NovelToon NovelToon
Istri Hasil Taruhan

Istri Hasil Taruhan

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Kehidupan di Kantor / Pernikahan Kilat / Cerai / CEO / Playboy
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arandiah

Kanaya terkejut saat bosnya yang terkenal playboy kelas kakap tiba-tiba mengajaknya menikah. Padahal ia hanya seorang office girl dan mereka tak pernah bertatap muka sebelumnya. Apa alasan pria itu menikahinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arandiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Murka

Ferdi belum sempat melepaskan cengkeramannya saat Arjuna bergerak secepat kilat. Hanya butuh satu langkah lebar bagi Arjuna untuk memangkas jarak, tanpa aba-aba maupun peringatan.

BUGH!

Kepalan tangan Arjuna mendarat telak di rahang kiri Ferdi hingga suara hantamannya terdengar mengerikan.

Ferdi terhuyung mundur sampai pegangannya pada lengan Naya terlepas seketika. Pria itu lantas menabrak meja kopi hingga vas bunga di atasnya jatuh dan pecah berantakan. Naya sontak menjerit tertahan sambil menutup mulut dengan kedua tangan, sementara tubuhnya merapat ke dinding dengan wajah pucat pasi.

"Sialan lo, Jun!" umpat Bram kaget, namun dia segera maju untuk menahan tubuh Arjuna yang hendak melayangkan pukulan kedua.

"Pergi," desis Arjuna rendah, walau tatapan matanya tajam penuh amarah dan napasnya memburu. "Bawa teman brengsek lo ini keluar sebelum gue habisi dia di sini."

Ferdi meringis sembari menyeka sudut bibirnya yang robek dan berdarah. Bukannya marah, dia justru tertawa—tawa yang terdengar menyebalkan.

"Gila..." Ferdi meludah darah ke lantai karpet mahal Arjuna. "Lo beneran mukul gue gara-gara babu ini? Wah, fix. Lo kalah, Jun. Lo udah jatuh cinta sama dia."

"Keluar!" bentak Arjuna lagi dengan suara yang kini terdengar serak.

Bram menarik lengan Ferdi dengan kasar seraya berkata, "Udah, cabut aja kita. Dia lagi kesurupan."

Kedua pria itu akhirnya berbalik pergi. Sebelum pintu tertutup, Ferdi sempat menoleh sekilas pada Naya dengan tatapan meremehkan, lalu pintu terbanting keras.

Hening.

Kesunyian yang menyakitkan menyelimuti ruangan besar itu. Hanya terdengar deru napas Arjuna yang masih belum teratur. Dia berdiri kaku membelakangi Naya, sementara tangan kanannya yang tadi memukul Ferdi kini terkepal erat di samping tubuh, gemetar menahan sisa amarah.

Naya masih menempel di dinding dengan air mata yang sudah jatuh membasahi pipi. Meskipun ketakutan, rasa takut itu perlahan berganti menjadi kekhawatiran saat ia melihat punggung suaminya yang begitu tegang.

Matanya menangkap sesuatu; tetesan merah yang jatuh dari tangan kanan Arjuna ke lantai.

Tanpa sadar, kaki Naya bergerak karena naluri seorang istri telah mengalahkan rasa takutnya. Dia melangkah pelan untuk mendekati sosok tinggi tegap itu.

"Mas..." panggil Naya lirih, suaranya masih bergetar sisa tangis.

Arjuna tersentak pelan, tapi tidak menoleh. "Keluar, Nay. Kembali kerja."

Naya tidak menurut. Dia justru memberanikan diri meraih tangan kanan Arjuna yang terkepal. Saat Arjuna mencoba menariknya, Naya menahannya dengan lembut tapi tegas.

"Tangan Mas luka," bisik Naya.

Buku-buku jari Arjuna lecet parah dan sobek akibat menghantam rahang Ferdi, sehingga darah segar mengalir dari sana.

Pertahanan Arjuna runtuh seketika saat merasakan sentuhan tangan Naya yang kecil dan dingin di kulitnya yang panas. Dia akhirnya menoleh lalu menatap wajah istrinya yang basah oleh air mata. Wajah yang baru saja dihina habis-habisan oleh temannya, namun kini justru menatapnya dengan sorot mata penuh cemas. Bukan cemas untuk dirinya sendiri, melainkan untuk Arjuna.

'Kenapa kamu masih peduli padaku?' batin Arjuna.

Tanpa bicara, Naya menarik pelan tangan Arjuna menuju sofa panjang di sudut ruangan. Arjuna menurut begitu saja dan duduk di sana, membiarkan Naya mengambil kotak P3K dari laci meja kerjanya—tempat yang Naya hafal betul karena ia yang merapikan ruangan itu setiap pagi.

Naya berlutut di depan Arjuna. Dengan telaten, dia membersihkan luka di tangan suaminya menggunakan kapas dan obat pembersih luka.

"Sshhh..." desis Arjuna saat kapas basah menyentuh lukanya.

"Maaf, Mas. Tahan sebentar ya," ucap Naya lembut seraya meniup pelan luka itu agar perihnya berkurang.

Pemandangan itu membuat hati Arjuna berdesir aneh. Rasa bersalah, marah, dan sesuatu yang hangat bercampur aduk di dadanya. Dia menatap puncak kepala Naya sambil mengamati bulu matanya yang basah.

"Kenapa kamu nggak lari?" tanya Arjuna tiba-tiba. Suaranya sudah jauh lebih tenang, hampir berbisik. "Teman-temanku tadi... mereka jahat sama kamu. Aku juga nggak membela kamu dari awal."

Naya mendongak, menatap mata suaminya lekat-lekat lalu tersenyum tipis dengan sangat tulus.

"Karena Mas Arjuna udah pukul teman Mas demi Naya," jawab Naya polos. "Itu pasti sakit banget, jadi Naya nggak mungkin ninggalin Mas yang lagi kesakitan."

Arjuna terdiam hingga lidahnya kelu. Jawaban sederhana itu menampar egonya lebih keras daripada pukulan fisik apa pun. Dia mengangkat tangan kirinya yang bebas, ragu-ragu ingin menyeka air mata di pipi Naya. Perlahan, jemari kasar Arjuna mendarat di pipi mulus istrinya. Ibu jarinya menyapu sisa air mata di sudut mata Naya dengan gerakan kaku, namun terasa begitu lembut.

"Jangan menangis lagi," bisik Arjuna, suaranya serak dan dalam. "Aku... aku nggak suka lihat kamu begini."

Naya terpaku. Sentuhan hangat di pipinya itu membuat tubuhnya kaku, sehingga dia tidak berani bergerak karena takut merusak momen langka ini. Dia mendongak, terperangkap dalam tatapan Arjuna yang kini meredup. Bukan karena amarah, melainkan karena emosi lain yang jauh lebih dalam.

Arjuna mencondongkan tubuhnya perlahan hingga jarak di antara mereka menipis dengan cepat.

Wangi sabun mandi yang biasa dipakai Naya tercium samar oleh Arjuna. Aroma itu sederhana, tidak seperti parfum mahal rekan kerjanya, tapi entah kenapa justru aroma inilah yang membuat kepala Arjuna pening—memabukkan.

Mata Arjuna turun, menatap bibir Naya yang sedikit terbuka.

Akal sehatnya seolah hilang. Masa bodoh dengan Ferdi, reputasi kantor, atau gengsinya yang setinggi langit. Rasa sakit di tangannya terlupakan karena saat ini, yang dia inginkan hanyalah memeluk tubuh kecil di depannya.

Naya memejamkan mata perlahan dengan napas tertahan. Dia tidak menolak, melainkan menunggu.

Hidung mereka bersentuhan saat hembusan napas hangat menerpa wajah masing-masing. Tinggal sedikit lagi....

TRING!!!

Bunyi telepon interkom di meja kerja Arjuna menjerit nyaring dan panjang, menghancurkan suasana manis di antara mereka dengan kejam.

Arjuna tersentak hebat seolah tersengat listrik dan langsung menarik tubuhnya menjauh. Wajahnya memerah padam—campuran antara kaget, frustrasi, dan rasa malu luar biasa karena nyaris kehilangan kendali.

Naya pun terlonjak, nyaris terjengkang ke belakang saking kagetnya. Matanya terbuka lebar, wajahnya tak kalah merah. Dia buru-buru menunduk sambil meremas rok seragamnya dengan gugup.

Suasana menjadi canggung setengah mati.

Arjuna berdeham keras, berusaha mengembalikan wibawanya yang baru saja rontok, lalu membenarkan letak dasinya yang sebenarnya tidak miring.

"Ekhem." Arjuna menekan tombol loudspeaker interkom dengan kasar.

"Ya? Apa?!" sentaknya ke arah mesin itu dengan nada galak bukan main.

Suara sekretarisnya terdengar takut-takut dari seberang. "M-maaf Pak Arjuna mengganggu. Ada telepon dari Pak Komisaris Utama di line satu. Katanya sangat mendesak soal insiden barusan."

Arjuna memijat pelipisnya yang berdenyut.

"Sambungkan," jawab Arjuna singkat, lalu mematikan interkom.

Dia menarik napas panjang, kemudian melirik Naya dari sudut matanya. Dia tidak berani menatap istrinya itu secara langsung sebab jantungnya masih berdegup kencang.

"Kamu..." Arjuna menunjuk pintu tanpa menoleh, suaranya kembali dibuat datar meski terdengar goyah. "Kembali ke pantry. Bawa... bawa kotak obatnya sekalian. Luka saya sudah tidak apa-apa."

"B-baik, Mas... eh, Pak," cicit Naya gugup. Dia menyambar kotak obat itu dengan tangan gemetar, lalu bergegas berdiri meski kakinya terasa lemas. "Permisi, Pak."

Naya berjalan cepat keluar ruangan, nyaris tersandung kakinya sendiri di ambang pintu.

Pintu tertutup rapat.

Arjuna menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya yang besar. Dia menatap langit-langit ruangan, lalu menutup wajah dengan kedua tangan seraya mengerang frustrasi.

"Sial," rutuknya pelan di balik telapak tangan. "Hampir aja."

1
partini
masalah segera di mulai ini ,jujur jin sama istri mu sebelum semuanya menjadi kacau dan kamu menyesal
partini
hemmm gitu udah marah kamu marah keran cemburu atau apa Jun
Arandiah: Juna masih Denial 😌
total 1 replies
Amelia Kesya
hadir thor,filingku mengatakan klu dua temannya juna ingin menghancurkannya melalui taruhan sialan itu.
Arandiah: hmm bisa jadi 😄
total 1 replies
partini
OMG gila kamu Jun anak sendiri loh jadi taruhan ,,kemenangmu awal kehancuran mu Jun
biar stres semoga Naya pergi jauh ke kampung biar tambah edan
partini
lah kan. nya dah bilang ga pakai pengaman aduh tuan Juna ini
Arandiah: udah kebelet 😌
total 1 replies
Apis
dari dan ia ko gant Kanaya thor
Arandiah: lupa ka😭
total 1 replies
partini
good story
partini
maksih ya Thor udah mau melanjutkan di sini biarpun Tidak ada reward alias gratis
udah akua hapus dari daftar favorit kemarin
Arandiah: sama-sama kak 💕
total 1 replies
partini
aihhhhh kenapa dari awal nulis disini Thor kalau Endingnya pindah
partini: ohh iya kah ,wah so happy Thankyou Thor 🙏
total 3 replies
partini
yakin bisa berbagi peluh Dengan wanita lain,,Naya menghantui mu loh rasa bersalah mu
Ayu Putri
bagus lah nay,sukur2, lgsung hamil😄😄🤭🤭
Ayu Putri: bisa jadi seneng bahagia dia mba😄😄
total 2 replies
partini
selamat ya jun kamu dah menang taruhannya,,
partini
itu belum seberapa nanti kalau kamu tau cuma buat taruhan
Ayu Putri
aahhhh akhirnya ehem ehem😄😄🤭🤭
Ayu Putri
uuhhuuuyy sebentar LG Naya ehem ehem🤣🤣🤣🤣
partini
bentar lagi kemenangmu jun ,semoga di hari itu jg hari penyesalan mu
partini
dan di saat itu jg kau kehilangan Naya wanita yg sudah masuk di hatimu tanpa kau sadari ,,hemmmmm Naya ihhh gumusnm kenapa kamu ikut gang 1/2 ons
partini
semoga Kanaya tau kalau di itu cuma baut taruhan saja,di kala hadiah taruhannya udah dapat kamu pergi dengan hati lega nay,cukup selembar surat perpisahan untuk suamimu EGEB mu itu
partini
bisa menari nari terus tuh bayangkan body sexsoy istri nya
Ayu Putri
udh bagus Dania sempetin bikinin sarapan buat km loh arjuna
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!