NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Lagi

*****

Sepulang dari kantor, Aris menemani Kanaya ke Mall. Mereka memasuki beberapa toko Muslim untuk Kanaya bisa mencari hijab yang cocok untuk Fatma.

" Tumben kamu belanja hijab?" Tanya Aris.

" Mau cari hijab instan, Mas. Biar gampang pakai nya kalau di rumah." Jawab Aris.

Dddrrrrtttt dddrrtttt dddrrtttt

Aris merogoh kantong nya saat dia merasa ponsel nya bergetar.

" Saya angkat telpon sebentar ya, Nay." Pamit Aris.

" Iya, Mas." Jawab Kanaya.

Aris pergi keluar dari toko. Dan Kanaya kembali memilih hijab yang lain. Kanaya tak sengaja menjatuhkan satu gantungan hijab ke lantai.

Dia terpeleset, kaki kanannya tergelincir di atas gantungan tersebut. Refleks, tangannya mencoba mencari sesuatu untuk berpegangan namun hanya menangkap udara.

Dalam sekejap, tubuhnya seakan melayang, siap untuk terjatuh ke lantai yang keras. Namun, sebelum bahunya sempat menyentuh lantai, sebuah tangan kuat meraih lengan Kanaya.

Dalam pelukan yang mendadak itu, Kanaya hanya bisa merasakan detak jantungnya yang memburu dan hangatnya tubuh Zeyden yang memeluknya erat.

Hijab itu, yang kini menutupi pandangannya, membuat situasi menjadi semakin intens. Zeyden, dengan lembut namun pasti, mulai mengangkat hijab tersebut untuk membuka wajah Kanaya.

Mata mereka bertemu, dan dalam detik itu. Kanaya, yang sempat terkejut dan bingung dengan kejadian yang berlangsung cepat itu, kini menatap Zeyden dengan mata melotot, tidak percaya bahwa orang yang telah menolongnya adalah Zeyden.

" Ih... Apa an sih mas, pegang - pegang. Nggak boleh. Bukan muhrim mas." Protes Kanaya yang dengan cepat bangkit dan menjauh dari Zeyden.

" Siapa yang pegang - pegang kamu?"

" Itu barusan. Nyarik kesempatan ya mas?" Tuduh Kanaya.

" Heh... Kamu itu ya sudah di tolongin, bukan nya bilang terima kasih malah marah - marah sama aku? Kalau tadi nggak ada aku, mungkin kamu udah jatuh tuh ke lantai. Mau jatuh?" Bantah Zeyden.

" Ya... Mending aku jatuh aja dari pada di peluk - peluk sama kamu." Jawab Kanaya.

" Nih perempuan ya. Nggak tahu terima kasih banget sih."

" Udah lah mas. Bilang aja mas itu memang modus kan biar bisa pegang - pegang saya? Dasar ya... Semua laki - laki itu memang sama. Suka nyari kesempatan."

" Sembarang kamu ya. Siapa yang nyari kesempatan?"

" Tuh... Barusan. Apa nama nya kalau bukan cari kesempatan?" Tuduh Kanaya lagi.

" Kan tadi aku..."

Zeyden berusaha ingin menjelaskan pada Kanaya, tapi Kanaya buru - buru memotong nya.

" Udah udah mas. Saya nggak mau dengar pembelaan dari mas nya lagi."

Kanaya berniat pergi dari Zeyden. Dia mau melangkah tapi Kanaya kembali menginjak gantungan baju yang di lantai tadi. Tapi kali ini Zeyden membiarkan nya jatuh ke lantai.

" Awww..." Ringis Kanaya kesakitan.

" Aduh..." Ringis Kanaya memegangi kaki nya.

" Sakit?" Sindir Zeyden.

" Gimana sih mas? Malah di lihatin aja. Bukan nya di tolongin juga." Protes Kanaya kesal.

" Tadi waktu aku tolongin kamu, kamu bilang aku modus. Ya sudah... Sekarang aku biarkan kamu jatuh. Biar nggak di bilang modus mau pegang - pegang kamu." Sindir Zeyden tersenyum.

Kanaya menatap Zeyden dengan kesal. Dia berusaha bangkit tapi kesusahan karena memegangi kaki nya yang sakit.

" Aduh..." Ringis nya lagi saat dia tidak bisa berdiri.

" Mau saya tolongin nggak?" Tawar Zeyden.

" Nggak perlu. Saya bisa sendiri." Tolak Kanaya mencoba berdiri lagi tapi gagal.

Zeyden membuang nafas nya panjang. Dia menggelengkan kepalanya memandangi Kanaya yang gengsi meminta bantuan nya.

" Ayo." Zeyden mengulurkan tangan nya pada Kanaya.

" Mau ngapain nih?" Tanya Kanaya.

" Ya mau nolongin kamu berdiri lah. Memang nya kamu mau di lantai terus?" Jawab Zeyden.

Kanaya menggigit bibir bawah nya. Seperti nya dia tidak punya pilihan lain selain berpegangan Zayden agar bisa bangkit. Walau pun dia masih kesal pada pria yang berbaik hati ingin menolong nya itu.

" Tapi jangan..."

" Iya saya tahu. Jangan modus kan?" Potong Zeyden sebelum Kanaya sempat melanjutkan ucapan nya.

" Ayo, buruan. Pegel nih."

Kanaya merasakan aliran kehangatan yang berpindah dari tangan Zeyden ke dalam tubuhnya, melalui setiap ruas jari yang saling terjalin.

Dengan satu tarikan , Zeyden membawa Kanaya berdiri, hatinya berdegup tidak karuan. Semakin erat dia menggenggam, semakin tak terkendali jantungnya berdetak.

Setelah berdiri, Kanaya langsung menarik tangan nya dan merapikan pakaian nya.

" Udah? Gitu aja nih?" Tanya Zeyden.

Kanaya menautkan kedua alis nya menatap Zeyden.

" Nggak da niat mau bilang terima kasih gitu? Naya..." Goda Zeyden memainkan sebelah mata nya.

Kanaya memejamkan mata nya seraya menghembuskan nafas dan menarik nya lagi dalam - dalam.

" Iya. Terima kasih ya mas, sudah membantu saya berdiri." Ucap Kanaya tanpa senyum.

" Gitu dong. Kan manis. Apa lagi kalau kamu senyum." Goda Zeyden lagi.

Mata Kanaya membulat menatap Zeyden dengan tajam.

Dia lalu merapikan hijab yang dia pegang lalu melangkah meninggalkan Zeyden.

" Naya." Panggil Zeyden sebelum Kanaya sempat menjauh.

Kanaya berbalik melihat Zeyden.

" Nggak mau tanya namaku nih?" Tawar Zeyden.

Kanaya menyipitkan mata. Merasa kesal dengan ucapan Zeyden barusan.

" Nggak." Jawab Kanaya singkat lalu berbalik dan meninggalkan Zeyden.

Zeyden tersenyum puas bisa menjahili Kanaya. Dia bahkan bisa tersenyum lebar memperhatikan kelakuan Kanaya yang berjalan cepat menjauh dari nya.

*

*

*

" Sudah dapat hijab nya?" Tanya Aris saat dia kembali menghampiri Kanaya.

" Sudah, mas." Jawab Kanaya.

Wanita yang berdiri di depan meja kasir membungkus hijab Kanaya dan menghitung pembayaran nya.

" Ini, Mbak. 375.000." Kata pelayan kasir.

" Pakai ini saja." Aris menyerahkan sebuah kartu kecil pada kasir.

" Jangan, mas. Biar saya saja yang bayar." Cegah Kanaya merasa tidak enak.

" Untuk sekali ini, biar saya saja." Desak Aris.

Kanaya pun mengangguk sambil tersenyum pada Aris.

*

*

*

Setelah berbelanja hijab. Kanaya dan Aris pergi pergi ke food court di dalam Mall untuk makan.

Setelah Aris bertukar cerita dengan Bella tempo hari, dia memutuskan untuk mengutarakan langsung isi hati nya pada Kanaya hari ini. Meskipun nanti Kanaya tidak menerima nya. Setidak nya dia sudah mencoba mengambil hati Kanaya.

" Mas Aris mau bilang apa? Sudah mau Maghrib soal nya." Tanya Kanaya.

" Iya, Naya."

" Hari ini saya cuma mau kamu tahu tentang perasaan saya, Naya. Selama ini mungkin saya pernah mengatakan nya sedikit pada kamu. Dan entah bagaimana kamu menanggapi nya saya juga tidak tahu. Tapi sejak saya bertemu dengan kamu, saya mulai merasakan ada hal yang berbeda dengan hati saya. Rasa nya, saya ingin selalu dekat dengan kamu, Naya." Ungkap Aris.

Dia mengumpulkan seluruh keberanian yang ada, menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya kembali bersuara.

"Kanaya, saya... Saya memiliki perasaan untukmu. Saya menyukai kamu, Naya. Saya tahu mungkin ini mengejutkan, tapi saya harus jujur dengan perasaan saya bukan? Selama ini saya terlalu takut untuk mengatakan nya. Kamu adalah orang yang spesial bagi saya, Naya." Ucap Aris.

Kanaya menatap kembali Aris, matanya berkaca-kaca. Ada kelegaan yang terasa, tapi juga ketakutan akan kemungkinan perubahan dalam hubungan mereka.

" Saya sudah tahu sejak dulu, mas. Saya bisa merasakan nya. Merasakan apa yang kamu rasakan pada saya."

" Lalu... Bagaimana menurut kamu? Apa kamu menerima perasaan saya ini?" Tanya Aris.

" Maaf, mas. Tapi saya belum bisa memberi jawaban nya sekarang. Tolong beri saya waktu untuk memikirkan nya dengan baik. Saya tidak mau mengecewakan mas Aris nanti nya. Karena saya... Tidak sesempurna wanita lain mas." Jawab Kanaya.

Aris menatap ke dalam mata Kanaya. Memberi keyakinan pada Kanaya agar Kanaya tak ragu untuk menerimanya nya.

" Saya tidak peduli, Naya. Saya tidak mengharapkan kata sempurna dari kamu. Justru kebersamaan kita nanti nya yang akan membuat kita menjadi sempurna. Saya menerima kamu dengan segala kelebihan dan kekurangan kamu, Naya." Kata Aris meyakinkan.

Kanaya menyentuh kejujuran yang muncul dari kedalaman mata Aris. Namun, hatinya terasa seperti diremas ketika dia membayangkan ledakan emosi yang akan datang dari Aris saat mengetahui kondisi kesehatannya yang tidak baik.

Bagaimana Aris akan menghadapi kenyataan pahit ini? Bagaimana jika cinta yang telah mereka bangun berubah menjadi kepedihan yang tak terperi?

1
partini
jadian ma aris tah
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!