Juminten dan Bambang dari namanya sudah sangat khas dengan orang desa.
Kisah percintaan orang desa tidak ada bedanya dengan orang kota dari kalangan atas hingga bawah.
Juminten, gadis yang ceria dan supel menaruh hati kepada Bambang kakak kelasnya di sekolah.
Gayung bersambut, Juminten dan Bambang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka.
Pernikahan yang Juminten impikan seperti di negeri dongeng karena dapat bersanding dengan pria yang dia cintai hancur berkeping-keping. Disaat Juminten berbadan dua, Bambang lebih memilih menemui cinta pertamanya dibandingkan menemaninya.
Apakah Juminten akan mempertahankan rumah tangganya atau pergi jauh meninggalkan Bambang dan segala lukanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa Mulachela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Prit!
Prit!
Seluruh peserta LDKS segera menuju lapangan. Acara Jurit malam mundur 2 jam dari waktu yang ditentukan, karena hujan yang mengguyur area villa. Pengurus osis menata barisan sesuai tim yang di bentuk untuk acara Jurit Malam.
"SELAMAT SORE!"
"Selamat sore!"
"MANA SEMANGATNYA? SELAMAT SORE!"
"SELAMAT SORE!"
"Bagus! Acara selanjutnya adalah jurit malam. Acara ini, di adakan untuk melatih mental kalian menjadi anggota osis yang berani dalam kondisi apapun! Hancurkan rasa takut kalian! Dan jangan lupa kerja sama tim yang baik"
"3 barang yang harus kalian kumpulkan Bendera osis, buku merah dan terakhir stempel osis."
"Tugas pertama adalah menemukan buku merah! Setelah itu, kalian tempelkan foto 3*4 yang sudah kalian bawa dari rumah! "
"Lanjut, kalian mencari stempel osis! Stempel semua foto kalian dengan stempel osis! "
" Dan yang terakhir kalian cari adalah bendera osis. Bendera osis terletak di pohon. Ingat clue nya, DI POHON! Bendera tersebut kalian bawa kemari dan setor di pos pengurus osis dengan buku kalian. 3 tim akhir mendapatkan sanksi. PAHAM SEMUA! "
" PAHAM!"
" OKE, GOOD LUCK BUAT SEMUA! SEMOGA SUKSES! SALAM OSIS! "
Semua peserta membubarkan diri dari lapangan. Mulai mengikuti denah arah yang telah tersebar di jalan arah masuk ke hutan.
Tim Juminten memilih ke arah timur villa, di mulai melewati pemukiman warga. Juminten yang memiliki sensualitas tingkat tinggi pada godaan makanan, membelokkan diri ke pedagang tahu bulat.
"Fokus woi fokus!" teriak Farid.
"Kebiasaan nih bocah!" Resti menggelengkan kepalanya.
Farid berusaha menutupi pandangan Juminten. Dari menutup matanya, menghalangi jalannya hingga kesabaran Juminten terusik.
"Ish!" dengus Juminten.
"Percuma juga Wan, lu nutupi matanya Jumi. Hidung Jumi masih bekerja aktif! Ini hidung, walau mata ketutup bisa arahin mata sama kaki ke arah tujuan." Juminten pun menyikut Farid, dan melanjutkan jalannya.
Farid dan Resti pun pasrah, langkahnya mengikuti perintah ratu Juminten yang tidak bisa di ganggu gugat.
"Kang, tahu bulat nya 5ribu-an mau 4. Satunya gausah bumbu bubuk, Jumi takut batuk soalnya!"
"Siap, neng!"
"Banyak amat kok 4. Perasaan kita cuma bertiga?" tanya Farid.
"Satunya buat pujaan akoh! My prince Bambang yang gantengnya tidak akan lekang oleh waktu. Meski kau bukan milikku. Intan permata yang —" Juminten bernyanyi dengan nada musik koplo sambil menggoyangkan pinggulnya dengan luwes.
"Hop!" Resti menutup bibir Juminten dengan tangannya. "Astagfirullah ini belum masuk hutan, Jumi. Masa dah kerasukan disini!" Pekik Resti membuat Farid dan pedagang tahu tertawa.
Juminten hanya memasang mode wajah pura-pura malunya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Geli gue, Jum. Kalo lu kumat alay nya!" Farid mengangkat kedua bahunya.
"Ini neng tahu nya, 20 ribu neng."
"Makasih kang. Semoga laris manis semanis, Jumi!" Juminten mengambil pesanannya.
"Aamiin. Ini kalian mau kemana? Kalo arah semakin ke atas, itu hutan. Gelap!"
"Acara LDKS osis, Kang!" Farid sambil mengunyah makanannya.
"Justru kita di suruh jadi bocah petualang malam, Kang. Heran deh, sama osis. Di suruh kenalan sama momok kok di hutan, di sekolahan kan banyak!" saut Juminten.
"Sapa tau kita nemu kuntilanak gundul di dalam hutan!" pekik Resti.
"Tuyul punya saingan, dong!" imbuh Farid.
"Kasian jalan hidup tuyul, udah matinya pas kecil. Pas gentayangan, di peksa suruh cari duit sama orang. Eh, sekarang punya saingan kuntilanak gundul. Kasian nasib nian tuyul!" Juminten menggelengkan kepalanya.
Penjual tahu tertawa melihat pembicaraan absurd 3 orang pembelinya.
"Hati-hati di jalan!" ucap penjual Tahu melihat pembelinya bersiap melanjutkan perjalanan.
"Siap, Kang! Mari duluan!" ucap mereka bersautan.
Juminten berjalan di belakang sendiri, menjepret foto tahu yang sudah di beli.
Juminten : [Buat Mas, biar nggak laper😚]
Farid mulai memimpin memasuki hutan, mereka di sambut bunyi angin yang sangat kencang. Resti dan Juminten bergandengan tangan agar tidak tergelincir. Karena jalan yang mereka lewati agak licin, karena hujan tadi sore.
"Tadi buku nya warna apa ya?"
"Merah, Jum!"
"Oh, oke! Juminten nemu satu. Tuh sana, yuk ambil!"
"Serius?" Juminten pun menarik senter Resti lalu mengarahkan benda yang di cari.
"Cakep!"
Mereka pun mengambil foto mereka yang ada di dalam saku masing-masing.
Mereka pun melanjutkan langkah mereka, sesuai instruksi arah yang tertulis. Hawa merinding mulai terasa di sekitar mereka.
"Kok merinding bulu Ani!" Juminten memegang tangan nya.
"Bulu Roma, Jum!" saut Resti.
Farid memegang tangan Juminten, "Sini pegangan biar nggak takut!"
"Dih, kalo kalian pegangan. Gue ma sapa?" Resti menunjuk dirinya.
"Ya saling pegangan. Kan cowoknya satu nih. Terus tangan Wan abut dua kan?"
"Nah, yang kanan pegang Jumi!"Juminten memegang tangan kanan Farid.
"Yang kiri, lu pegang ras. Clear kan!" Resti menganggukkan kepalanya.
Farid pun menggandeng 2 bidadarinya masuk ke dalam hutan. Jalan masuk mulai sempit kembali, Farid melepas pegangan tangannya dan mulai memimpin kembali jalan untuk masuk hutan. Suara lolongan anjing mulai terdengar, suara burung hantu, juga angin kencang membuat suasana masuk hutan semakin syahdu.
"Stempelnya kayu apa plastik?" Farid menoleh ke belakang.
"Plastik,lah! Kalo kayu kan tadi hujan pasti luntur!" ucap Juminten sambil berusaha melewati jalan yang berlumpur.
"Jalan nya kok makin licin ya, AWAS JUM!" teriak Resti yang melihat Juminten akan terpleset.
Grep!
Sosok kuntilanak berbaju putih, bedak dempul dan rambut panjang hitam memeluk Juminten yang hampir terjatuh.
"Aaaa!!!!" teriak spontan Juminten melihat siapa yang menolongnya.
Buk!
Buk!
Farid dan Resti ikut memukul kuntilanak yang mencoba menolong Juminten.
"****!"
Suaranya kok kayak suami Jumi.
Juminten pun menarik wig yang dipakai kuntilanak kw.
"Mas Bambang!" Juminten pun memeluk lalu mengelus seluruh tubuh suaminya yang menjadi bahan pukulan mereka bertiga. "Maaf ya, Mas. Juminten nggak tahu kalo itu ternyata, Mas!"
"Mana ada kuntilanak bisa memeluk, bukannya kalian ucapin makasih malah gebukin!"
"Sorry Bang, kita juga refleks. Bang Bambang ngapain coba pakai baju gituan." Resti dan Farid cengengesan menampilkan gigi mereka.
Bambang hanya mendengus kesal, mendudukkan dirinya di atas pohon yang sudah tumbang. Juminten masih mengelus punggung Bambang, karena Juminten memukul keras pada bagian sana.
"Minum dulu, Mas!" Bambang mengambil air botol mineral yang di sodorkan Juminten.
"Makasih!" Juminten menganggukkan kepalanya lalu mengelus kembali punggung suaminya.
Farid dan Resti yang merasa jadi obat nyamuk cap kacang memilih mengitari area sekitarnya. Mereka memiliki pengalaman menjadi anggota osis. Dan saat jurit malam, bila menemukan setan kw berarti area mereka dekat dengan target barang yang mereka cari.
"Biasanya di area rumput, Wan!" Resti mengarahkan senternya di daerah rumput.
"Iya, ini makanya aku sodok-sodok make tongkat."
"Masa di pohon, nggak mungkinlah. Mereka nempelinnya make apa coba!"
"Nyari apa kalian?" Bambang dan Juminten menghampiri mereka yang sedang mencari barang di area rumput.
"Nyari stempel, Bang!" jawab Farid.
"Tuh!" Farid menangkap stempel yang di lemparkan Bambang.
"Wah, makasih Bang!"
Mereka pun memberi stempel foto mereka masing-masing.
"Ini Bang, makasih!"
"Udah, lempar aja di bawah! Biar di cari sama tim lain!" Bambang jalan berbalik arah dengan mereka.
"Mau kemana, Bang? Kok arah sana?"
"Ya basecamp lah, ngapain lurus. Sono lanjut!" Juminten tersenyum kecut. Angan-angannya untuk melanjutkan jurit malam dengan suami nya gagal total.
Makanya jangan banyak berharap, Jum😚 Ingat, Bambang bisa luluh hanya di tangan author 😎
Bambang jgn galau gitu,noh Rena sdh siap jd masa depanmu. tinggal kedipkan matamu buat othor. biar bisa dpt daun muda😁✌️🏃🏃🏃💨💨💨💨