NovelToon NovelToon
Perjalanan Hadi

Perjalanan Hadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Romansa Fantasi / Pemain Terhebat / Epik Petualangan / Anak Lelaki/Pria Miskin / Harem
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: bang deni

perjalanan seorang anak yatim menggapai cita cita nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

loteng tua

Hadi menyerahkan belanjaannya pada kak Mu'i

" kita bersihkan dan rapihan loteng saja dulu, baru kita rapihan bawah" ucap kak Mu'i

"Siaap kak!"

Hadi langsung mengambil tangga kayu yang sudah disiapkan. Loteng tua itu terletak di atas area servis, hanya berupa lantai kayu yang jarang diinjak dan penuh dengan debu tebal serta sarang laba-laba. Loteng itu dulunya digunakan hanya untuk menyimpan bahan-bahan musiman seperti keranjang dan boks bekas buah buahan

“Hati-hati, Di, kayunya sudah tua!” teriak Kak Mu’i mengingatkan.

Hadi mengangguk. Ia menaiki tangga perlahan. Begitu kepalanya menembus lubang loteng, ia disambut oleh udara pengap dan gelap. Ia menyalakan lampu senter kecil dari sakunya.

“Gila, ini sih bukan loteng, Kak. Ini kayak museum debu!” seru Hadi dari atas.

“Ya ampun, Di. Dulu itu tempat tidur Kakak waktu masih bujang! Sekarang sudah jadi gudang rongsokan!” balas Kak Mu’i tertawa dari bawah.

Hadi mulai bekerja. dengan langsung  menyingkirkan sarang laba-laba. Ferry, yang sudah selesai memindahkan barang di sudut, ikut naik.

“Wah, ini benar-benar sarang laba-laba,” kata Ferry, bergidik saat seekor laba-laba besar berlari di atas kepalanya.

“Makanya, Kak Mu’i mau kita bersihkan. Katanya ini mau dipakai tempat beristirahat,” kata Hadi, menyeka keringat di dahinya.

Mereka berdua bekerja bahu membahu. Hadi bertugas mencabut paku-paku usang yang menahan papan-papan kayu yang sudah lapuk, sedangkan Ferry membantu mengangkut papan-papan itu ke bawah dengan tali. agar tak berisik dan membahayakan orang lain

“Fer, ini ada papan yang masih bagus dan kuat! Kayaknya bisa kita pakai buat bikin rak,” ujar Hadi, memegang papan kayu jati yang tebal.

“Iya, ambil saja! Sayang kalau dibuang. Kita kan butuh rak buat naruh TV yang sudah selesai servis. Sekarang kan TV yang sudah jadi cuma ditumpuk di lantai,” sahut Ferry.

Mereka berdua memisahkan papan yang masih layak pakai dari yang sudah lapuk dan rapuh. Setelah hampir dua jam, loteng itu sudah bersih.

“Oke, loteng sudah aman. Sekarang kita turun, kita rapihkan bengkel sekalian membuat rak,” ajak Hadi.

Mereka turun, kak Mu'i naik ke atas memeriksa hasil pekerjaan mereka

“wih Bersih banget! Bau apeknya hilang. Nah, sekarang kita bikin raknya. Kakak butuh rak yang kuat, bisa menampung minimal enam TV tabung 21 inci.” ucap kak Mu'i saat melihat loteng yang selesai di bersihkan

“Siap, Kak!” jawab Hadi dan Ferry serempak.

Hadi mengambil meteran dan mulai mengukur dinding yang kosong, tepat di samping meja servis. Ferry mengambil gergaji dan mulai memotong papan-papan kayu jati bekas loteng sesuai ukuran yang dibutuhkan.

Hadi memang memiliki keahlian dalam pertukangan sederhana selain elektronika. Keahlian ini ia dapatkan dari tetangganya. Ia dengan cepat membuat kerangka dasar rak.

(Hadi menggunakan prinsip geometri ruang sederhana, meski hanya di dalam kepala, untuk memastikan semua sudut rak adalah siku-siku, agar kuat menahan beban TV tabung yang berat.)

“Ini akan jadi rak yang sangat kuat, Kak. Kayu jatinya masih bagus,” kata Hadi sambil memalu paku-paku besar.

Ferry mengernyitkan dahi. “Di, dari mana kamu belajar pertukangan begini? Kita kan anak STM jurusan elektronika.!?” tanyanya bingung

Hadi tertawa. “Kalau di kampung, harus serba bisa, Fer. Mau benerin atap sendiri, benerin kursi sendiri. Aku belajar dari tetanggaku. Ini kan cuma menyambung papan, pakai teknik overlap biar beban terbagi rata.”

Mereka terus bekerja hingga menjelang maghrib. Suara palu beradu dengan paku, diselingi canda tawa dan diskusi teknis tentang ukuran rak yang optimal. Setelah beberapa jam, sebuah rak kayu kokoh dengan tiga tingkat berdiri tegak di dinding bengkel. Rak itu dicat dengan sisa cat putih yang tersimpan di gudang.

“Selesai!” seru Hadi dan Ferry bersamaan, menatap hasil kerja keras mereka dengan bangga.

Kak Mu'i datang, mengelus rak itu, dan tersenyum lebar.

“Hebat! Ini lebih bagus dari yang Kakak bayangkan! Sekarang bengkel kita jadi lebih rapi dan profesional,” puji Kak Mu'i, saat memeriksa hasil pekerjaan mereka berdua

Hadi dan Ferry berpamitan. Hadi merasa puas. Rasa lelah fisik ini jauh lebih baik daripada rasa lelah batin karena memikirkan Yuni. Setidaknya, hari ini ia menghasilkan sesuatu yang nyata dan bermanfaat.

Keesokan harinya saat Hadi datang selepas pulang sekolah, Kak Mu’i memberikan tugas baru: servis TV tabung 29 inci milik pelanggan penting. TV berukuran besar ini membutuhkan daya dan tegangan yang berbeda dari TV biasa, dan Hadi tahu ia membutuhkan komponen berkualitas tinggi yang sulit didapatkan di toko elektronik biasa.

“Di, ini dia TV-nya. Hati-hati, ini TV-nya Pak RT. Jangan sampai gagal, ya,” pesan Kak Mu'i.

Hadi mengangguk. Ia memeriksa TV itu, ternyata yang rusak Playbeck dan beberapa kapasitor tegangan tinggi, bagian horizontal

“Kak, ini yang rusak ” kata Hadi memberikan komponen yang di buka dari mesinnya

" Ya udah kamu beli aja alatnya sama Ferry" sahut kak Mu'i sambil memberikan uang untuk berbelanja

Hadi dan ferry berbelanja ke Toko Juara, mereka tak berlama lama, begitu dapat barangnya mereka dengan cepat kembali ke bengkel

saat sampai bengkel, Hadi langsung memasang Playbeck dan kapasitor yang baru ke dalam TV 29 inci itu. Setelah beberapa jam berkonsentrasi penuh, TV itu akhirnya menyala dengan gambar yang jernih. Perasaan puas itu tidak tertandingi.

" Wih udah jadi aja" ucap kak Mu'i saat melihat tv itu kembali menyala dengan normal

" He he he, lagi hoki kak" sahut Hadi

" Kamu beli karpet sama tikar buat di atas Di, biar bisa di pake istirahat" ucap kak Mu'i

" siap kak" sahut Hadi " eh di pel dulu pake pewangi, biar enak istirahatnya kak" saran hadi

" ya udah sekalian beli pewanginya nanti kamu sama Ferry yang bersihin" ucap kak Mu'i

Hadi dan Ferry berangkat ke pasar di mana penjual tikar dan karpet berada

" eh kalian, mau beli apa?" tanya Eko, yang ternyta toko yang mereka tuju milik neneknya Eko

" gw mau beli karpet sama tikar , nah itu ada?" jawab Hadi sambil menunjuk tikar cap Ayam jago yang berada tak jauh dari tempat dia berdiri

" ok gw ambilin. karpetnya warna apa? apa hijau aja?" ucap Eko bertanya kembali

" eh, jangan! nanti di kira dapet ngambil di masjid" seru Hadi

" ha ha ha, ya udah warna merah aja, gmana?" tanya Eko lagi

" nah itu baru cocok, beli 8 meter aja, tapi di bagi dua" ucap Hadi

" ok" Eko langsung mengambil karpet berwarna merah dan memotong seperti yang Hadi pinta

Setelah membayar mereka pulang dengan terburu buru tak sabar bagaimana rasanya beristirahat di loteng yang mereka bersihkan

1
Alana kalista
/Grievance/
Casudin Udin
Luar biasa
Alana kalista
lanjut author
Alana kalista
lanjut
Yuliana Tunru
yuni x yg agresif ..hati2 besok2 bisa kebablasan ingat msh kecil ya
Yuliana Tunru
q mampir bang smoga up lancar dan byk pembaca x 💪💪
Blue Angel: Terima kasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!