Di usia mudanya, Falya terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Padahal sebelumnya kehidupannya sangat sempurna. Tapi karena kesalahan fatal ayahnya, akhirnya ia dan keluarganya menanggung beban yang sangat berat.
Dan suatu hari,ia tak sengaja bertemu dengan sosok arwah penasaran yang justru mengikutinya ke mana pun dia pergi.
Siapakah sosok itu sebenarnya? Dan seberapa kuatnya seorang Falya menjalani kehidupannya???/
########
Untuk pembaca setia tulisan receh mak othor, mangga....di nikmati. Mohon jangan di bully. Mak othor masih banyak belajar soalnya. Kalo ngga ska, skip aja ya! Jangan di ksaih bintang satu hehehehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.23
"Kenapa liatin aku begitu? Ada yang salah sama ucapan ku?'' tanya Rayan.
"Temenin aku tidur! Itu kalimat yang aneh!'' sahut Falya ketus. ya, itu yang biasa ia tunjukkan pada Zidan. Dan sekarang Zidannya sudah kembali kan?
"Kok aneh? Ya ngga dong! Kamu selesai makan, terus temenin aku tidur di sini! Kamu juga butuh istirahat kan?'' ujar Rayan. Falya memilih mengangguk. Pikirannya yang terlalu melanglang buana.
'"Hey...aku tahu pikiran mu Falya! Kamu pikir aku mengajakmu.....''
"Stop! Aku mau makan, oke!'' kata Falya yang mencegah Rayan mengucapkan kalimat yang tak ingin ia dengar.
Rayan tetawa kecil melihat ekspresi wajah Falya. Gadis itu tak lagi mengenakan masker di depan Rayan meski sudah selesai makan.
"Nanti jam tiga aku pulang! Ada suster Rita yang jagain!'' kata Falya.
"Ngga, aku mau nya kamu yang di sini!'' tolak Rayan. Falya mencuci tangan dan mulutnya lalu mengelapnya dengan tisu. Setelah itu, ia mendekati brankar Rayan.
"Jam kerja ku sudah habis bang. Orang rumah juga butuh aku, apalagi Gio...besok dia mau nikah! Banyak yang mau aku urus'' kata Falya lirih. Rayan ingat saat Falya terpuruk pasca mengetahui Gio menghamili Celin. Dan saat itu lah ia berjanji untuk menjadi tempat yang paling nyaman untuk Falya.
"Sini!'' Rayan meminta Falya untuk mendekat tapi gadis itu menolak.
"Ke sini Falya!'' pinta Rayan.
"Ngga mau!'' tolak Falya. Entah kenapa mendadak ia ingat saat Jes mencium Rayan.
"Hey...kenapa sih?'' tanya Rayan yang memaksa Falya mendekat dengan menarik tangannya. Mau tak mau Falya mendekat lagi.
"Kamu gampang banget berubah sih, tadi imut, manis sekarang mendadak galak. Ada apa?'' tanya Rayan. Hidung Falya kembang kempis tanpa menoleh pada Rayan.
"Oke, aku ijinin kamu pulang buat ngurus Gio. Tapi habis acara, kamu balik ke sini!'' pinta Rayan.
"Ngga janji! Aku belum ambil cuti juga kok. Kamu minta temenin tunangan kamu aja sana!'' kata Falya dengan nada cemburu. Rayan menaikkan salah satu alisnya. Setelah itu ia menyadari jika Falya sedang cemburu pada Jes karena kejadian tempo hari. Memangnya Falya lupa kalau Jes akan menikah dengan kembarannya??
''Lucu banget sih kamu kalo cemburu gini!'' Rayan mencubit lengan Falya.
"Awsshh...sakit ih!'' Falya membalas memukul lengan Rayan.
"Aduh!'' pekik Rayan.
"Rasain! Dah lah aku mau pulang!'' kata Falya kesal. Tapi Rayan menahan pinggang Falya hingga terbentur sisi brankar.
"Ngga usah cemburu!'' kata Rayan pelan.
"Siapa yang....???'' pertanyaan Falya terhenti ketika sebuah kecupan lembut Falya rasakan di bahunya,
"Tenang Falya! Aku bukan mahram kamu! Aku ingat!'' katanya pelan. Perlahan Falya memutar badannya menghadap Rayan yang menatapnya penuh kelembutan.
Obrolan terakhirnya dengan Zayan saat itu memang membahas tentang 'mahram'. Tapi....
Rayan menyelipkan beberapa helai rambut ke telinga Falya. Gadis itu seperti terhipnotis dengan sosok tampan di hadapannya tapi itu hanya beberapa saat. Falya memundurkan badannya sedikit menjauh dari Rayan.
"Sudah waktunya minum obat, habis ini istirahat ya! Aku pulang!'' kata Falya beranjak ke nakas obat yang memang sudah tersedia disana. Rayan tak mengatakan apa pun lagi. Ia hanya menurut saat Falya memintanya untuk meminum obatnya.
"Boleh pergi kalau aku sudah tidur!'' kata Rayan. Falya pun mengangguk. Entah kenapa suasana semudah itu berubah. Rayan pun sama! Pemuda itu bisa merasakan perubahan yang begitu cepat hanya dalam hitungan menit.
Perlahan Rayan pun mulai mengantuk karena efek obat yang ia minum. Setelah Rayan benar-benar tidur, Falya keluar dari ruangan Rayan. Di saat yang sama suster Rita baru saja tiba.
"Suster Falya, sudah mau pulang ya?'' tanya suster Rita.
"Iya sus, pasien sudah minum obat juga sedang istirahat'' kata Falya sambil menyerahkan data terakhir pasiennya kepada suster Rita.
Falya pun bersiap untuk pulang. Seperti biasa, ia pasti ke gedung parkir lagi. Meski ia berjalan ke arah yang sama, nyatanya pikirannya ke mana-mana. Tentang dirinya yang tak berhak cemburu pada Rayan yang memiliki kedekatan dengan Jes atau gadis mana pun! Dia bukan siapa-siapanya Rayan.
Andai kata mereka punya hubungan pun, Falya tahu diri jika perbedaannya dengan Rayan seperti bumi dan langit!
.
.
.
Hanan akan masuk ke ruangan Boy, namun ia urungkan karena sepertinya Boy sedang menerima tamu. Hanya saja, pintu ruangan Boy tidak tertutup rapat hingga Hanan bisa mendengar obrolan Boy dengan orang itu.
"Sepertinya ini cukup mengejutkan untuk mu, Boy!'' ujar lelaki berjaz navy itu.
"Soal apa?'' tanya Boy dengan tangan terlipat di atas mejanya.
"Gadis itu, anaknya Hendra! Mahendra Kuswara yang sekarang mendekam di penjara!'' katanya. Boy menegakkan tubuhnya.
"Ya, gadis itu anak dari pria yang kamu jadikan tumbal malam itu Boy!'' lanjutnya. Hanan tak paham apa yang di bahas oleh mereka. Dia masih terus mencuri dengar obrolan Boy dengan tamunya itu.
"Dan sekarang justru gadis itu jadi perawat pribadi Arrayan! Dunia sempit sekali!'' kata Boy. Tamu Boy mengangguk pelan.
Hanan menebak jika gadis yang di maksud adalah Falya. Tapi...siapa Mahendra Kuswara itu? Dan tumbal apa yang di maksud tamu nya Boy??
*********
Terimakasih