Emily tak menyangka bahwa dia masuk ke sebuah novel yang alurnya membuatnya harus menikah dengan seorang miliarder kaya.
Pernikahan absurd itu malah sangat menguntungkannya karna dia hanya perlu berdiam diri dan menerima gelar nyonya serta banyak harta lainnya.
Namun sayangnya, dalam cerita tersebut dia akan mati muda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
《Chapter 27》
Hari, bulan, dan tahun berlalu begitu cepat, semua kenangan saat Robert tumbuh terus tertanam dalam benak Emily.
Tahun ini anaknya sudah menamatkan pendidikan usia dini, yang artinya ia harus segera mendaftar ke sekolah dasar.
"Maaf, anak ibu terlalu pandai, kami khawatir jika ia belajar disini yang ada malah kami yang tidak bisa mengimbanginya"
Itulah yang di katakan kepala sekolah saat ia membawa anaknya ke sana.
Robert punya ingatan yang kuat, Emily tidak tau bagaimana ia bisa menghafal perkalian 1 sampai 100 di usianya yang masih 5 tahun, ia bahkan mendengar keluhan dari guru kalau terkadang anak itu berbicara menggunakan bahasa Inggris, padahal Emily tidak pernah mengajarkannya.
"Robert.. kemarilah," Panggil Emily, menyuruhnya duduk di pangkuannya.
"Ada apa ma?," tanyanya sambil bermain game di hp.
"Bagaimana kalau kita pindah ke kota yang lebih besar?," Emily sudah memikirkan ini sejak beberapa hari yang lalu, yang artinya sebelum Emily pergi mendaftarkan Robert ke sekolah, ia sudah ragu jika mereka akan menerima anak itu.
Robert berhenti bermain hp lalu membalikkan badan, memeluk Emily seperti koala.
Emily mengelus rambutnya dan bertanya lagi, "Bagaimana menurutmu? Di sana banyak hal yang bisa kamu pelajari"
Anak itu menatap Emily dan menganggukkan kepala tanda setuju.
Esoknya mereka langsung bersiap, membawa barang yang penting saja, yang lain bisa di beli nanti saat sudah sampai di lingkungan baru mereka.
"Loh, Nona mau kemana?," tanya Bibi yang baru datang ingin membawa Annchi bermain dengan Robert.
"Pas sekali Bibi datang, sini masuk.. Bibi, kami akan pergi ke Kota yang lebih besar, ada banyak barang yang kami tidak bawa, kalau Bibi mau bisa Bibi ambil atau di beri pada tetangga yang lain," ucap Emily menjelaskan.
Selama kurang lebih 6 tahun berada disana, Emily sudah membeli banyak barang, mulai dari kulkas, lemari, meja kaca, dan masih banyak lagi, semua itu tidak bisa di bawa Emily sehingga ia berfikir untuk memberikan dengan cuma-cuma.
"Terus, rumah ini bagaimana Nona?," tanya Bibi lagi.
"Oh ya, saya sudah menggadainya di bank, jadi tidak papa jika nanti disita, hehe"
Pantas saja Emily menyuruhnya untuk mengambil barang disana.
"Apa Nona akan kembali ke Beijing?"
Pertanyaan ini membuat Emily diam sejenak.
Ia memang merindukan Beijing, namun apakah ia sanggup kembali ke kota yang penuh dengan kenangan bersama Albert?
"Tidak, kami akan ke Jerman, saya dengar pendidikan di sana bagus, jadi Robert bisa belajar dengan baik," jawab Emily.
Annchi memeluk Robert untuk terakhir kalinya sebelum mereka pergi dari sana.
Beberapa warga desa juga datang memberi ucapan selamat tinggal, banyak yang sedih karna sudah menganggap mereka keluarga, apalagi Emily sangat ceria dan baik pada semua yang di sana.
Bagaimanapun juga ketika ada pertemuan maka akan ada perpisahan, entah itu di dunia atau di akhirat.
"Ayo Robert!," Panggil Emily ketika melihatnya yang masih memegang tangan Annchi.
Anak itu sudah setuju untuk pergi dari sana, jadi Emily tidak membiarkan ia larut dalam kesedihan, Annchi merupakan sahabat baik, kakak dan juga pelindung Robert sejak kecil, jadi ia maklum bagaimana anak itu menyayanginya.
"Suatu saat, jika berjodoh, kalian pasti bertemu," bisik Emily pada Robert.
Kepala desa mengantar mereka ke terminal bus lalu mereka memesan tiket untuk pergi ke bandara.
"Mama," Panggil Robert, anak itu sudah mengantuk, matanya kelihatan sayu namun ia seperti ingin menyampaikan sesuatu.
"Apa?," tanya Emily.
"Suatu saat ayo kita bertemu papa," anak itu kemudian terlelap, sepertinya ia hanya bergumam.
Sejak Robert kecil, ia tidak pernah menyembunyikan fakta tentang Albert, ia menceritakan dengan jujur bagaimana ia bisa memiliki Robert, dan anehnya anak itu tidak marah atau menunjukkan emosi berlebihan menanggapi itu.
Inilah mengapa Emily memberi nama belakang Juan baginya, karna anak itu sangat mirip dengan Albert.
Pesawat yang mereka tumpangi sudah pergi jauh dari kota asalnya, kini mereka tiba di Jerman, sebuah negara yang di sebut sebagai salah satu pemimpin pasar global dunia.
"Kita makan dulu ya," ajak Emily pada Robert, mereka singgah ke salah satu restoran Cina disana, sebenarnya ia bisa masuk ke restoran lain, namun ia takut Robert tidak menyukai hidangannya.
"Nanti saat kita sampai di apartemen, Robert tidur dulu ya, mama mau atur barang yang di bawa, setelah itu baru kita pergi membeli barang lain yang di butuhkan," ucap Emily, ia ingin anaknya banyak agar pertumbuhannya bagus, untung saja anak itu termasuk tipe yang penurut.
Di sana, Emily masih menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi, tapi ia sudah berencana belajar bahasa Jerman, lagi pula ia akan melamar pekerjaan di sana, jadi saat Robert pergi sekolah, ia bisa mempunyai kesibukkan.
Emily belum bisa membeli rumah di sana, karna harganya yang lebih mahal, wajar saja karna Jerman adalah negara maju, maka dari itu ia menyewa kamar apartemen dan akan membayarnya tiap tahun agar harganya lebih murah.
***
Beberapa minggu kemudian Emily mengajak anaknya ke sekolah dasar dekat sana, jaraknya tidak terlalu jauh, jadi Robert bisa berjalan kaki saat pergi atau pulang.
"Robert, ingat rute jalan ini, saat sekolah nanti Mama hanya akan mengantarmu ke sekolah, jadi kau harus pulang sendiri, apa bisa?," ucap Emily.
"Ya, aku bisa," memang sangat mandiri, Emily tidak sulit membesarkan Robert, anak itu bahkan sudah bisa memasak telur sendiri.
"Anak pintar.." Emily mengelus kepalanya.
Semua keperluan sekolah Robert sudah lengkap, hari senin adalah hari perdana ia ke sekolah dan Emily juga sudah mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan dekat sana, yah meski harus berjalan lebih jauh dari sekolah Robert.
"Mama akan pergi, ingat belajar yang giat, kalau tidak mama akan jadikan membuatmu menjadi aktor saja!," Teriak Emily meninggalkannya.
Ia selalu bilang akan membuat Robert menjadi aktor karna wajah anaknya yang tampan, tidak ada salahnya juga, tapi kalau ia pintar maka ia bisa memilih pekerjaan yang ia sukai.
"Selamat pagi, saya Emily Harlet, Office Girl baru disini, mohon kerja samanya"
Emily membungkukkan badan menyapa seluruh karyawan disana, namun tidak ada yang menjawab, mereka sibuk dengan pekerjaan.
Perusahaan itu bergerak di bisnis penjualan bahan bangunan, sebenarnya mereka sudah mempekerjakan tiga orang office boy namun karna banyak wanita yang bekerja disana merasa tidak terlalu nyaman dengan pria, maka mereka mencari office girl.
Hal ini di lakukan mengingat keadaan darurat, misalnya ada karyawan wanita yang sedang mengalami datang bulan, yang pasti ia bisa meminta tolong seorang wanita untuk membeli pembalut.
Emily tidak sendiri, ia di rekrut bersama seorang gadis lain bernama Grace, namun ia sudah masuk dari minggu lalu.
"Selamat datang Emily, nanti aku ajarkan apa saja pekerjaan kita," ucap Grace padanya.
Mulai hari ini, Emily bukan hanya seorang ibu, tapi juga seorang karyawan.