NovelToon NovelToon
Bukan Bujang Desa Biasa

Bukan Bujang Desa Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kim99

“Menikahlah denganku, Kang!”

“Apa untungnya untukku?”

“Kegadisanku, aku dengar Kang Saga suka 'perawan' kan? Akang bisa dapatkan itu, tapi syaratnya kita nikah dulu.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabur

Di halaman belakang rumah, di bawah pohon mangga, Naura berlutut. Di depannya gundukan kecil tanah baru saja digali, cukup untuk menampung tubuh mungil Mocha dan Mochi, dua anak kucing yang sudah dia anggap seperti anak sendiri.

Tangannya gemetar saat mengusap kepala Mocha yang kini kaku dan dingin. Tubuh kecil itu dibalut kain putih bekas kerudung.

“Maafin mama ya... Mama nggak bisa nyelametin kalian,” ucap Naura. Dia tidak bisa menahan air matanya, lagi dan lagi kedua bahunya gemetar hebat.

Pemandangan itu membuat Bu Windi yang berdiri di belakangnya ikut sedih, Wajahnya sendu, tangannya memegang bahu Naura dengan hati-hati.

“Sudah, Nak... Sudah. Mungkin memang sudah takdirnya begitu.”

“Maaf ya, Teh," kata Nanda. "Aku nggak tahu kalau Mocha sama Mochi masuk ke bak. Andai aku tahu, aku pasti buru-buru nolong mereka.”

Namun, Naura yang semula diam, tiba-tiba mendongak. Senyum sinis melengkung di bibirnya, senyum yang justru membuat udara di sekitarnya terasa menegang. Ia berdiri perlahan, menatap Nanda tanpa berkedip.

“Kalau kamu tahu?” ujarnya datar, tapi nadanya tajam. “Kalau kamu tahu, kamu pasti nolong?”

Nanda mengangguk gugup. “Iya, Teh, Aku janji, aku ....”

Belum sempat Nanda menyelesaikan kalimatnya, Naura mendorong bahunya membuat Nanda tersungkur ke atas rumput. Daun kering beterbangan, dan suara kecil dari Nanda yang terkejut membuat Bu Windi tersentak.

“Naura!” seru Bu Windi refleks, lalu bergegas menolong gadis itu berdiri.

“Jangan begini, Nak... Ini semua musibah. Kucing itu mungkin naik sendiri ke bak, airnya tinggi, mereka nggak bisa berenang. Jangan salah paham atuh.”

Mata Naura menatap Bu Windi dan Nanda bergantian, napasnya tersengal karena amarah dan tangis yang tertahan. Lihat, lihat betapa liciknya Nanda? Dia baru beberapa hari di sini tapi sudah berhasil mendapatkan perhatian ibunya.

“Jadi semua ini masuk akal, begitu?” todong Naura. “Menurut Ibu... menurut kamu Nanda... dua kucing kecil yang bahkan belum bisa lompat tinggi bisa tiba-tiba masuk ke bak dan tenggelam?!”

Bu Windi menunduk, tidak menjawab. Sedangkan Nanda hanya terdiam sambil mengusap lututnya yang kotor.

“Ibu harus hati-hati,” ujarnya lirih. “Nggak semua orang yang kelihatan baik itu beneran baik. Jangan sampai Ibu ngasuh serigala berbulu domba di rumah sendiri.”

Bu Windi mematung. Dan Nanda menatapnya dengan mata membesar, ia terlihat berusaha menahan tangis, tak terima dengan semua yang Naura katakan.

“Naura,” bisik Bu Windi, tapi perempuan muda itu sudah berbalik.

“Sebaik-baiknya serigala, dia nggak akan pernah makan rumput.”

Langkahnya cepat meninggalkan halaman belakang. Baju yang ia kenakan masih kotor karena tanah, namun ia tidak peduli. Dari arah yang sama Raka mengikuti kakaknya masuk ke rumah tanpa bertanya.

Di dalam kamarnya, Naura duduk di tepian ranjang, bahunya berguncang. Isak tangisnya pelan tapi terus menerus. Di pangkuannya, ia memegang pita kecil berwarna biru yang dulu ia gunakan untuk mengikat leher Mocha.

"Teh!"

Raka membuka pintu perlahan lalu masuk dengan hati-hati. “Teh,” panggilnya pelan. Naura tidak menjawab, akhirnya Raka menaruh air minum di nakas, lalu duduk di ujung ranjang.

“Jangan sedih terus, Teh. Mocha sama Mochi umurnya mungkin emang cuma sampai di sini.”

“Kamu nggak ngerti, Ka... Aku yakin mereka bukan mati karena tenggelam. Ada yang ngebuang mereka ke bak itu. Kamu bilang tadi udah kasih makan dia kan? Jam berapa, Raka? Kenapa secepet itu mereka tenggelam, hah?”

“Teh!" Pemuda itu menghela napas. "Jangan suudzon. Kita enggak bisa nuduh orang kayak gitu, sikap Teteh tadi juga enggak baik atuh. Ibu juga udah bilang ....”

“Udah!” potong Naura dengan nada tinggi. Ia menatap adiknya dengan mata merah.

“Kamu pikir aku gila, ya?! Aku tahu cara mereka mati! Air di bak itu... nggak mungkin kucing sekecil itu bisa manjat ke sana! Masalah aku ngedorong Nanda, kamu percaya kalau dia jatoh gara-gara dorongan aku?!”

“Ya udah sih, mungkin ada tikus, atau mereka kejar bayangan, Teh. Nggak usah nyalahin orang lain dulu. Enggak baik lho nuduh kayak gitu, berdosa kita.”

Bukannya tenang, Naura malah semakin marah. Dia mengambil bantal dan memukul adiknya.

Buk!

“Keluar!” bentaknya. “Aku nggak mau denger lagi!”

"Teh, aku cuma mau bilang kalau kamu itu terlalu suudzon sama dia, Nanda mungkin ...."

"Aku bilang keluarrrrrr!"

Buk! Buk! Buk!

“Oke, aku keluar. Tapi, tolong minum dulu, ya?”

“Keluar, Raka!!” teriaknya lagi sambil mendorong bahu adiknya.

Tidak ingin membuat suasana semakin runyam, Raka akhirnya melangkah keluar. Pintu kamar tertutup keras dan terkunci dari dalam. Suara langkahnya menghilang di lorong, meninggalkan Naura yang kini terduduk di lantai, menangis tanpa suara.

Bukan hanya Mocha dan Mochi, tapi dia juga kehilangan peran ibu dan adiknya.

Masih dalam kesedihan yang sama, Naura melirik ponselnya yang bergetar di atas nakas. Dia mengambil ponsel itu dan membuka pesan dari seseorang.

"Bidan Naura maaf, saya Yuni bidan yang tadi nganter pasien yang Bidan Naura tolong. Pasiennya sudah meninggal saat sampai di RSUD. Maafkan saya baru mengabari, kami semua sibuk, Bu Bidan."

Ya Tuhan ... Naura tertelungkup di atas ranjang, memukul-mukul ranjang dengan tangannya. Entah kenapa hari ini semua hal yang terjadi membuatnya sedih dan marah. Dia tahu ini takdir Allah, tapi .... Naura hanya bisa berteriak di batal, menangis sesenggukan sendirian ....

.. ..

Di luar, Bu Windi masih menenangkan Nanda yang duduk di amben belakang rumah. Tampaknya Nanda masih sangat sedih karena ucapan dan sikap Naura padanya.

“Dia cuma lagi marah, Nak. Jangan diambil hati.”

“Aku tahu, Bu. Teh Naura cuma lagi sedih... Aku juga pernah kehilangan kucing. Ibu jangan marah ya sama Teh Naura. Aku yang salah, Bu. Aku yang enggak bisa jagain kucing-kucingnya Teh Naura.”

Mendengar hal itu, Bu Windi mengusap kepala Nanda lembut. Dan Nanda, dia dengan cepat memeluk Bu Windi, menangis di sana dan mendekapnya semakin erat.

"Maafin aku ya, Bu. Makasih Ibu udah mau nerima aku di sini, aku sayang sama Ibu. Maaf kalau aku bikin masalah terus."

Sudut bibir Bu Windi tertarik ke atas, ia membalas pelukan Nanda, tanpa mempermasalahkan siapa anak yang ada dalam dekapannya.

Hati Bu Windi terlalu baik, terlalu lembut sampai dia tidak pernah bisa mengabaikan orang yang membutuhkan perhatian seperti Nanda.

Satu bulan kemudian ....

Di sebuah gedung pernikahan, semua orang tampak sangat sibuk melakukan persiapan.

Orang-orang hilir mudik ke sana kemari, mencari tahu apa yang masih kurang dan bisa segera diperbaiki.

Nanda saat ini sedang tertawa di dalam bilik ganti. Perempuan itu terlihat begitu bahagia setelah MUA memakaikan siger khas Sunda di kepalanya.

"Wah, cantik banget ya, Neng Nanda. Kalau penganten tuh emang beda cahayanya."

Dipuji seperti itu dia tampak sangat senang, begitupun dengan Bu Windi.

"Nanda ini nurut banget, Teh," kata Bu Windi. "Dia disuruh puasa nurut, dipingit nurut, pokoknya baik banget."

"Enggak kayak Naura ya, Ceu?" tanya seseorang yang membantu di ruangan itu. "Anak ibu satu lagi kan petakilan, dia enggak bisa diem tapi baik banget."

Bu Windi tersenyum, dia melirik kanan kiri, mencari Naura tapi tidak ada. Padahal, dia sudah meminta Naura untuk menjadi bridesmaid sebab Nanda tidak ada teman lain di sana.

"Teh, titip Nanda, ya. Saya mau cari Naura dulu," katanya.

"Bu ...." Nanda menggenggam tangan Bu Windi sambil menatapnya memelas. "Jangan tinggalin aku."

"Ibu enggak bakal ke mana-mana, tunggu sebentar, ya."

Nanda akhirnya menuduk, perempuan itu kehilangan senyum saat Bu Windi tak lagi ada di dekatnya.

.. ..

Di tempat lain, Naura tampak duduk di tempat gelap, di tempat yang tidak seharusnya. Dia bersembunyi di kolong meja yang di mana di tempat itu banyak sekali orang-orang yang sedang bergosip.

"Kayaknya Pak Mustafa beruntung, ya. Kalau kata saya mah, cantikan Neng Nanda da daripada Bidan Naura."

"Kalau kata aku mah cantikan Bidan Naura atuh, tapi emang Bidan Naura petakilan, sedangkan Neng Nanda itu kalem, baik, enggak rusuh, anggun banget."

"Oh iya, ada kabar kalau Bu Bidan itu selingkuh sama Kang Saga, mangkanya yang dinikah sama A Satya teh Neng Nanda."

"Ah masa sih?" tanya yang lain.

"Iya, malah ada yang bilang kalau Bidan Naura itu yang godain Kang Saga duluan, waktu itu sempet ada yang liat Bu Bidan ke rumah Abah Ali."

"Ih, bukan cuma sekali kalau itu, tapi berkali-kali. Malah akhir-akhir ini makin sering. Padahal, Sagara enggak pernah tuh main ke rumahnya."

"Yang lebih gong lagi, ada kabar kalau Bidan Naura udah hamil, mangkanya Abah Ali buru-buru bikin resepsi buat mereka."

"Tapi, katanya Kang Sagara udah dua mingguan enggak keliatan? Jangan-jangan dia kabur?"

"Iya ih. Kalau kabur gimana? Masa nanti Bidan Naura nikah sama Abah Ali?"

Di bawah meja, Naura menatap layar ponselnya, sudah ratusan pesan dan ratusan panggilan, tak satupun dijawab oleh Sagara. Apa jangan-jangan dia memang kabur?

Naura sudah beberapa kali datang ke rumahnya juga tetap saja tidak ada. Terus sekarang dia harus bagaimana?

Apa mungkin Sagara ke kota? Nikah sama mantannya waktu itu?

1
neny
aduuhh nau,,eta knp orang teh ngegosipin km kyk gtu,,kurang gawean jiga na nyak🤣🤣
lanjut lah kak othor,,💪🥰
Piet Mayong
wah pamor Bu bidan jelek ya di kampungnya, trus ngapain selama ini kamu nebar kebaikan terus nau????
resiko anak cantik ya Nau JD gerak dikit JD tontonan...
😄😄😄🤭
Eka ELissa
aduh ksian kmu Nau moga GK kbur Nau cumn lgi beresin mslh aj
Eka ELissa
TPI lok yg bunuh Nanda jht bgt dia ..😡😡😡😡
Attaya Zahro
Perasaan sedang sedih malah ditambah ada kompor mbleduk 😅😅😅
iqha_24
up lg dong kk, kurang bacanya
Ayesha Almira
siap2 Naura ngeluarin tanduk
Nurlaila Elahsb
yah sedih lagi kan si enau!!kira kira siapa ya yang bakalan jadi sasaran kemarahan si Eneng nau??
Eka ELissa
yg bunuh spa Nau...
Nanda kah... entah lah hanya emk yg tau ..
neny
nah loch,,jno c mochi dan mocha mati,,siapa yg membunuh nya,,lanjut akak💪🥰
iqha_24
waduuh siap2 nii Nau ngamuk
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
kasihan😥😥😥
neny
wkwkwk,,nau eta sagara dibere lamotan km,,eeh meuni kacidaa🤣🤣,,
neny: wkwkwk,,leureus eta kak,,jampe na nya eta🤣🤣
total 3 replies
Kaylaa
siapa lagi itu..
teman apa lawan 🤔
juwita
Dirga saha thor🤣🤣
juwita
jorok ih Naura masa kang saga di bere urut di lamotan🤣🤣
Attaya Zahro
Waduch..siapa tuh yang menghadang Sagara 🤔🤔
mars
siapa sebenernya sagara ini
IbuNa RaKean
Sagara KA othor🤣🤣
Ayesha Almira
keganggu deh tidur naura
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!