I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.
Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?
Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha
Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.
Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24.
Ada sesuatu yang masih belum ia ketahui tentang ayah dan ibunya yang berpisah. Sanis yakin bukan karena ayahnya berselingkuh dengan ibunya Dinda melainkan ada hal lain.
"Ayolah Tu, semuanya akan terungkap. Tenang saja."
"Tapi Pa, aku ingin tau sebenarnya ..."
"Tu, dengarkan Papamu ini ya. Karena ini adalah janjiku terhadap bundamu, maka nanti bunda yang akan mengatakannya pada kalian, beliau ingin hanya dia yang harus menyampaikan kebenaran itu." Sanis merasa senang dengan papanya ini, ia sangat percaya bahwa nanti akan terungkap semuanya.
.
.
.
.
.
.
Maka Sanis akan tau siapa yang sebenarnya menghancurkan keluarganya dan merebut ayahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Makhluk hitam besar itu ada di belakang ayahnya.
...****************...
🕉️🕉️
Juna POV
Aku menatap gadis cantik ini, yang sedang menikmati es krimnya sambil mengoceh tentang dirinya dan teman-temannya.
Aku tidak yakin dengan hatiku ini dan juga sesuatu yang kami rahasiakan selama ini, membuat banyak masalah datang di hubunganku.
Ia tidak meminta lebih dariku, tapi aku yang memintanya untuk membangun hubungan ini. Tahun keduaku masuk SMA ini, dan sekarang kami mungkin pisah kelas.
"Kamu kelas apa?" tanyaku padanya yang menghentikan kegiatan suapan terakhirnya itu.
"Aku kelas 11 2 kayak dulu." jawabnya, aku hanya menganggukkan kepala. Ternyata kami pisah kelas. Aku merasa gadis itu menekuk wajahnya sedih.
"Kita pisah kelas Din, gak apa-apa kan?" tanyaku ia meletakkan sendok es krimnya.
Aku terkekeh kecil, melihat perubahan dari raut wajahnya itu dan menariknya dalam pelukanku ini. Aku tak ingin jauh dengannya, aku merasa hubungan yang kita jalin ini akan membuatku dan dia semakin jauh.
"Aku gak akan kemana-mana kok." bisikku, gadis itu tertawa kecil dan membalas pelukanku. Dia adalah cinta pertamaku dan membuatku percaya dengan adanya cinta.

Aku Arjuna yang menarik semua gadis di sekolah dengan ketampanan dan juga bakatku. Jiwa seni yang ada dalam diriku ini diturunkan dari kakakku. Tapi aku sebenarnya kurang nyaman dengan itu, membuatku sedikit risih yang menindas temanku juga banyak, hanya untuk popularitas bersamaku saja.
"Jun, besok kita jalan yuk." ajak Dinda padaku yang melihat rona bahagia.
"Besok ya?" tanyaku dan membuka kalender di handphoneku ternyata hari jadi kita. Aku tersenyum pada gadisku yang selama ini sudah menemaniku.
"Aku jamin deh, kita pasti jalan bareng." jawabku dan gadis itu menganggukkan kepalanya setuju.
"Kalau enggak kita undur ajah ya, jangan maksain juga." Aku sengaja mengatakan itu, karena pasti ada yang melarangnya untuk pergi denganku.
Aku tidak tega, jika tidak mengikuti kemauan darinya namun ini keputusanku. Untuk menjaga hubunganku dengannya.
"Udahlah Dinda, nanti aku pikirin lagi ya." jelasku padanya yang setuju, kami berpisah di tangga karena beda kelas.
Di kelasku gadis cantik namun sayang hatinya berlumut itu, selalu mendekatiku dan aku sangat risih dengannya. Aku mengenal salah satu gadis lainnya di kelas itu yang menolongku darinya, namun kenyataannya ia masuk dalam masalahku.
Aku tidak diam aku berusaha untuk membela gadis ini dan sepertinya gadis hati lumut itu tak peduli. Tapi ia tak mengganggu temanku lagi, syukurlah.
Dia pandai sekali melukis seperti kakakku yang aku lihat di taman belakang sekolah ini yang lumayan luas sebenarnya.
Sebelum hubunganku kandas dengan Dinda aku akan menceritakan sedikit tentangnya, dia adalah anak dari orang berkasta dan keturunan orang suci tinggi. Nama panggilannya adalah Dayunda atau Dayu Dinda, aku memanggilnya dengan namanya karena ia yang memintanya dan biasa saja.
Bukannya tak ingin mengakui keturunannya, melainkan adalah dia ingin menjadi orang biasa saja. Aku mengenal Dinda sejak SMP ia adalah sahabatku di ekstrakurikuler Tari. Yah, menari adalah hal yang tak pernah jauh dariku.
Kami sudah lama menjalin hubungan persahabatan, maka felling anak remaja tidak bisa di tolak bukan, kami menjalin hubungan lebih sebuah ikatan sahabat yaitu kekasih. Walaupun banyak masalah antara kami sejak SMP, ayah dari Dinda tidak mengijinkannya untuk pergi jauh denganku dan selalu bertanya padaku. Masih dengan ketidakpercayaannya terhadapku.
Dinda merasa sedih dengan keterbatasannya bergaul, aku berusaha menarik kepercayaan dari Dinda, kita pasti akan baik-baik saja.
Aku menghabiskan waktu dengan Dinda hari itu, bagaimana pasangan kekasih bersenang-senang. Karena Dinda tak ingin ijin dengan ayahnya aku merasa bersalah dengan apa yang aku lakukan ini, mengikuti kehendak darinya.
Sejak itulah ibu dan ayahnya mengetahui hubungan kami. Menuntutku untuk menjauhi Dinda dan tak memiliki hubungan lagi dengannya. Aku melihat Dinda dengan orang lain yang bisa di bilang sederajat dengannya. Hatiku sakit sekali mengetahui itu, kakakku sudah mengatakan itu akan terjadi. Jadi yasudah lupakan saja, aku sudah mengakhiri semuanya itu. Tapi mungkin baginya belum berakhir.
Aku membuka lokerku dan lagi-lagi ada yang meletakkan kertas dengan kalimat yang memotivasi diriku ini.
"Tersenyumlah, maka itu akan lebih baik." Sabtu
Aku tersenyum tipis membaca pesan itu, seperti seseorang yang dekat telah menjadi bagian dari keseharianku sekarang.
"Jun Lo kenapa?" tanya gadis yang berdiri di depan pintu kelas, dia temanku saat ini yang satu project dengannya.
"Ada deh." lagi-lagi wajah kesalnya itu sangat lucu bagiku, aku mengacak rambutnya itu.
Saniscara adalah gadis pertama yang aku kenal saat kami masuk sekolah ini, dia sangat manis walaupun dia sinis saat pertama kali mengenalnya. Entah apa yang ia pikirkan tentangku saat itu, karena aku adalah adik dari seniman terkenal alumni sekolah ini dan dia adalah fans kakakku.
Pertama kalinya aku perform dengannya bernyanyi diatas panggung dan dia suka bernyanyi aku juga bisa bermain musik.
Dan dia juga ikut sebagai jegeg di SMA Garuda Kencana ini, tapi ia gagal entah apa penyebabnya aku bingung juga padahal ia lebih bagus dari Dinda.
Ada masalah mungkin antara mereka , tapi aku tak tau mereka bermasalah atau bagaimana? Berusaha aku mencari tau tapi Sanis bahkan tak ingin memberi tahuku.
Tapi sudahlah itu sudah lewat impiannya sudah ku ambil, dan Dinda ? Masih menginginkan diriku ternyata padahal aku melepaskannya.
Sekali lagi aku mencoba untuk mengantarkannya ke impiannya itu, dengan mengajaknya untuk mengikuti lomba dan memajang karyanya di museum seni rupa di Ubud Bali yang terkenal itu berdampingan dengan pelukis terkenal juga.
Lagi lagi aku gagal untuk membuatnya mewujudkan impiannya itu, ah sudahlah.
Aku menatap kotak ada banyak kertas kecil yang di tulis oleh seseorang yang bernama Sabtu.
Siapa Sabtu itu? Bli Yan bilang mungkin dia adalah pemuja rahasianya.
Lupakan itu dan aku masih penasaran dengan Sabtu, setiap hari Sabtu selalu ada di lokerku ini.
Aku berusaha untuk mencari tau siapa dia? Yang aku tau dia adalah seorang gadis aku harap dia cantik. Cuih ... Semuanya cantik :) ya sudahlah lupakan.
Ah nanti juga akan tau akibatnya jika meneror seorang cowok tampan ini. Ouh ya aku punya janji dengan seseorang. Bukan dengan Sanis tapi dengan Pancali.