NovelToon NovelToon
Beyond The Realm Of Gods

Beyond The Realm Of Gods

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ketika Li Yun terbangun, ia mendapati dirinya berada di dunia kultivator timur — dunia penuh dewa, iblis, dan kekuatan tak terbayangkan.
Sayangnya, tidak seperti para tokoh transmigrasi lain, ia tidak memiliki sistem, tidak bisa berkultivasi, dan tidak punya akar spiritual.
Di dunia yang memuja kekuatan, ia hanyalah sampah tanpa masa depan.

Namun tanpa ia sadari, setiap langkah kecilnya, setiap goresan kuas, dan setiap masakannya…
menggetarkan langit, menundukkan para dewa, dan mengguncang seluruh alam semesta.

Dia berpikir dirinya lemah—
padahal seluruh dunia bergetar hanya karena napasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 Papa yang Tidak Pernah Mendaftar Jadi Papa

Senja mulai turun ketika Li Yun akhirnya kembali ke kediamannya. Langkahnya berat, bahunya lunglai, wajahnya dipenuhi keputusasaan pedagang yang dagangannya tak laku satu pun. Perjalanannya dari Kota Qinghe pulang terasa jauh lebih panjang dari biasanya.

Begitu ia mendorong gerbang kayunya, ia menghela napas panjang, seperti seorang pahlawan tragis yang pulang tanpa kemenangan.

“Haah… kota masih sepi sekali,” gumamnya. “Monster itu tak kunjung dibereskan. Dagangan juga banyak yang belum terjual. Kalau begini terus, kapan aku bisa dapat uang, hah?”

Ia menurunkan tas anyaman besarnya ke tanah dengan suara thud.

Lalu ia mendengus kesal.

“Apa sih yang dilakukan para kultivator di luar sana? Mereka itu amatiran? Atau sebenarnya bodoh sekali?”

Seketika seluruh kediaman terdiam.

Betul-betul hening.

Di balik pohon beringin, seekor serigala kecil, seekor ikan koi berenang tenang, dan sebuah pohon beringin raksasa langsung tegang bersamaan.

Nafas mereka tercekat.

Baal menelan ludah.

Naga Air berkeringat dingin meski bentuknya ikan.

Akar-akarnya Pohon Nirvana bahkan berhenti bergerak.

Li Yun mengangkat kedua tangannya, wajahnya memerah karena emosi.

“Kalau saja aku punya kekuatan seperti para kultivator itu, sudah lama aku membereskan monster sialan itu!”

Ketiganya—hewan dan pohon suci—langsung pucat dan saling memandang.

Di dalam hati mereka tiga kalimat yang sama muncul bersamaan:

‘Jangan. Tuan jangan bergerak. Kalau tuan benar-benar turun tangan… dunia ini pasti kacau balau.’

Li Yun menghela napas lagi, kali ini lebih pasrah.

“…ya sudah, itu juga nggak mungkin.”

Serentak ketiganya melepaskan napas lega seolah baru lolos dari kiamat.

Pohon Nirvana berkata dalam hati, dengan suara tua penuh kekesalan:

‘Apa yang dilakukan para kultivator di luar sana!? Jatuh serendah apa mereka sampai membuat tuanku kesal begini!?’

Li Yun melangkah menuju rumah, tetapi tiba-tiba ia berhenti.

Matanya menyipit.

Di dekat akar pohon beringin, ada sesuatu yang bulat, biru, dan memantul pelan-pelan. Seperti bola cahaya… atau slime… atau hantu mini… dia tidak yakin.

“Kok ada gumpalan biru bergerak-gerak sih? Apa itu?”

Ia mendekat.

Namun tepat ketika ia akan mengintip—

“ARF! ARF! AOWOO!”

Baal melompat ke depan seperti penjaga gerbang, tubuhnya menutupi bola biru itu.

Li Yun mengerutkan kening.

“Ada apa, Gray? Kau terlihat… gugup? Kau ingin mengatakan sesuatu?”

Baal berkeringat dingin namun tetap menggonggong putus asa, mencoba mengalihkan perhatian tuannya.

Li Yun mendesah dan berjalan memutari Baal.

“Aku cuma mau lihat—”

Dan kemudian…

Ia melihatnya.

Seorang gadis kecil berambut panjang berkilau, tertidur pulas di atas akar pohon.

Li Yun mematung.

“...oh. Gadis kecil.”

Satu detik.

Dua detik.

Tiga—

“WOI!! ANAK SIAPA INI!?”

Suara Li Yun menggema seperti petir.

Pohon Nirvana bergoyang panik.

Naga Air spontan melompat keluar air.

Baal langsung menjerit lirih dalam hati: habislah… habislah aku…

Li Yun langsung melangkah maju dengan panik luar biasa.

“K-kenapa ada anak kecil di sini!? Bagaimana dia masuk!? JANGAN-JANGAN nanti aku dikira penculik!? Atau—atau—”

Matanya melebar ngeri.

“ATAU JANGAN-JANGAN AKU DITUDUH PEDO!?”

Suasana seketika kacau.

Baal memutuskan bahwa ini mungkin hari terakhir hidupnya.

‘Sial! Dia benar-benar marah!! Ini akhirku!!’

Keributan itu membuat gadis kecil itu menggeliat.

Kemudian—

“Uuuh….”

Ia duduk sambil mengucek kedua matanya dengan jari mungilnya.

Li Yun langsung diam.

Begitu diam hingga seluruh halaman terasa membeku.

Li Yun perlahan merendahkan suara dan mendekat dengan langkah hati-hati bagai sedang mendekati rusa liar yang mudah kabur.

“E-eh… hei, nak? Kau bangun?”

Ia berlutut di depan gadis itu, berusaha tidak terlihat mengintimidasi.

“Hei… apakah kau tersesat? Bagaimana caranya kau masuk ke sini? Apa kau ketakutan karena berpisah dari orang tuamu?”

Gadis itu menatapnya.

Mata itu bening.

Berbinar-binar.

Untuk sesaat Li Yun merasa seolah melihat bintang.

Li Yun tersenyum lembut, sikap paniknya mereda.

“Kau imut sekali… dan cantik. Matamu indah. Tenang saja, paman bukan orang jahat. Jadi bilang, di mana rumahmu dan orang tuamu? Paman akan mengantarmu pul—”

Gadis kecil itu menunjuk Li Yun.

“Papa.”

Li Yun membeku.

“…Hah?”

Gadis itu berdiri.

Kemudian berlari kecil ke arahnya—

Dan memeluknya erat-erat.

“Papa!”

Li Yun langsung pasang ekspresi beku seperti patung batu.

“A-a-a—tunggu dulu, tunggu dulu. Apa tadi kau memanggilku apa?”

“Papa!”

Li Yun merasa seluruh sistem tubuhnya error.

“Jangan begitu, nak. Jangan sembarang memanggil orang, itu berbahaya. Aku bukan ayahmu. Tidak mungkin.”

Gadis kecil itu menatapnya.

Mata beningnya mulai berkaca-kaca.

“Tapi… kau memang papa ku…”

“Tidak mungkin! Aku—aku belum menikah! Dari mana mungkin aku punya anak sepertimu!? Ayolah, jangan bercanda. Beritahu saja di mana rumahmu.”

Gadis itu menunduk.

Bibirnya gemetar.

“Tapi… ini rumahku…”

Li Yun langsung ngefreeze lagi.

“….”

Gadis itu menatapnya lagi, air mata menggenang, suaranya kecil dan bergetar.

“Apakah… papa tidak menginginkan aku lagi…?”

“…”

“Apakah papa akan membuangku…?”

Li Yun merasa jantungnya berhenti berdetak.

Ia membuka mulut, menutupnya, membuka lagi—tetap tidak ada kata yang keluar.

Ia menatap gadis mungil itu.

Ia menatap Baal yang panik.

Ia menatap Naga Air yang pura-pura tidak melihat.

Ia menatap Pohon Nirvana yang tiba-tiba tampak seperti sedang menahan tawa.

Li Yun akhirnya berbisik pada dirinya sendiri:

“…apa yang sebenarnya terjadi di sini…?”

1
umar aryo
huahahahaha..... lanjut Thor.....
umar aryo
hahahaa.... baru kali ini baca novel kaya gini... semangat Thor....
RDXA: siap laksanakan💪🔥
total 1 replies
Kirana
true 😂
Davide David
lanjut thor💪💪💪💪
RDXA: siap laksanakan 🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!