"Mas! Kamu tega!"
"Berisik! Gak Usah Bantah! Bersyukur Aku Kasih Kamu 10 Ribu sehari!"
"Oh Gitu! Kamu kasih Aku 10 Ribu sehari, tapi Rokok sama Buat Judi Online Bisa 200 Ribu! Gila Kamu Mas!"
"Plak!"
"Mas,"
"Makanya Jadi Istri Bersyukur! Jangan Banyak Nuntut!"
"BRAK!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Nisa melayani semua kebutuhan Bambang, kecuali soal ranjang. Tentu bukan karena menolak tapi memang pasca keguguran, Nisa disarankan Dokter agar beristirahat sejenak dari aktivitas ranjang.
Bagaimanapun yang namanya keguguran tentu akan berpengaruh kepada kesehatan rahim dan alat reproduksi Anisa.
Meski dalam hati ini Anisa, Ia bersyukur. Entah, sejak Bambang memiliki banyak tabir dalam pekerjaannya, Nisa menjadi waspada. Entahlah sampai kapan. Yang terpenting saat ini Bambang tidak akan memaksa Nisa melayani kebutuhan ranjangnya.
Bambang pamit ke depan kontrakan. Menyesap sebatang nikotin yang kini dengan mudah Ia beli dengan uang haram yang Ia peroleh.
"Bahaya kalau sampai Irma sama Anita ngirim video atau bocorin soal kerjaan ke Anisa. Bisa-bisa Nisa minta pisah! Tapi gimana caranya supaya tuh Duo Binal tutup mulut?"
Ada rasa khawatir dalam hati Bambang. Ketahuan belangnya dan pekerjaan haram yang Ia lakukan. Meski Bambang akui, sering kali Ia mengkhianati Nisa, tapi berpisah dengan Anisa adalah hal yang Bambang tidak inginkan.
Egois memang Bambang. Dia bisa saja menularkan penyakit. Pergaulannya audah kotor. Bahkan kemarin saat menjamu Klien, Ia melayani sesamanya. Jijik. Ya. Bambang sendiri geli jika mengingatnya.Tapi transferan dan bonus segepok merobohkan nurani dan rasa bersalah.
Uang memang sering membuat semua lupa diri. Termasuk Bambang.
"Mas, ini kopinya." Nisa menghampiri Bambang, membawa segelas kooi hitam dengan gula dua sendok seperti kebiasaan Bambang.
"Makasi Sayang, duduk sini dulu. Ngadem." Sebetulnya Bambang terkejut kedatangan Nisa sukses membuyarkan terawang pikirannya yang sedang ruwet memikirkan segala rahasia yang Ia sembunyikan dari Nisa. Soal Irma, Anita dan pekerjaannya.
"Ada apa Mas?" Nisa duduk disamping Bambang, Bambang memaksakan senyuman, Nisa menangkap ada gelagat tak biasa namun entahlah. Bambang terlalu pintar menutupi.
"Nis, besok Mas ada kerjaan. Pagi. Mungkin sampai pagi lagi. Kan sore ke malam Mas ada kerjaan di Cafe. Kamu gapapa dirumah? Apa besok kerja?"
Bambang berpikir. Besok Ia akan menemui Anita dan Irma. Membuat kesepakatan agar rahasia Mereka tetap aman.
"Nisa juga baru mau bilang Mas Besok mungkin Nisa pulang dari kerja mau ikut Bu Esti. Jadi Nisa sama Mbak Nani mau menemui orang yang mau pakai jas laundryan di tempat Kita. Jadi Bu Esti minta Kami ikut ngobrolin dengan Calon Klien. Bolehkan Mas?"
"Boleh. Tapi nanti pulangnya Kamu gimana?"
"Soal pulang gampang Mas. Biasanya Nisa bareng sama Mbak Nani. Atau Nisa bisa naik ojol aja."
"Kalau Mas gak kerja, Mas bisa jemput Kamu, tapi Mas kerja. Gimana ya?"
"Gapapa Mas. Emang Aku anak kecil harus diantar jemput terus. Udah Mas kerja aja. Mana besok dari pagi kan? Mas juga jaga-jaga kesehatan. Sekarang lagi musim sakit Mas. Puskesmas sama klinik ramai dikunjungi yang mau berobat."
"Iya. Kamu juga ya Nis."
"Ya udah Mas. Masuk yuk. Anginnya makin dingin."
"Ayo."
***
Bambang mengantar Nisa ke tempat Laundry, disana rupanya Bu Esti pemilik Laundry juga baru saja datang.
"Hati-hati Mas." Nisa meraih tangan Bambang, menciumnya dengan takzim.
"Iya Sayang. Mas berangkat dulu ya."
Bambang mengangguk sejebak melihat Boss Nisa kemudian segera melajukan motornya meninggalkan parkiran Laundry.
"Bu," Nisa mengucapkan salam, meraih tangan Bu Esti menyalaminya.
"Diantar Suami Nis?" Bu Esti selalu ramah. Memang Bu Esti tipikal Boss yang humble kepada semua pegawainya.
"Iya Bu. Mas Bambang ada kerjaan pagi."
"Oh gitu. Ya sudah masuk yuk."
"Iya Bu."
***
"Jadi, Mas Bams ngajak ketemuan pagi-pagi begini mau ngancem Kita?" Anita menyilangkan kedua tangannya didada.
Irma ikut menatap sinis kearah Bambang, "Terus, imbalan Kita kalau nurutin Mas Bambang untuk tutup mulut apa?"
"Sial! Ok. Kalian mau apa?" Bambang tahu berurusan dengan Duo Laknat dihadapannya tentu akan semakin membuat dirinya terjerat lingkaran setan.
Seringai dibibir Irma dan Anita kompak. Menciptakan rasa ngeri sekaligus detak jantung meningkat. Bambang tahu membuat kesepakatan dengan keduanya sama saja dengan memberikan dirinya kepada iblis.
"Ga usah tegang begitu dong Mas. Santai. Kita gak akan minta yang enggak-enggak. Paling minta yang enak-enak. Iya kan Ir?"
"Nanti Mas Bambang akan tahu."
Kata-kata Irma membuat Bambang berspekulasi. Apa gerangan yang sedang direncanakan perempuan ular satu ini.
***
"Nis, Kamu sudah lihat belum berita yang lagi ramai di internet?" Mbak Nani sambil menyetrika dan Nisa sedang mengemas pakaian yang sudah rapi ke dalam plastik siap kirim.
"Memang ada berita apa Mbak? Aku jarang lihat TV, Sosial Media juga sesekali aja. Memang beritanya apa?"
"Itu loh! Artis ganteng yang basa wara wiri main film. Digandrungi cewek-cewek karena ganteng dan aktingnya keren, eh, ternyata pakai Narkoboy! Sudah begitu, yang paling menghebohkan ternyata di itu Himi loh!"
"Astagfirullah! Masa sih Mbak? Itu kan Aktor yang baru aja dapat penghargaan. Mana kalau akting bkin meleleh. Macho banget! Seriusan Himi?" Sinta salah satu pegawai Laundry juga ikut nimbrung obrolan keduanya.
"Lah, Mbak sih lihat beritanya do Toktok ya begitu. Lah waktu digrebek pas sedang pakai Narkoboy, Dia lagi nonton video begitu tapi ya itu laki sama laki."
"Geleuh atuh Mbak. Dih, bayanginya aja mual!" Hana yang baru saja membawa pakaian kotor milik pelanggan ikut menanggapi.
"Makanya, sekarang jaman sudah edan. Laki-laki yang tampangnya kayak knalpot racing istrinya banyak. Lah yang ganteng, sukanya sama yang ganteng juga. Mumet!"
Entah mengapa mendengar pembicaraan rekan-rekanya, Nisa merasa lain dihati. Entahlah. Mungki haya sedang tak enak hati saja. Nisa sendiri bingung. Pikirannya belakangan sering macam-macam.
"Nis, loh bengong."
"Oh, ga Mbak. Aman."
"Kamu kalau masih belum fit bener gapapa jangan yang berat-berat dulu."
"Iya Mbak Nisa. Kenapa gak ambil libur saja."
"Gapapa. Insha Allah Aku sudah baikan. Lagi dirumah bingung gak ada yang dikerjakan malah bosen."
"Kalian asik kerja, sudah pada makan siang belum? Ayo gantian makan siang dulu. Kerjaannya dilanjut setelah makan loh!"
"Eh, Iya Bu,"
"Ayo makan siang dulu. Nisa, Kamu maka dulu, Nani, Hana, Sinta, makan. Gak usah diet-diet!"
"Iya Bu."
***
"Goblok!" Boss pemilik Cafe membanting barang-barang yang ada dihadapannya.
Ya berita soal penangkapan salah satu Aktor yang kini menjadi sorotan dan Si Boss ketar ketir saat seseorang yang baru saja menghubunginya kalau Si Aktor buka mulut soal barang haram yang ada ditangannya.
Si Boss menatap satu per satu pegawainya dengan tajam tak terkecuali Bambang, dengan langkah perlahan namun tetap saja membuat bulu kuduk merinding Si Boss berdiri tepat dihadapan Bambang.
"Nanti malam, Lo ikut Gue!"
dan tak berdaya dia SDH di monitor oleh si bos
Nisa jg trllu bodoh jd istri