NovelToon NovelToon
DA'S LITTLE FAMILY IN JEJU

DA'S LITTLE FAMILY IN JEJU

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Cintapertama / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: rahmad faujan

Di sebuah pulau kecil di Jeju, Lee Seo Han menjalani kehidupannya yang sunyi. Ditinggal kedua orang tuanya sejak remaja, ia terbiasa bergulat dengan kesendirian dan kerasnya kehidupan. Bekerja serabutan sejak SMA, ia berjuang menyelesaikan pendidikannya sendirian, dengan hanya ditemani Jae Hyun, sahabatnya yang cerewet namun setia.

Namun musim panas itu membawa kejutan: Kim Sae Ryeon, cahaya yang menyinari kegelapan hidupnya. Perlahan tapi pasti, Seo Han membuka hatinya untuk merasakan kebahagiaan yang selama ini ia hindari. Bersama Sae Ryeon, ia belajar bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan, tapi juga tentang mencintai dan dicintai.

Tapi takdir berkata lain. Di puncak kebahagiaannya, Seo Han didiagnosis mengidap ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), penyakit langka yang secara perlahan akan melumpuhkan tubuhnya. Di hadapan masa depan yang tak menentu dan ketakutan menjadi beban, Seo Han membuat keputusan paling menyakitkan: mengorbankan cintanya untuk melindungi orang tersayang

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahmad faujan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENJATUHKAN PERISAI

...​"Terkadang, yang paling kita butuhkan bukanlah kesembuhan dari penyakit, melainkan keberanian untuk menjatuhkan perisai dan membiarkan orang lain melihat kerentanan kita yang sebenarnya." -Seo Han...

...----------------...

​Malam hari tiba. Suasana rumah sakit berangsur sepi, lampu-lampu di lorong meredup menjadi cahaya lembut. Hanya bau obat dan disinfektan saja yang terasa kuat di udara, menciptakan atmosfer dingin dan steril.

​Seo Han terbangun dari tidurnya yang tidak nyenyak. Ia merasa tubuhnya lebih ringan, tetapi pikirannya masih berat dihantam realisasi tentang Ayahnya. Ia menatap ke tiang infus. Tetesan cairan kini melambat, menandakan ia tidak lagi dalam kondisi darurat.

​Tak lama, pintu geser terbuka pelan. Seorang perawat masuk, senyum malamnya ramah.

​"Selamat malam, Tuan Han. Waktunya pemeriksaan rutin," kata perawat itu pelan. Ia mulai memeriksa tekanan darah Seo Han dan suhu tubuhnya.

​"Bagaimana, Tuan Han? Ada yang masih sakit?" tanya perawat sambil melepaskan manset tekanan darah.

​"Tidak ada," jawab Seo Han singkat.

​"Bagus. Demam Anda sudah stabil sejak siang," kata perawat. Ia memeriksa cairan di tiang infus. "Baik, karena sudah stabil, saya suntikkan obat penenang ringan saja."

​Perawat itu berbicara lagi, namun ia langsung menyuntikkan obat ke selang infus yang terhubung di lengan Seo Han. Seo Han hanya memperhatikan proses itu dalam diam.

​Sambil membereskan peralatan, perawat itu melirik ke pintu. "Di luar itu... kakak kamu?"

​Pertanyaan itu membuat Seo Han langsung tersentak. Ia mengangkat kepalanya dengan cepat. "Di luar? Siapa?"

​"Dia," jawab perawat sambil menunjuk ke pintu. "Dia sedang tidur terlelap di kursi di luar. Dia sepertinya sangat lelah. Sudah duduk di sana sejak sore, tidak mau pergi." Perawat itu tersenyum tipis, matanya menunjukkan sedikit kekaguman. "Saya rasa dia sangat menyayangi adiknya."

​Hati Seo Han terasa hangat sekaligus tertusuk. Ia tahu itu bukan kakaknya. Itu Jae Hyun.

​Dia masih di sana.

​Dibandingkan dengan Ayahnya yang datang dan pergi tanpa jejak, Jae Hyun dan Seo Ryeon adalah pelabuhan yang nyata.

​"Kalau begitu saya permisi dulu," kata perawat sambil mematikan lampu besar, hanya menyisakan lampu tidur kecil di samping ranjang.

​Seo Han mengangguk tanpa suara. Keheningan kembali melingkupinya, tetapi kini suara monoton tetesan infus bercampur dengan bayangan Jae Hyun yang tidur pulas di luar.

​Ia tidak bisa tidur lagi. Perlahan, Seo Han bangkit dari ranjang, kali ini tanpa rasa pusing. Ia menarik tiang infus beroda. Ia harus melihatnya dari dekat, mengucapkan terima kasih yang jujur, tanpa diwarnai kebohongan.

​Ia berjalan ke pintu. Mengintip melalui kaca kecil di tengahnya. Di sana, di bawah cahaya remang-remang lorong, Jae Hyun meringkuk di dua kursi tunggu yang digabungkan. Jaketnya sedikit terangkat, memperlihatkan celana jins yang kusut. Wajahnya terlihat sangat lelah, tapi ketulusan kehadirannya memenuhi lorong.

​Seo Han menarik napas dalam-dalam. Ia geser pintu ruangan sangat perlahan, berhati-hati agar suara derit tiang infus tidak membangunkan Jae Hyun. Namun, Jae Hyun—yang tidurnya pasti tidak nyenyak karena khawatir—langsung mendengar bunyi gesekan kecil itu.

​Jae Hyun tersentak bangun, matanya langsung terbuka lebar. Ia menegakkan punggungnya yang pegal. "Eh, Seo Han! Kenapa tidak tidur? Ini sudah malam."

​Seo Han berdiri di ambang pintu, cahaya remang-remang dari kamar menyinari wajahnya. Ia melihat bantal kecil yang dibawa Jae Hyun untuk menopang kepalanya jatuh ke lantai. Jae Hyun tampak benar-benar kelelahan.

​"Kenapa kamu tidak pulang?" tanya Seo Han, suaranya pelan dan serak, berbeda dengan suara defensifnya siang tadi.

​Jae Hyun menghela napas, berusaha tersenyum. "Mau pulang bagaimana? Aku tidak tega kamu sendirian di sini tidak ada yang urus. Aku juga takut kamu bohong lagi atau kabur."

​Ia berusaha bercanda, tapi tatapan matanya serius.

​Seo Han membiarkan tiang infus beroda di sampingnya. Ia melangkah satu langkah keluar, mendekati Jae Hyun. Bau disinfektan bercampur dengan bau kopi sisa yang tumpah di meja kecil di samping Jae Hyun.

​"Maaf, Hyun," ucap Seo Han. Kata itu terasa berat, namun melegakan saat terucap. "Maaf karena aku bohong."

​Jae Hyun bangkit dari kursi, mendekati Seo Han dengan hati-hati, memastikan tiang infus tidak tersentuh. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya menunggu.

​Seo Han menatap matanya dalam-dalam. "Dan... aku tahu siapa yang bawa aku ke sini."

​Napas Jae Hyun tertahan. Ia menunggu pengakuan yang ia tahu akan sangat menyakitkan bagi sahabatnya.

​"Bukan tetangga," lanjut Seo Han, air matanya mulai menggenang. Rasa bersalah pada Jae Hyun dan rasa terjerat oleh Ayahnya kini menjadi satu kesatuan yang tidak tertahankan. "Itu Ayah aku, Hyun. Dia yang bawa aku ke sini."

​Seo Han menunduk, bahunya bergetar. "Dia... dia menyelamatkan aku. Dan aku bahkan tidak mau mengakui kehadirannya. Aku malah bohongin kalian."

​Dalam keheningan malam rumah sakit itu, Jae Hyun tidak memarahi, tidak menuntut.

​Jae Hyun hanya melakukan satu hal: ia maju dan menarik Seo Han ke dalam pelukan yang erat dan canggung, berhati-hati agar tidak menarik selang infus. Pelukan itu kuat, hangat, dan nyata.

​"Tidak apa-apa, Han. Tidak apa-apa," bisik Jae Hyun di telinga Seo Han. "Kami tahu ini berat. Kami tidak peduli siapa yang bawa kamu ke sini. Kami cuma peduli kamu selamat. Dan kamu tidak perlu minta maaf. Kami kan keluarga kamu."

​Mendengar kata 'keluarga' dari Jae Hyun di saat terlemahnya, Seo Han akhirnya membiarkan dirinya menangis—tangisan yang ia tahan sejak Ayahnya datang.

​Jae Hyun melepas pelukannya, mengelap air mata Seo Han dengan ibu jarinya. "Sudah, ini sudah malam, kamu tidur ya biar cepat sembuh. Tenang, aku tidak ke mana-mana, aku di sini," katanya. "Sudah, tidak usah nangis lagi."

​"Kamu jangan tidur di sini," kata Seo Han, berusaha mencairkan suasana dengan sedikit senyum getir. Ia merasa bersalah melihat kondisi temannya. "Masuk saja. Di dalam ada sofa panjang, lebih enak daripada besi keras ini."

​Jae Hyun menggaruk tengkuknya, lega melihat Seo Han sedikit tenang. "Ya sudah, aku masuk ya. Tapi kamu beneran tidur."

​"Iya."

​Jae Hyun membantu Seo Han kembali ke ranjangnya, menyesuaikan bantal dan selimut. Setelah Seo Han berbaring, Jae Hyun mengambil bantal kecilnya yang jatuh di lantai dan tiang infusnya, lalu membawa semua barangnya masuk ke kamar. Ia melihat sofa panjang di sudut ruangan, tempat yang jauh lebih nyaman daripada kursi tunggu.

​Di dalam ruangan yang remang, Seo Han memandang Jae Hyun yang berbaring di sofa. Kehadiran Jae Hyun terasa seperti jangkar yang menahan badainya. Malam itu, untuk pertama kalinya sejak Ayahnya kembali, Seo Han tidur dengan sedikit ketenangan.

1
Anonymous
kamu jahat
Anonymous
tidakkk😭
Anonymous
serius kamu jahat banget sih le seo han tidak boleh mati😭
Anonymous
woo jin kamu ga salah 😭
Hanik Andayani
wah odeng kesukaan aku apalagi toppoki 😃
Wida_Ast Jcy
kejar kejaran donk ya ceritanya ini🤭🤭🤭
Dee
Dari awal ceritanya sudah menarik kak. Cuma aku agak kesulitan ngapalin nama-namanya... buatku susah diingat, hehe... Suka ketukar mana yang cowok dan ceweknya 😅
checangel_
Seo Han, maafkan Authormu ya 😭😭
rahmad faujan: aku aja nangiss kasih mati dia😭
total 1 replies
Chimpanzini Banananini
aku pernah naik roller coaster. tapi emang sih, klo emng takut, mata kita seakan gabisa dibuat melek jirr/Sob//Sob/
Chimpanzini Banananini
main roller coaster sambil memegang kamera? apa ga jatuh tuh?
Vᴇᴇ
suka bgt makan kimchi, walau awal makan rasanya kek asem, gurih manis, tp rill enak bgt cuuyyy
Mingyu gf😘
Han ngumpat aja bilang shibbal gitu🤣
Mingyu gf😘: mwhehehe🤣🤣🤣
total 2 replies
Mingyu gf😘
Penakut🤣
Irfan Sofyan
di sini banyak yang keren kak🤭
Irfan Sofyan
aku juga gitu kak, karena keluarga lagi kumpul aku selalu pergi nyari tempat yg bisa menyendiri, sambil merokok🤭
☕︎⃝❥ᗰᗴᑎGᗩᖇᗴ(╯°□°)╯︵ ┻━┻
Di paksa main loler Koster. aku gak pernah naik sih, tapi kelihatannya seru🤣
iqbal nasution
refleks hebat
iqbal nasution
lezat juga ya
bela
siapa taruh bawang disini😭
bela
😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!