Ayu Lestari namanya, dia cantik, menarik dan pandai tapi sayang semua asa dan impiannya harus kandas di tengah jalan. Dia dipilih dan dijadikan istri kedua untuk melahirkan penerus untuk sang pria. Ayu kalah karena memang tak memiliki pilihan, keadaan keluarga Ayu yang serba kekurangan dipakai senjata untuk menekannya. Sang penerus pun lahir dan keberadaan Ayu pun tak diperlukan lagi. Ayu memilih menyingkir dan pergi sejauh mungkin tapi jejaknya yang coba Ayu hapus ternyata masih meninggalkan bekas di sana yang menuntutnya untuk pulang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 : Makan malam romantis
"Aku akan mengganti pakaianku!" Ayu hendak berbalik lagi masuk k dalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya.
"Nggak usah, pakai itu aja!" Fernando mencegahnya karena Fernando terlalu suka dengan penampilan Ayu tersebut.
Ayu tersenyum lalu menerima coat berwarna biru tua dari tangan Selly.
Selly membukakan pintu, kali ini dia tinggal di mansion dan hanya Albert yang mengantar kedua tuannya malam itu.
Fernando membukakan pintu untuk Ayu sementara dia sendiri masuk ke dalam pintu yang dibukakan Albert untuknya. Gentleman banget kan?
Albert masuk ke balik kemudi lalu melajukan mobilnya menuju ke salah satu restoran bintang lima di kota itu.
Begitu sampai di tempat itu, seperti saat berangkat tadi, kali ini Fernando pun membukakan pintu mobil untuk Ayu.
Ayu tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Mereka berdua melangkah beriringan ke dalam restoran tersebut.
"Silakan, Tuan, Nyonya!" Seorang karyawan membukakan pintu untuk mereka dan mengucapkan salam dengan sopan.
"Thank you!" Ayu menjawab dengan manis dan sopan, sementara Fernando hanya mengangguk kecil untuk membalas sapaan itu.
Mereka duduk berhadapan di dekat kaca besar. Seorang pramusaji mendekat untuk menanyakan pesanan mereka.
Ayu menatap Fernando yang sedang memesankan makanan untuk keduanya dengan luwes. Ternyata di balik casingnya yang sangar, Fernando bisa berbicara selembut itu.
"Tempatnya bagus!" puji Ayu mengurai kebisuan yang ada.
"Aku nggak suka tempat jelek!" sahut Fernando santai.
Ayu mencebik, suka kesal sama jawaban Fernando yang suka asal.
Pelayan membawa pesanan mereka dan menyajikan di meja. Ayu menatap makanan pembuka yang terhidang di sana dengan mata berbinar.
Dengan anggun Ayu menyantap makanannya. Fernando menatapnya dengan senyum yang mengembang sempurna di bibibirnya.
"Nggak rugi gue ngeluarin duit sebanyak itu untuk membayar Caroline!" gumam Fernando pelan.
Satu demi satu makanan disajikan di depan mereka. Ayu begitu mahir menggunakan alat makan yang sebelumnya bahkan belum pernah dia pakai.
Sepanjang makan malam itu Fernando terus tersenyum, apalagi yang membuat Fernando bahagia kalau bukan Ayu yang sudah berubah se-elegan itu.
Makanan terakhir telah selesai mereka santap. Fernando mengeluarkan kartu hitam mengkilapnya untuk membayar makanan mereka.
Lalu setelah urusan pembayaran itu selesai keduanya keluar dari tempat itu.
Fernando mengajak Ayu berjalan menyusuri jalanan kota yang masih terlihat semarak.
Fernando memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya, lalu mengkode Ayu agar memasukkan tangannya ke lengan Fernando.
Dengan malu-malu Ayu memasukkan tangannya ke lengan kekar itu.
"Dingin!" sahut Fernando datar.
Ayu memutar kedua bola matanya karena kesal dan emosi melihat Fernando yang sok dingin itu.
"Mau masuk ke sana?" tanya Fernando sambil menunjuk toko tas branded yang masih buka meskipun jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih.
Ayu menoleh, menatap suaminya yang juga menatapnya. "Buat apa, Mas! Tas, baju dan sepatu yang Mas beliin masih banyak yang belum aku pakai!" Ayu menolak dengan tegas.
"Masuk!" Fernando melangkah memasuki toko itu, otomatis Ayu ikut masuk ke dalam sana karena tangannya yang menggandeng lengan Fernando.
Albert tetap membuntuti kedua dan ikut masuk ke dalam toko tersebut.
"Pilih!" perintah Fernando membuat Ayu menggeleng pelan. Rasa hati ingin berteriak karena Fernando sesantai itu menghamburkan uangnya.
"Pilih!" perintah Fernando lebih dingin lagi.
Akhirnya Ayu melepaskan tautan tangannya dan menyusuri tas yang terpajang cantik di etalase.
Ayu tahu brand itu dan berapa harga yang harus dibayarkan, karena beberapa koleksi dari brand tersebut sudah bertengger cantik di lemarinya.
Ayu menunjuk tas kecil yang dia tahu harganya tak begitu menguras kantong.
"Tolong, Miss!"
Pelayan toko itu mengambil tas berwarna kuning itu dan menyerahkan kepada Ayu.
"Ini aja ya, Mas!" Ayu menunjukkan tas tersebut kepada Fernando.
Fernando mengeryit, meskipun dia tak tahu menahu tentang harga tas, tapi Fernando tahu pasti Ayu memilih harga termurah.
"Al... " panggil Fernando membuat Albert mendekat.
"Saya, Tuan!" Albert mendekat.
"Tas model mana yang Ayu belum punya?" tanya Fernando pelan.
Albert memeriksa tas-tas tersebut lalu menunjuknya di depan Fernando.
"Bungkus semua!" perintah Fernando membuat pelayan tersebut tersenyum sumringah.
"Mas Nando, kenapa beli sebanyak itu?" Ayu memprotes.
"Biar kamu bisa pamer!" jawab Fernando asal.
Ayu ingin memprotes tapi akhirnya terdiam saat Fernando berhasil menggesek kartu hitamnya ke mesin EDC.
Mereka keluar dari dalam toko, belanjaan mereka ditenteng oleh Albert yang setia membuntuti keduanya.
Acara makan malam yang diakhiri dengan berbelanja itu berakhir saat mereka tiba di mansion.
Selly menyambut ketiganya dan mengambil alih tentengan yang dibawa oleh Albert.
"Pajang di lemari tas Nyonya Ayu!" perintah Albert dengan nada rendah.
"Baik, Pak!" Selly mengangguk sopan lalu masuk ke dalam kamar Ayu.
"Bu Ayu kenapa?" tanya Selly sopan.
"Aku sebel tahu, Sel!" jawab Ayu spontan.
"Sebel kenapa?" tanya Selly sambil mengeluarkan tas-tas tersebut dari boxnya dan menatanya di lemari tas yang terbuat dari kaca.
"Buat apa coba tas sebanyak itu? Aku tahu harganya nggak murah, sayang banget harus ngehambur-hamburin uang kayak gitu! Daripada buat beli tas mending dibagi sama anak-anak yatim!" jawab Ayu panjang.
"Setahu saya Tuan Fernando telah menjadi donatur tetap di beberapa panti asuhan!" ucap Selly memberikan informasi.
"Aku inget sama adikku dan kedua orang tuaku, mereka di sana hidup susah dan suka direndahkan sama orang lain, sementara aku di sini berfoya-foya kayak gini, sedih tahu, Sel!" curhat Ayu memelas.
Selly hanya diam mendengarkan karena Selly bingung mau menanggapi yang seperti apa atas curahan hati Ayu tersebut.
Ayu masuk ke dalam kamar mandi dan melepaskan gaun yang dipakainya untuk makan malam tadi.
Ayu menatap pantulan wajahnya di cermin, dia merasa asing dengan wajahnya sendiri yang terpantul dari cermin itu.
Wajah cantik dan menawan yang bahkan Ayu sendiri tak mengenalinya.
Fernando mendengar curahan hati tersebut tanpa sengaja saat ia melintas di depan kamar Ayu yang tak tertutup sempurna.
"Al... " panggil Fernando.
Albert mendekat dan membungkuk hormat.
"Kamu sudah laksanakan perintahku kan?" tanya Fernando.
"Perintah yang mana, Tuan?" tanya Albert.
"Bea siswa untuk Ardi dan bantuan untuk kedua orang tua Ayu!" jawab Fernando.
"Sudah, Tuan! Saya sudah salurkan bantuan untuk mereka!"
"Pastikan mereka nggak kekurangan apapun, Al! Bikin orang-orang yang merendahkan Ayu dan keluarganya menerima balasan yang setimpal!" perintah Fernando dengan aura mencekam.
"Baik, Tuan! Saya akan melaksanakan semua perintah Tuan Fernando tanpa sedikitpun kekeliruan!"
"Ah ya, satu lagi, beli lahan kebun teh disekitaran rumah Ayu, dan angkat ayahnya Ayu sebagai mandor di kebun itu, aku nggak ingin keluarga istriku dipandang sebelah mata dan direndahkan orang lain!"
"Baik, Tuan!" jawab Albert lagi lalu Fernando meninggalkan ruang keluarga itu dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.