Seyna Darma, gadis yang dianggap bodoh karena trauma kematian kedua orang tuanya, hidup dalam siksaan paman dan bibi yang kejam.
Namun di balik tatapannya yang kosong, tersimpan dendam yang membara.
Hingga suatu hari ia bertemu Kael Adikara, mafia kejam yang ditakuti banyak orang.
Seyna mendekatinya bukan karena cinta, tapi karena satu tujuan yaitu menghancurkan keluarga Darma dan membalas kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 PELUK
Seyna segera mengambil satu cokelat dan menyodorkannya kepada Kael, memaksa Kael untuk memakannya duluan.
"Kak Kael dulu! Kak Kael dulu!" katanya bersikeras.
Kael menghela napas seolah ingin menolak, tapi ekspresi Seyna yang langsung cemberut membuatnya panik sepersekian detik. Ia buru-buru mengambil cokelat itu dari tangan Seyna sebelum gadis itu ngambek dan tidak mau bertemu dengan dirinya.
"Oke, oke. Aku makan dulu," gumam Kael pasrah.
Seyna langsung tersenyum cerah, senyum polos penuh kepuasan seperti anak kecil yang menang saat memainkan sebuah permainan. Setelah itu, ia mengambil satu cokelat untuk dirinya sendiri. Namun bahkan sebelum sempat ia mengupasnya dengan benar, Kael tiba-tiba meraih cokelat itu, membukanya cepat, lalu menyodorkannya ke bibir Seyna.
"Buka mulut," pinta Kael.
Refleks, Seyna membuka mulutnya lebar, seperti anak kecil yang tak sabar menunggu disuapi. Kael menyuapinya, dan entah kenapa senyum hangat tercetak begitu saja di bibir laki-laki itu. Tapi saat ia sadar dirinya tersenyum, ia buru-buru mengganti ekspresinya menjadi dingin kembali. Tanpa berkata apa-apa, ia membuka cokelat untuk dirinya sendiri dan memakannya. Namun Kael gagal menjaga ketenangannya sepenuhnya.
Ia menatap Seyna yang makan dengan rakus hinggaa kedus pipinya mengembul, mulut belepotan cokelat, wajah berbinar seakan itu adalah makanan terenak di dunia. Seyna makan dengan polos, tanpa rasa malu sedikit pun di hadapan Kael. Kael nyaris tertawa.
Dan saat sudut bibirnya terangkat, Seyna langsung menyadarinya. Ia memukul-mukul lengan Kael pelan sambil tertawa.
"Jangan ketawa! Seyna sedang serius makan! Jahat kalau kak Kael ketawain Seyna yang sedang makan!"
Kael akhirnya tertawa pelan tawa ringan yang langka.
"Maaf, maaf. Kamu lucu banget soalnya."
Seyna mengembungkan pipinya lebih besar, berpura-pura marah.
"Ga lucu! Seyna marah!"
Tapi tawa tetap keluar dari bibirnya, tak bisa ia tahan. Tangannya berhenti memukul, lalu perlahan ia bersandar ke bahu Kael, masih dengan mulut penuh cokelat.
"Kak Kael baik…"
Kalimat itu keluar begitu lembut. Bukan dibuat-buat, bukan untuk menarik perhatian hanya kejujuran polos dari seseorang yang jarang diberi kasih sayang.
Kael membeku sesaat. Tubuhnya kaku, tatapannya gelap sesaat seperti sedang memikirkan sesuatu yang rumit.
Ia tidak mendorong Seyna menjauh. Tidak memarahi, tidak menjauhkan diri hanya diam.
Dan diamnya Kael bukan penolakan tapi karena ia tidak mengerti kenapa kehangatan sekecil itu bisa terasa begitu berarti bagi dirinya yang hidupnya sudah gelap. Seyna menatap Kael dari bahunya dengan senyum manis.
"Habis ini… Seyna boleh peluk kak Kael lagi gak?"
Untuk pertama kalinya, Kael yang selalu dingin kehilangan kata-kata. Ia hanya berdeham pelan dan berusaha mengalihkan pandangan.
"Lakukan apa yang kamu mau," gumamnya lirih.
Tapi Seyna sudah menangkap artinya. Senyumnya semakin lebar dan tanpa ragu sedikit pun, ia memeluk pinggang Kael erat seolah takut momen itu akan hilang begitu saja.
Dan Kael membiarkan tubuh mungil Seyna memeluknya. Bahkan jemari Kael terangkat pelan, hampir ragu, sebelum akhirnya perlahan menyentuh puncak kepala Seyna dengan gerakan lembut sesuatu yang mungkin bahkan Kael sendiri tidak sadar ia lakukan.
"Seyna sayang kak Kael," ucap seyna lirih.
.....
Alisha yang baru sampai dirumahnya,segera masuk ke dalam. Sesampainya disana sang ayah dan ibunya sudah menunggu di ruang tamu.
"Dimana Seyna?"tanya Reni saat melihat putrinya sudah pulang tetapi batang hidung gadis bodoh itu tidak terlihat.
"Dia..diaa," ucap Alisha gugup karena ini salahnya membiarkan Seyna tinggal di kediaman wicaksana.
"Cepat katakan dimana gadis bodoh itu!" tegas Dirga yang melihat sang putri gugup.
"Dia..." ucap Alisha masih ragu.
"Dimana dia Alisha, cepat katakan!" tegas Reni.
"Dia berada di kediaman wicaksana," ucap Alisha pada akhirnya.
"Apaa?" teriak Reni.
Sedangkan Dirga buru buru berdiri menampar wajah Alisha dengan keras.
"Bagaimana bisa kau ceroboh, membiarkan dia berada di kediaman Wicaksana!" tegas Dirga.
Alisha tersentak mundur saat tamparan pertama mendarat, pipinya langsung memerah. Namun kemarahan Dirga belum mereda ia kembali mengayunkan tangan, dan tamparan kedua terdengar jauh lebih keras yang membuat Alisha ketakutan.
"A-Ayah… kenapa engkau mem-"
"DIAM!" bentak Dirga.
"Kau bahkan tidak bisa mengurus satu hal kecil! Kenapa kau biarkan gadis bodoh itu tinggal di sana sendirian?kau ini memang tidak becus!"
Alisha gemetar, kakinya terasa lemas. Napasnya terputus-putus antara takut dan sesal bukan karena merasa bersalah pada Seyna, tapi karena tahu rencananya sudah gagal dan malah membuat Seyna bisa berada di rumah itu.
Reni maju satu langkah, matanya tajam seperti pisau.
"Kenapa kau tidak ikut menemaninya? Kau tahu dia bodoh dan gampang dimanfaatkan orang! Kau seharusnya tidak pulang kalau meninggalkan dia!Dia bisa kenapa napa!"
"Aku… aku tidak bisa," suara Alisha pecah, tubuhnya semakin menunduk.
"Tante Jesika… menyuruh aku pulang. Lalu Amar dia ikut antar aku. Aku tidak bisa menolak permintaan itu."
Reni mengembuskan napas kasar, kesal karena jawaban itu terdengar masuk akal tapi tetap menyakitkan.Dirga mengepalkan tangan, menahan dorongan untuk memukul lagi.
"Kalau ada sesuatu yang terjadi pada Seyna sebelum kita mengikat semuanya dengan rencana, semua ini hancur. Kau mengerti, Alisha? HANCUR."
Alisha mengangguk cepat, mata berkaca-kaca.
"Aku mengerti… maaf… maaf…"
Reni menatapnya dingin, wajah tanpa empati sedikit pun bahkan kepada putrinya sendiri.
"Kau boleh menangis nanti. Sekarang naik ke kamar. Kami akan pikirkan langkah berikutnya."
"Aku… apa aku perlu ke sana malam ini? Bawa pulang dia?"Belum selesai perkataanya, Dirga sudah membentaknya.
"Kau mau buat masalah lebih besar? Kalau kau muncul di rumah itu tiba-tiba, mereka akan curiga! Diam dulu. Jangan bertindak bodoh lagi."
Alisha terdiam. Kerongkongannya terasa terbakar, tangannya gemetar hebat. Ia ingin membela diri, tapi tahu itu hanya akan memperburuk keadaan.
"Pergi ke kamar," ucap Reni datar.
"Dan pastikan besok kau bersikap seolah semuanya normal. Tidak boleh ada yang curiga dan yang terpenting besok kau jemput Seyna kesana!"
Alisha menunduk dalam-dalam, lalu berkata. "Baik."
Dengan langkah gontai, ia naik ke lantai atas. Begitu tiba di lorong lantai dua jauh dari pandangan kedua orang tuanya ia menutup mulut dengan kedua tangan untuk menahan isakan. Air matanya tumpah cepat, bukan karena rasa sakit, tetapi karena ketakutan.
Ia melihat bayangan Seyna di dalam pikirannya duduk di rumah Wicaksana, dilindungi, diperhatikan, bahkan disayang.Segalanya yang seharusnya menjadi milik dirinya.
"Aku… tidak akan biarkan kau mengambil semuanya dariku, Seyna," bisiknya dengan suara rendah, bergetar oleh amarah.
"Tidak peduli… siapapun yang melindungimu."
Air mata penyesalan berubah menjadi tawa kecil penuh kebencian.
"Pada akhirnya… kau tetap harus kembali padaku. Karena kau cuma bonekaku untuk mendapatkaan Amar!"
.....
MOHON DUKUNGANNYA JANGAN LUPA VOTE,LIKE,KOMEN SEBANYAK BANYAKNYA TERIMAKASIHH
Jangan lupa follow buat tau kalau ada cerita baru dari othorrr!!