”
Aromanya seperti menarik jiwanya keluar, mengajak menari di atas lautan anggur merah murni yang berputar seperti galaksi.
“W-WOW… bau apa ini…”
Tangan Xiao Zhen gemetar. Botol alkoholnya jatuh.
“INI LEBIH WANGI DARI PARFUM DEWI DUNIA ATAS!!!”
Tanpa sadar tubuhnya membungkuk.
Tanpa sadar kakinya kehilangan pijakan spiritual.
Tanpa sadar ia jatuh.
Dan…
BYUUURR!!!
Ia tercebur ke danau jauh di bawah.
Setelah berputar-putar di air seperti pakaian dicuci mesin cuci, ia muncul ke permukaan—
“UUGHH!! Apa-apaan ini!? Pakaianku basah semua!!!”
Dia mengibaskan lengan jubahnya. Air memercik ke mana-mana.
Dia melihat botol alkoholnya mengambang di air, isinya tercampur dengan air danau.
“…cih. Jadi mubazir.”
Tapi tanpa menunggu sedih—
Hidungnya kembali bekerja.
Aroma itu…
Masih ada.
Masih kuat.
Masih menggoda seperti dewi yang memanggil dari kejauhan.
Xiao Zhen gemetar.
Dia memejamkan mata, memusatkan indra.
Jalur aroma itu muncul seperti garis cahaya, menuntunnya pada satu titik di peta dunia.
Xiao Zhen membuka mata, pupilnya mengecil.
“Itu… dari arah sana…”
Dia menunjuk lurus ke arah kediaman Li Yun.
Lalu ia menoleh ke belakang.
Retakan langit masih menganga.
Bila dibiarkan, dunia bisa kiamat dalam setengah hari.
Lalu ia menatap arah aroma wangi itu lagi.
Dia menatap celah.
Lalu aroma.
Lalu celah.
Lalu aroma.
Dua detik kemudian, Xiao Zhen menelan ludah dan berkata dengan sangat tegas:
“BODO AMAT SAMA RETAKAN LANGIT.”
Dia mengiler.
“Aroma ini… lebih menggoda…”
Dan tanpa ragu sedikit pun—
FWOOOSHHHH—!!!
Xiao Zhen melesat seperti meteor mabuk menuju rumah Li Yun.
Bumi bergetar.
Awan terbelah.
Burung-burung panik kabur.
Kultivator di jarak ribuan kilometer langsung sujud karena mengira ada Immortal Turun.
Dan di ujung jalan itu—
Penghasil aroma itu hanya seorang pria biasa bernama Li Yun yang sedang memikirkan bagaimana cara menyaring anggur tanpa membuat dapurnya basah.