NovelToon NovelToon
Dendam Arwah Istri Muda

Dendam Arwah Istri Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Eli Priwanti

Lasmini adalah seorang gadis desa yang polos dan lugu, Ketenangannya terusik oleh kedatangan Hartawan, seorang pria kota yang bekerja di proyek pertambangan. Dengan janji manis dan rayuan maut, Hartawan berhasil memikat hati Lasmini dan menikahinya. Kebahagiaan semu itu hancur saat Lasmini mengandung tiga bulan. Hartawan, yang sudah merasa bosan dan memiliki istri di kota, pergi meninggalkan Lasmini.
Bara, sahabat Hartawan yang diam-diam menginginkan Lasmini. Alih-alih melindungi, Hartawan malah dengan keji "menghadiahkan" Lasmini kepada Bara, pengkhianatan ini menjadi awal dari malapetaka yang jauh lebih kejam bagi Lasmini.
Bara dan kelima temannya menculik Lasmini dan membawanya ke perkebunan karet. Di sana, Lasmini diperkosa secara bergiliran oleh keenam pria itu hingga tak berdaya. Dalam upaya menghilangkan jejak, mereka mengubur Lasmini hidup-hidup di dalam tanah.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya terhadap Lasmini?
Mungkinkah Lasmini selamat dan bangkit dari kuburannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melumpuhkan Lasmini

Kembali ke gudang tua, Bara tidak bisa beristirahat. Dinginnya malam dan dinginnya pusaka yang kini berada di sakunya membuat pikirannya terus berputar. Dia duduk di meja kayu reyot, di bawah satu-satunya lampu pijar yang tergantung kusam, memegang erat bungkusan kain merah yang berisi Pusaka Taring Kuno.

Aroma dupa dan tanah dari padepokan Mbah Loreng masih melekat, bercampur dengan bau debu dan karat gudang. Bara menatap bungkusan itu, merasakan energi gelap dan purba yang memancar darinya. Ini bukan lagi soal penyamaran. ini adalah alat perang spiritual.

'Bubuk persembahan dari makam tua... melemahkan perlindungan Dewi,' pikirnya, mengulang perkataan Mbah Loreng. Wajah Suci Sancaka yang dingin dan penuh kuasa melintas di benaknya, membuat urat lehernya menegang.

"Lasmini yang malang itu telah berubah menjadi monster," gumamnya, suaranya pelan dan penuh kebencian.

Sebuah bayangan bergerak di sudut ruangan. Itu adalah Jaka anak buah kepercayaannya yang paling loyal, yang sejak tadi mengamati dari jauh. Jaka mendekat dengan langkah hati-hati.

"Juragan," panggil Jaka pelan. "Kami khawatir. Karman dan Bendot masih demam dan terus meracau. Mereka bicara tentang darah dan belatung."

Bara mendongak, matanya tajam dan tak sabar.

"Biarkan saja mereka. Otak mereka terlalu lemah untuk menghadapi apa yang mereka lihat," potong Bara dingin. "Kau, dengarkan baik-baik. Masalah ini sudah keluar dari kendali, dan kau akan membantuku."

Jaka menunduk, siap mendengarkan perintah. "Siap, Juragan. Apa yang harus saya lakukan?"

Bara menunjuk ke Pusaka Taring Kuno di tangannya.

"Wanita itu. Suci Sancaka, dia dilindungi oleh kekuatan kuno. Aku akan menjalankan rencana ini sendiri. Aku harus menemuinya. Tapi aku butuh kau membuat kekacauan kecil di sekitar rumahnya. Bukan serangan, tapi pengalihan perhatian."

Bara menjelaskan rencananya dengan suara berbisik, memaksakan setiap kata agar jelas.

"Kau dan dua orang lagi pilih yang paling tenang kalian harus menunggu aba-aba dariku. Aku akan masuk ke kediaman Sanjaya, berpura-pura menemui Pak Prabu. Begitu aku mengirim pesan, kau harus memicu alarm. Lemparkan batu besar ke jendela kamarnya, atau apapun yang bisa membuat keributan di sisi lain rumah."

Jaka mengerutkan dahi. "Hanya keributan, Juragan? Tidak menyerang?"

"Tentu saja tidak!" desis Bara, hampir membentak. "Mencoba menyerangnya tanpa persiapan hanya akan membuatmu bernasib sama seperti Bendot dan Karman. Tujuannya adalah membuat dia, dan siapa pun yang melindunginya, sesaat teralihkan. Dia pasti akan merespons keributan itu, dan saat itulah aku punya waktu untuk melancarkan ini."

Bara membuka sedikit bungkusan merah, memperlihatkan bubuk abu-abu yang tampak seperti debu makam.

"Bubuk ini harus mengenai dia. Bukan serangan fisik, tapi serangan spiritual. Begitu perlindungannya terbuka, aku akan tahu persis bagaimana menghadapinya selanjutnya. Jika rencanaku berhasil, kita bisa mengakhiri masalah ini tanpa kehilangan nyawa lagi. Jika gagal..." Bara terdiam, tatapannya menyiratkan janji kematian.

"Kau harus bersiap untuk melarikan diri jika aku tidak memberi sinyal aman. Paham?"

"Paham, Juragan," jawab Jaka mantap, meskipun ada ketakutan yang tersirat di matanya. "Hanya keributan, lalu lari. Saya akan memastikan keributan itu cukup keras."

.

.

Pukul 02.00 dini hari. Udara dingin memeluk kota. Bara memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, meninggalkan gudang dan anak buahnya yang ketakutan. Dia tidak menuju ke rumah Sanjaya secara langsung, melainkan ke sebuah kafe 24 jam yang sepi untuk mengatur waktu.

Dia mengirim pesan singkat ke Jaka.

 "Siap. Tunggu 15 menit setelah aku tiba. Jangan gagal."

Bara mengambil napas dalam-dalam. Tangannya meraba Pusaka Taring Kuno di saku jaketnya. Dia merasa gugup, tetapi juga terdorong oleh ambisi dan naluri bertahan hidup. Dia tidak akan membiarkan Lasmini, yang kini menjadi Suci Sancaka, menghancurkan kerajaan gelap yang telah ia bangun bersama dengan Prabu Sanjaya, pikirnya.

Ketika Bara tiba di rumah mewah kediaman Sanjaya, semua tampak tenang dan gelap. Hanya beberapa lampu sorot di taman yang menyala. Penjaga gerbang yang mengantuk, yang mengenali mobilnya, segera membukakan jalan.

Bara melangkah ke dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya. Dia harus berperan sebagai rekan bisnis yang khawatir, mencari perlindungan pada Prabu Sanjaya setelah insiden yang menimpa anak buahnya.

Dia mengetuk pintu rumah kediaman Sajaya yang luas.

Dari balik pintu, rupanya Prabu bergegas membuka nya dari dalam.

Bara berdiri di depan pintu, dan Prabu menanyakan ada keperluan apa sehingga membawanya datang ke kediaman Sanjaya. Namun, yang menarik perhatian Bara adalah sosok yang duduk di kursi ruang tamu dan menghadap ke arahnya,

Suci Sancaka.

Dia mengenakan gaun tidur sutra putih, rambut hitamnya tergerai indah. Dia tidak menatap Bara secara langsung, tetapi matanya yang dingin dan tajam menatap refleksi Bara. Itu adalah tatapan yang tidak dimiliki manusia biasa, tatapan yang melihat hingga ke tulang sumsum dan dosa yang tersembunyi.

"Tuan Prabu," sapa Bara, berusaha terdengar alami. "Maafkan saya mengganggu. Ada masalah serius dengan hotel milik Nyonya Kinanti. Tuan Hartawan..."

Suci Sancaka berbalik, menginterupsi Bara tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya tersenyum tipis, senyum yang sama sekali tidak ramah, lebih mirip seringai dingin.

"Kenapa dengan majikanmu, ops... maksudku bagaimana kabar kedua anak buahmu?" Suara Suci tenang, tetapi memiliki resonansi yang membuat bulu kuduk Bara berdiri.

"Mereka melihat apa yang seharusnya mereka lihat. Apa yang pantas untuk dilihat oleh seorang pengintai yang datang membawa sihir rendahan."

Prabu terkejut. "Tuan Bara, ada apa ini? Pengintaian? Sihir?"

Bara mengabaikan Prabu, seluruh pandangannya fokus tertuju pada Suci.

"Kau tahu segalanya," desis Bara, mulai berjalan perlahan ke arahnya, tangannya menyentuh Pusaka Taring Kuno di saku.

"Aku tahu segalanya," ulang Suci Sancaka, nada suaranya berubah menjadi lebih gelap dan menusuk. "Aku tahu kau datang membawa bungkusan kain merah dari tukang sihir busuk. Aku mencium bau tanah kuburan dan kesombongan yang sama yang dulu kau tunjukkan padaku di kebun itu."

Suasana ruangan tamu menjadi dingin. Tiba-tiba, mata Suci memancarkan kilatan kuning pucat, dan di belakangnya, refleksi di cermin beriak, seolah-olah air.

"Kau tidak akan mendapat kesempatan, Bara," katanya, suaranya kini terdengar seperti gabungan bisikan banyak arwah. "Nyai Kencana Dewi sudah menunggumu."

Bara panik. Dia telah tertangkap basah bahkan sebelum ia sempat menyentuh bubuknya. Dia harus bertindak sekarang.

Dalam gerakan cepat, Bara menarik bungkusan itu dari sakunya, merobek kain merahnya, dan melemparkan bubuknya ke udara, tepat di antara mereka.

"Rasakan ini!" teriak Bara.

Bubuk abu-abu itu menyebar seperti kabut, dan ruangan tamu itu segera dipenuhi aroma dupa yang menyengat, bersaing dengan aura dingin.

Suci Sancaka tersentak. Untuk sepersekian detik, Bara melihat ekspresi kesakitan di wajahnya. Tubuhnya bergetar, dan kilatan kuning di matanya meredup.

Pagar gaibnya telah retak!

Saat itulah, telepon Bara di saku bergetar kencang, menandakan pesan masuk dari Jaka

**DRRRRTTTT!!! PENGALIHAN DIMULAI! **

Bersamaan dengan itu, terdengar suara kaca pecah yang sangat keras dari sisi lain rumah, diikuti oleh alarm yang meraung-raung memecah keheningan malam. Prabu melompat dari posisinya yang masih berdiri di ambang pintu, ia bingung dan sedikit ketakutan.

"Ada apa itu?! Perampok?!" teriak Prabu.

Suci Sancaka, meski terhuyung, kini mengalihkan pandangannya ke sumber keributan. Kelemahan akibat bubuk itu, ditambah pengalihan perhatian, memberinya celah.

Bara melihat celah itu. Sebuah kesempatan emas!

"Ini akhirmu, Lasmini!" desis Bara, tangannya meraih pisau lipat yang ia sembunyikan di pinggangnya, dan ia melompat maju, mengincar tubuh Suci yang kini rapuh.

Bersambung...

1
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
mantap thor... kekasih nyai kencana dewi yg muncul. loh hartawan kabur lagi ya..
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: betul kak 🤭
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
serem bgt thor
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
bener2 pertempuran sengit
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
senoga Lasmini dpt melawan kekuatan yg ada pd Bara ketika ini.
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Bara harus melawan suci secara bersendirian, rasanya ga mampu utk menumpaskan suci
Nar Sih
lanjutt kak ,kadang aku bingung mau komen apa ,bca cerita mistis lasmini yg masuk di raga suci trus dibantu nyai kencana dewi bikin merinding bca nya kak
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: iya kak gpp, yg penting kk baca sampai bab akhir 🤭
total 1 replies
Nar Sih
kadang aku takut bca nya kakk ,tpi penasaran
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥: takut thor serem bgt nih
total 3 replies
Nar Sih
maaf kak bru sempat bca dan tmbh seremmm,lasmini jadi sundel bolong
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: iya kak gpp 🤭🤭
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
halusinasi Hartawan melihat Lasmini menjadi hantu, rasa ketakutan yg amat pd Hartawan. Dgn mantera Suci boleh menjelma dgn berbeda rupa ya thor
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: iya kak, betul sekali 😊
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
semakin serem membacanya.
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/🤭🤭🤭
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Suci harus hati2 dgn Bara
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
deg degan... apa rencana Suci/Lasmini akan berjaya melumpuhkan penangkal sihir yg ada pd Bara
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Hartawan sgt berambisi dgn wanita kaya, tnggu saja itu yg akan makan dirinya kelak.
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: betul kak
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
berlawanan dgn ilmu hitam masing2.
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
semakin seru
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
hdp Hartawan ga bisa tenang mulai skrg begitu juga Bara dan yg lain2
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: owalah... 🤭🤭
total 5 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
nah rasain hartawan, permulaan hdp dlm ketakutan sekalian yg tlh mencelakai dan membunuh Lasmini. itu baru dikit... 😄🤭
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
sabar dulu Suci bukan saatnya lagi ketika kamu sdg menikmati hidangan mon mlm bersama Prabu utk membls dendam
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥: typo # mkn mlm
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
apa kh Prabu akan tahu kelak siapa Suci sbnrnya
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: siip kk 👍😊
total 5 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
ouh kasihan Prabu udah mulai rasa jatuh hati pd Suci (Lasmini) apakah mereka dpt hdp bersama kerna Suci bukan dikalangan manusia lagi. 😔
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: masih tanda tanya kak 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!