Yuan Chen, seorang yatim-piatu yang hidup dilanda kemiskinan. Direndahkan, dikucilkan, dihina, dan diperlakukan tidak baik oleh semua orang, sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.
Di dunia yang mengandalkan kekuatan sebagai hal utama, Yuan Chen tak mempunyai kesempatan untuk berlatih, ia selalu sibuk setiap harinya hanya untuk mencari sesuap nasi.
Namun, kehidupannya perlahan berubah, di saat takdir mempertemukannya dengan seorang Kakek tua yang memberinya Batu Hitam yang memberikannya kekuatan dan menjadikannya sangat kuat. Dan saat itulah Yuan Chen pun bangkit dari keterpurukannya dan memulai perjalanannya di dunia kultivasi yang kejam ini. Inilah kisah Yuan Chen, seorang pemuda yang berhasil menguasai Tiga Alam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
"Tabib! Cepat!" teriak Wasit Rong Geng dengan keras. Segera para tabib akademi pun bergegas memasuki arena, melihat keadaan Yuan Chen dan juga Wu Yu.
Namun, keadaan Wu Yu sangatlah parah, di mana ia kehabisan energi spiritual di dalam tubuhnya, dan para tabib pun segera membawanya untuk segera diobati. Namun, di saat para tabib hendak membawa Yuan Chen juga pergi, tetapi Tetua Qin Yi tiba-tiba datang.
"Tunggu!" kata Qin Yi, menghentikan para tabib yang akan mengangkat tubuh Yuan Chen.
"Muridku... biar aku yang akan mengobatinya." kata Qin Yi lagi, ia pun memasuki Arena Pertarungan yang dalam keadaan berantakan.
"Gu— guru...!" ucap Yuan Chen dengan nadanya yang terbata-bata.
Qin Yi pun tersenyum, ia pun segera mengalirkan energi spiritualnya kepada tubuh Yuan Chen. Membuat Yuan Chen merasakan sesuatu yang sangat dingin tengah memasuki setiap saluran spiritual di dalam tubuhnya.
"Dingin sekali!" ucap Yuan Chen, kedua matanya sayu, benar-benar dalam masa terlemahnya.
"Tenang saja, kekuatan Es ku tengah memperbaiki saluran energi spiritual milikmu yang rusak." ujar Qin Yi. "Apa kamu masih bisa berjalan?" sambungnya, bertanya pada Yuan Chen.
Yuan Chen pun mengangguk ringan, dan segera mereka pun pergi meninggalkan Arena Pertarungan.
Mereka pun kembali ke Halaman Belakang, Kediaman Tetua Qin Yi. Di sana, mereka disambut oleh pemandangan yang tenang dan damai. Taman yang terawat dengan baik, bunga-bunga yang bermekaran, dan suara air mancur yang lembut menciptakan suasana yang santai.
"Kau menyiksa dirimu sendiri hingga seperti ini, dasar murid bodoh!" cetus Qin Yi, tetapi segaris senyuman bangga menggantung dibibirnya.
"Tidak, Guru! Aku hanya ingin menjadi lebih kuat!" jawab Yuan Chen dengan mata yang berkilau, mencoba menyembunyikan rasa malu dan bangga sekaligus. Qin Yi menggelengkan kepala, tapi senyumnya semakin lebar, menunjukkan bahwa dia tidak benar-benar marah. "Kau memang muridku, selalu membuatku penasaran dengan tindakanmu yang sembrono tapi penuh semangat." Qin Yi melangkah maju, memeriksa kondisi Yuan Chen dengan mata yang penuh perhatian.
Di sisi lain, Wang Qiu'er masih saja tak sadarkan diri dan tengah terbaring di ranjangnya.
Namun saat itu, Yuan Chen pun bertanya kepada Qin Yi mengenai sosok laki-laki berusia dua puluh tahunan yang bernama Qin Feng.
"Qin Feng?" Qin Yi berhenti memeriksa kondisi Yuan Chen dan menatap nya dengan ekspresi serius. "Apa yang kau ingin tahu tentang dia?" Suaranya sedikit berubah, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang Qin Feng. Yuan Chen yang penasaran langsung mengajukan pertanyaan lebih lanjut, "Apa hubungan anda dengan dia? Aku melihat ada sesuatu di antara kalian berdua."
Qin Yi menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Qin Feng adalah adikku, tapi kenapa kamu tiba-tiba bertanya tentang dia, Chen Chen?" pandangan Qin Yi terhadap Yuan Chen semakin serius.
Yuan Chen pun akhirnya menceritakan atas semua tantangan dan juga perkataan Qin Feng terhadapnya. Itu membuat Qin Yi merasa terkejut! Bahkan Qin Feng menargetkan muridnya sendiri.
Qin Yi pun menceritakan konflik antara Qin Yi dengan adiknya sendiri. Di mana Qin Feng adalah adiknya sendiri tetapi dia terlahir dari ibu yang berbeda. Namun, ayahnya ingin mewariskan hak kepala keluarga Qin kepada Qin Yi, mengingat bahwa Qin Yi jauh lebih tua dari Qin Feng, dan Qin Yi pun terbilang sebagai jenius dengan kekuatan yang tinggi.
Namun, Qin Feng dan juga ibunya merasa tidak terima. Mereka tidak terima jika hak kepala keluarga diwariskan kepada seorang anak perempuan, dan sejak saat itu, hubungan Qin Feng dan juga Qin Yi semakin jauh, membuat Qin Yi tak pernah kembali ke kediaman keluarga Qin, dan menetap di Akademi Tujuh Warna, hingga berhasil menjadi seorang Tetua Akademi.
Namun, Qin Yi merasa bingung. Kenapa Qin Feng menargetkan Yuan Chen yang tidak ada hubungannya dengan keluarga Qin. Tapi, Qin Yi pun memperingati Yuan Chen, bahwa Qin Feng sangatlah kuat dalam deretan generasi muda yang seusia dengannya. Dan Qin Feng juga telah berada pada tingkatan ranah ke tiga tahap puncak.
Tetapi, itu tidak membuat Yuan Chen merasa takut, melainkan ia sangat begitu antusias untuk menghadapinya. Selama kompetisi berjalan, hanya Wu Yu yang ia hadapi dengan tingkatan ranah yang sama dengannya, mendapatkan tantangan dari Qin Feng, membuat api semangat pertempuran Yuan Chen semakin menggebu-gebu, tak sabar untuk melakukan pertarungan itu.
"Guru! Babak semi final akan diadakan besok. Aku ingin berkultivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan sedikit kekuatan ku." ujar Yuan Chen.
Qin Yi pun tersenyum, ia pun memberikan sebuah kunci emas. Di mana itu adalah kunci untuk membuka ruangan khusus tempat biasa Qin Yi berkultivasi.
"Kunci apa ini, Guru?" tanya Yuan Chen, serius.
"Pergilah menuju Menara pelatihan, dan tunjukan kunci ini kepada penjaga menara, maka dia akan mengantarmu menuju ruang khusus tempatku berlatih di sana. Dan disana juga kamu bisa memilih gulungan tempur yang cocok denganmu, semoga kamu mempunyai keberuntungan untuk mendapatkan keterampilan tempur yang cocok." ujar Qin Yi.
Tiba-tiba, Yuan Chen berlari secepat kilat, meninggalkan Qin Yi dan bergegas menuju Menara Pelatihan. Membuat Qin Yi menghela nafasnya, tetapi ia pun tersenyum senang atas semangat yang ditunjukan oleh Yuan Chen.