NovelToon NovelToon
The Secret Marriage

The Secret Marriage

Status: tamat
Genre:Dosen / Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Persahabatan / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Tamat
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marfuah Putri

Adelina merupakan seorang selebgram dan tiktokers terkenal yang masih duduk di bangku SMA.

Parasnya yang cantik serta sifatnya yang periang membuatnya banyak disukai para followers serta teman-temannya.

Tak sedikit remaja seusianya yang mengincar Adelina untuk dijadikan pacar.

Tetapi, apa jadinya jika Adelina justru jatuh cinta dengan dosen pembimbing kakaknya?

Karena suatu kesalahpahaman, ia dan sang dosen mau tak mau harus melangsungkan sebuah pernikahan rahasia.

Pernikahan rahasia ini tentu mengancam karir Adelina sebagai selebgram dan tiktokers ratusan ribu followers.

Akankah karir Adelina berhenti sampai di sini?

Akankah Adelina berhasil menaklukkan kutub utara alias Pak Aldevaro?

Atau justru Adelina memilih berhenti dan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marfuah Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semuanya Berakhir

Sedikit demi sedikit tanah basah itu menimbun tubuh yang terbalut kain putih di dalam tanah. Tubuh yang semalam memelukku begitu erat, kini ia terbaring kaku di dalam tanah.

Secepat inikah waktu berputar?

Baru saja semalam aku tertawa bersamanya. Hari ini, justru aku menangis keras tanpanya. Kenapa takdir Tuhan begitu kejam? Ia berikan senyum lepas sebelum tangis deras.

Aku terisak dalam pelukan bunda. Rasa nyeri yang sangat menusuk dalam hatiku.

Kenapa kamu pergi secepat ini, Mas?

Papa dan kakek Mas Al mereka di sana. Raut kesedihan dan penyesalan begitu kentara di wajah keduanya. Bahkan kakek Mas Al sempat jatuh pingsan saat mengetahui kabar kepergian cucunya. Sedang papanya, meski hanya diam tanpa suara tapi dapat kulihat luka dan penyesalan yang dalam lewat matanya.

Kamu berhasil, Mas.

Membuat semua orang kehilanganmu.

“Heh, Jalang!” teriakan disertai sentakan kuat pada rambutku membuatku menjerit tertahan.

“Gara-gara lo Al mati! Dasar pembunuh!” serunya seraya menarik rambutku lebih kuat.

Aku menatap nyalang wanita di hadapanku dan menjambak rambutnya lebih kuat. Alhasil adegan saling menjambak pun tak terelakkan. Ingin rasanya aku mencakar wajah mulusnya, menghancurkannya seperti hatiku saat ini.

Bunda dan yang lainnya segera melerai. “Kalian ini apa-apaan! Al baru saja dikubur, kalian malah jambak-jambakan di depan makamnya!” Ayah berteriak seraya memisahkanku dan Anaya.

“Naya!” bentak papa Mas Al.

Mata Anaya menyorot penuh amarah. “Bangsat!” Anaya segera melenggang pergi setelah Ayah mengusirnya.

“Lo yang bangsat, perempuan gila!” Aku berteriak frustasi.

Aku gak akan pernah bisa memaafkan wanita pembuat onar itu. Dialah yang secara gak langsung membuat Mas Al pergi.

Bunda mengusap punggungku, membisikan kata-kata agar aku lebih tenang. Aku terjatuh, menatap gundukan tanah merah basah yang ditaburi bunga-bunga di atasnya.

Tangisku lagi-lagi pecah, kenapa akhirnya begini?

Mas ... bangunlah.

Jangan biarkan aku sendiri di sini.

Aku butuh kamu saat aku terpuruk.

Aku butuh kamu untuk memelukku.

Aku butuh kamu yang selalu menguatkanku.

Kenapa kamu tinggalin aku?

...🍉🍉...

Sebulan berlalu.

Hampir sebulan sudah aku gak masuk sekolah. Semuanya berubah, hariku, bahkan hidupku. Segalanya nampak suram. Tanpa dia tanpa suaranya di sampingku.

Aku seperti manusia tanpa jiwa. Hidup tapi merasa gak berguna. Hari-hariku habis untuk melamun, mengandaikan jika Mas Al masih di sini. Di sisiku.

Luka-luka bekas sayatan benda tajam berbaris rapi mengotori tanganku. Seringkali aku mencoba untuk mengakhiri hidup, berharap akan bisa bertemu Mas Al di sana. Tertawa lagi bersamanya.

Rindu yang paling berat adalah rindu pada seseorang yang takkan bisa lagi ditemui. Selamanya.

Rindu itu terlalu menyiksa, membuatku lebih baik mati daripada hidup.

Aku benar-benar merindukannya. Mas Alku.

Apa ia sudah bahagia di sana?

“Sayang ....” Suara lembut Bunda masuk ke telingaku.

Ia membelai lembut rambutku penuh kasih. Air matanya tak tertahankan. Bunda menangis.

“Kenapa Mas Al gak pulang-pulang, Bun? Adek rindu sekali.” Air mataku kembali turun.

Bibirku tersenyum miris. “Apa Mas Al udah bahagia ya di sana, makanya gak mau pulang.”

Aku menatap kosong ke arah halaman rumah. Sejak kepergian Mas Al, ayah dan bunda membawaku pulang ke rumah. Mereka gak mengizinkanku untuk tinggal di rumah Mas Al. Demi kesehatan mentalku, katanya.

Padahal aku justru semakin menderita. Hampir setiap malam aku menangis memeluk boneka hello kitty dan beberapa boneka lain pemberian Mas Al. Atau menangis saat membuka lemari dan menemukan tumpukan bajunya yang sengaja kubawa pulang.

Wangi Mas Al yang masih menempel di sana, membuat kerinduan di hatiku sedikit berkurang.

Katakan saja aku gila, karena memang aku sudah gila.

Bunda menarikku dalam peluknya. Aku tahu ia hancur melihat putri satu-satunya seperti orang gak waras.

“Al udah meninggal, Dek. Kamu harus bisa ikhlaskan dia,” lirih Bunda.

Aku menggeleng kuat. Aku benar-benar gak bisa nerima semua ini. Semua seperti mimpi buruk untukku. Aku yakin, aku akan segera bangun dari mimpi ini. Dan setelah itu, semua akan baik-baik saja.

Mas Al akan kembali.

...🍉🍉...

“Lupakan dia, Del! Al udah gak ada. Kamu harus bangkit buat jalanin hidup kamu!”

“Mau sampai kapan kamu begini? Hah?!”

“Berapa banyak lagi pelajaran yang mau kamu tinggalin buat nangisin orang yang udah gak ada!”

Tangisku pecah semakin deras saat ayah dan Bang Satya satu per satu membentakku. Aku menggeleng kuat dan langsung lari ke dalam kamar.

“Adelina!”

Pintu kamar terbanting dengan keras. Aku merosot dan terduduk lemas seraya memeluk diriku sendiri. Menenggelamkan kepalaku di ceruk kedua kaki.

Kenapa rasanya sesakit ini?

Kenapa kamu pergi Mas?

Kuraih boneka pemberian Mas Al, memeluknya begitu erat.

“Kenapa kamu tinggalin aku secepat ini, Mas?”

“Kenapa harus kamu yang pergi?”

“Harusnya aku yang mati bukan kamu.”

“Mas, tolong kembalilah ....”

Air mataku membasahi boneka itu. Membuatnya seakan ikut menangis bersamaku. Aku tahu ini salah, tapi aku benar-benar gak bisa menerima kepergiannya.

Kehilangannya terlalu mendadak untukku. Kepergiannya yang tepat di depan mataku. Aku gak bisa begitu aja melupakannya.

Pernah gak sih kalian teramat sulit untuk melupakan seseorang. Apalagi orang itu sudah menjadi bagian tersendiri dalam hidup kalian. Dan saat dia pergi, tiba-tiba aja bagian itu ikut menghilang. Menyisakan ruangan kosong dalam diri kalian.

Dan seperti itulah aku. Ruang kosong yang ditinggalkan Mas Al begitu sulit untuk terisi. Membuatku terus merasa kekurangan. Rasa bersalah itu terus ada, membuatku seringkali menyalahkan diri sendiri akan kepergiannya.

Aku menatap pisau buah di atas nakas. Mungkin sekali lagi mencoba mengakhiri segalanya gak masalah ya? Mungkin kali ini aku benar-benar bisa bertemu Mas Al (lagi).

Aku mengambil pisau itu lalu menempelkannya di pergelangan tangan kiri. Di sana ada beberapa bekas sayatan yang tak terlalu dalam. rasa perih dan nyeri langsung terasa saat pisau itu menggores pergelangan tanganku. Darah segar mengucur dengan derasnya.

Aku menikmatinya, rasa nyeri yang langsung menjalar ke seluruh tangan dan menjadikannya kebas. Kepalaku terasa sangat berat, tubuhku rasanya lemes banget, tak lama aku merasakan pandanganku mulai kabur. Mataku terpejam tapi telingaku masih bisa mendengar suara-suara teriakan khawatir.

Ada suara bunda, Bang Satya, ayah, Raina, dan suara Senja yang menangis sesenggukan.

Maaf, semuanya.

Aku terlalu tak berguna untuk kalian semua.

Bunda ... maaf karena aku gagal menjadi anak yang baik, aku gagal menjadi putri kesayanganmu. Aku mengecewakanmu, Bun.

Ayah ... maaf karena aku sering membuat ayah malu. Sering bikin ayah kesal, gak nurut dan selalu menentang apa yang ayah mau. Maaf, aku belum jadi sebaik Bang Satya.

Bang Satya ... aku adik terburuk, ya. Aku selalu nyusahin abang. Selalu bikin abang kesel karena sering telat ke kampus. Maaf ya, Bang.

Raina ... Senja .... Terima kasih udah jadi sahabat terbaik selama ini. Makasih udah mau nerima segala kekuranganku. Makasih banget. Dan maaf untuk segala hal salah yang aku lakuin.

Aku seneng punya kalian.

Mas Al ... sambut aku. Aku datang.

...

Jangan lupa like dan komennya.

Biar makin semangat nulisnya😍

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!