One Night Stand With Mafia

Setelah kondisi Roy membaik, Roy dan Louisa berencana untuk menemui keluarga Louisa di London. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju London, dimana terdengar suara merdu bersatu peluh yang keluar dari mulut keduanya.

Untungnya pesawat jet yang mereka tumpangi tidak oleng seperti mereka yang saat ini sedang di mabuk asmara. Tidak ada kata cinta yang keluar dari bibir mereka, namun sikap dan kasih sayang mereka terlihat jelas kalau mereka saling mencintai.

Louisa pun merasa ia kini telah melupakan Morgan mantan kekasihnya sejak ia terjerat oleh cinta pria dingin bernama Roy Walker.

Roy memompa tubuh sang istri dari belakang, Louisa terus mengeluarkan suara indah yang membuat Roy semakin bersemangat. Meski melakukannya dengan perlahan mereka tetap saja menikmati percintaan mereka di dalam pesawat.

Setelah lama saling memadu kasih, akhirnya Louisa dan Roy keluar dari dalam kamar mandi mengenakan bathrobe menutupi tubuh mereka.

"Aku ingin wine," pinta Louisa manja ketika melihat suaminya meminum segelas wine yang baru ia tuangkan.

"No, babe! Ada bayi kita di dalam perutmu saat ini. Wine tidak baik untuknya," tolak Roy. Ia lalu mengambil jus yang sudah tersedia di sana.

"Baiklah, setelah melahirkan nanti aku akan melakukan pembalasan. Aku akan memakan dan meminum apapun yang ku mau," cerocos Louisa kesal seperti anak kecil yang tidak mendapatkan permen.

"Bahkan apabila kau ingin membeli pabriknya nanti akan kubelikan!" kata Roy seraya kembali menuang wine membuat Louisa menelan salivanya.

Louisa membalas dengan senyum kecut, pria itu dengan mudahnya berniat membeli pabrik makanan yang ia inginkan. Louisa membantu Roy memilih pakaian yang mereka bawa.

"Entah mengapa ini pertama kali bagiku, aku merasa gugup bertemu kedua orang tuamu," ucap Roy dan Louisa terkekeh mendengarnya.

Seorang mafia kejam seperti dirinya gugup untuk menghadapi kedua orangtuanya. Louisa pun memakai pakaiannya sambil meyakinkan suaminya apabila kedua orangtuanya tidak seperti apa yang ia bayangkan.

"Aku takut mereka marah karena menggagalkan rencana pernikahanmu dengan Morgan," jawab Roy dengan jujur.

"Semoga mereka bisa mengerti dengan situasi yang kita alami saat itu," ucap Louisa sedikit ragu.

Ayahnya mungkin tidak masalah ia akan menikah dengan siapapun asalkan pria itu pria baik. Namun, ibunya pasti tidak akan setuju. Apalagi ia begitu dekat dengan keluarga Morgan, ia pasti sangat kecewa karena gagal berbesan dengan sahabatnya.

Setelah lama dalam perjalanan Louisa dan Roy kini telah sampai di kediaman keluarga Louisa. Roy dan Louisa pun keluar dari mobil, tidak ada satupun yang mengawal mereka karena Roy melarangnya. Ia tidak ingin kedua mertuanya merasa tidak nyaman karena kehadirannya dan juga Louisa.

"Wow! lihatlah siapa yang datang ke gubuk kecil kita? Putri kita bersama dengan suaminya," pekik Ibu Louisa dengan nada menyindir.

"Bu, mengapa kau berkata seperti itu?" tanya Louisa merasa kesal dengan sikap ibunya.

"Kau bertanya mengapa? Kau pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun kepada kami. Membuat kami harus menanggung malu karena pesta yang dibatalkan. Dan kini kau membawa pria ini kemari!" cerocos ibu Louisa dengan sangat marah.

Ia masih mengingat hari di mana Louisa meninggalkan pernikahannya yang tinggal menghitung hari. Bahkan karena hal itu pertemanannya dengan ibu Morgan menjadi renggang.

"Lalu, aku harus bersikap seperti apa Louisa? Haruskah aku menyambut suamimu yang kaya ini?" imbuhnya lagi dengan senyum menyeringai.

Louisa hanya dapat menangis terisak mendengarkan ucapan yang keluar dari mulut Ibunya.

"Maafkan Nyonya, ini semua salahku!" ucap Roy. Ia tidak tega melihat istrinya terus disudutkan oleh ibunya sendiri.

"Tentu! Ini salahmu, mengapa kau hadir diantara sepasang calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Kau menggagalkan semuanya Tuan Walker!" emosi Ibu Louisa semakin meluap.

"Louisa hamil anakku, dan aku harus bertanggung jawab Nyonya," kata Roy dengan tegas. Ia lalu menceritakan semuanya kepada kedua orang tua Louisa. Di mulai dari malam kejadian hingga ia dan Louisa akhirnya bertemu.

"Sudahlah Bu! Ini semua memang sudah takdir, sepertinya Louisa dan Morgan memang tidak berjodoh," pungkas Ayah Louisa bijak.

Ibu Louisa hanya diam tak bergeming, ia lalu pergi menaiki undakan tangga menuju kamarnya. Jujur ia merasa senang melihat Louisa kembali dalam keadaan baik-baik saja. Namun, menerima Roy sebagai menantunya sangatlah sulit.

"Biarkan Ibu memang seperti itu, kau tidak perlu dipikirkan tapi kenyataannya ia sangat merindukanmu. Setiap hari ia menangis menunggu kamu pulang kembali ke rumah" Ayah berujar sambil memeluk putrinya.

Ayah Louisa sebenarnya merasa khawatir apabila Louisa bersama dengan Roy hidup Louisa akan tidak aman. Namun, melihat kasih sayang dan ketulusan pria itu ia yakin Roy dapat melindungi Louisa dari segala bahaya.

"Kau pasti lelah, kau dapat istirahat di kamar Louisa. Atau kalian akan ikut bergabung denganku makan siang?" tawar Ayah Louisa sangat ramah.

Roy dan Louisa saling memandang satu sama lain, beristirahat sudah lebih cukup bagi mereka. Bahkan mereka menggunakan waktu istirahat mereka dengan bercinta di dalam pesawat tadi.

Mereka pun akhirnya ikut bergabung menikmati makan siang yang sudah di siapkan oleh Ibu Louisa. Louisa melihat begitu banyak makanan yang di masak oleh Ibunya. Meskipun ia menyambut dengan kata-kata pedas namun sebenarnya wanita itu sangat menantikan kedatangan putrinya. Terlihat jelas begitu banyak makanan favorit Louisa tersaji di atas meja makan.

"Terimakasih banyak Tuan," ucap Roy ketika Ayah mertuanya menyiapkan alat makan untuk mereka.

"Panggil aku Ayah, sama seperti Louisa. Kau sekarang juga putra kami,bagian dari kami," tutur pria paruh baya itu sambil mengambil makanan di atas meja makan.

"Baiklah A_yah," jawab Roy terbata.

"Bisa-bisanya seorang mafia kejam sepertimu gugup bertemu denganku," ejek Ayah Louisa memecahkan kecanggungan.

"Aku juga hanya manusia biasa Yah," balas Roy.

Mereka akhirnya berbincang tanpa merasa canggung, karena ayah Louisa dapat mencairkan suasana tegang saat itu.

Louisa dan Roy kini sedang berada di dalam kamar, Roy memeluk istrinya dari belakang. Ia menciumi tengkuk Louisa membuat Louisa meremang.

"Menaklukkan Ibumu sepertinya akan lebih sulit dari menaklukkan putrinya," bisik Roy sambil meremas dua bongkahan kenyal Louisa.

Oh astaga Roy benar-benar sudah ketagihan dengan tubuh istrinya. Seolah pisang tanduknya akan on setiap bersentuhan dengan Louisa. Louisa mencium Roy dengan sangat liar membuat semakin bersemangat membalasnya.

Ia bahkan sudah melepaskan pakaian atas yang ia kenakan, namun tiba-tiba saja Louisa masuk kedalam kamar mandi dan mengunci pintu.

"Kau mengerjaiku? Lihat saja pembalasanku istriku sayang," gumam Roy menggeram sambil melihat senjata kebanggaannya yang sudah bangkit karena kenakalan Louisa.

......

Jangan lupa like komen dan vote bestie 💕 Calangheyo