tentang dia yang ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik. kehidupan pertamanya yang di perlakukan buruk hingga mati tragis dalam penyiksaan, membuat dia bertekad untuk memperbaiki hidupnya dengan mengambil keputusan yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH SATU
"Gimana hasilnya? kata papa pengumuman nya udah keluar" tanya Alex di seberang sana. Gladis baru saja ingin memberitau Alex tapi malah laki-laki itu duluan yang bertanya.
"Maaf kak" ucap Gladis pelan, sebisa mungkin agar terdengar menyedihkan. Mengerjai pacarnya sendiri tak apa kan? Terdengar helaan napas Alex yang berat.
"Gak papa, jadi mau daftar sekolah umum di mana? " tanya Alex kemudian.
"Belum tau kak".
"Kalau udah pasti mau sekolah dimana kasih tau aku, biar aku bisa urus surat kepindahan sekolah ku".
Mendengar itu membuat Gladis panik sekarang, ternyata ucapan Alex beberapa hari lalu memang benar, dia bakalan ingin pindah kalau Gladis tidak lulus. Gimana dong?
"Kak Alex gak usah pindah sekolah" ucapnya, bisa kacau dong suprise nya kalau Alex pindah sekolah.
"Kamu ngelarang? " tanya Alex tak suka.
"Gini kak, kalau kakak pindah dari sekolah terbaik ke sekolah biasa karna aku, menurut kakak gimana pandangan orang lain" ucap Gladis, otak kecilnya terus berpikir bagaimana cara agar Alex tidak pindah sekolah.
"Aku gak peduli pendapat orang lain".
"Tapi aku peduli kak" lirih Gladis, terdengar sedih emang. Tapi itu bohong! Dia sebenarnya juga tidak peduli dengan pandangan orang lain. Kehidupan keras yang di alaminya dulu, membuatnya bertekad untuk mempertahankan apa yang menjadi miliknya, menjaga diri, keluarga serta orang-orang yang menyayanginya. Dan dia tidak mau lagi di tindas dan di anggap lemah.
"Aku gak mau di bilang cewek yang ngehalangin pendidikan pacarnya, apalagi kalau orang-orang tau kak Al bagian dari keluarga Vincent. Semua orang tau kalau Van's High School cocok untuk pewaris dan orang-orang yang ingin mengasah kemampuan di bidangnya" jelas Gladis, semoga bisa merubah keputusan Alex.
"Akan ku pikirkan nanti" ucap Alex setelah lama terdiam.
"Baiklah" pasrah Gladis, sepertinya dia harus memberitau yang sebenarnya pada Alex jika pria itu tetap memutuskan pindah sekolah.
"Oh iya Glad, beberapa hari ke depan aku harus pergi ikut bersama keluarga " ucap Alex kemudian. Beberapa hari? mata Gladis melotot sekarang.
"Berapa lama? " tanyanya.
"Seminggu kayaknya atau bisa jadi lebih". Bahu Gladis merosot luruh seketika, bukankah waktu awal masuk sekolah Alex tidak ada? Bahkan sangat lama Alex tidak sekolah? Ahhhh.... rencananya berantakan lagi.
"Kapan kak Al berangkat nya? " tanya Gladis tak bersemangat.
"Besok".
"Pergi ke mana kak" kepo Gladis.
"Jerman, acara nikahan sepupu".
"Tapi kenapa lama" lirih Gladis.
"Selain acara nikahan ada acara ulang tahun perusahaan kakek, jadi kami harus pulang kesana semua" kata Alex.
"Yah... beneran gak bisa ketemu awal masuk sekolah dong" batin Gladis kesal.
*******
"MAAAA....!!! " teriak seorang gadis cantik di dalam mansion yang sangat mewah, suara nya yang sangat keras benar-benar memekak kan telinga.
TIK!!
"Sshh... " gadis itu meringis pelan ketika mendapat sentilan di kepalanya.
"Kenapa kerjaan mu teriak terus tiap hari hah?! " ucap si pelaku yang menyentil kepalanya, siapa lagi kalau bukan papa nya.
"Napa sih Lexa teriak-teriak, sakit tau gak kuping mama dengar suara cempreng kamu" mama nya ikut mengomeli sang anak yang kerjaan nya berteriak tiap hari. Dia tadi di dapur sedang membantu para pelayan menyiapkan makan malam tapi malah terganggu dengan teriakan sang anak yang membahana.
"Ada orang gila ma" ucap Alexa panik sambil memegang tangan sang mama.
"Orang gila? " bingungnya lalu menoleh pada sang suami untuk memastikan berita itu.
"Satpam penjaga gerbang gak sesenggang itu biarin orang gila masuk ke kawasan rumah kita" ucap papa, dia ikut heran dengan pernyataan putrinya ini.
"Mama sama papa gak percaya? " tanya Alexa, kedua orang tua nya hanya saling pandang, mereka ragu untuk memercayai ucapan sang putri. Lagian tidak mungkin orang gila bisa masuk ke mansion mereka karena tak sembarang orang bisa masuk dan bertamu ke mansion mereka. Jangan kan orang gila, mitra bisnis keluarga mereka saja hanya orang-orang terpilih saja yang bisa masuk.
"Tuh! Orang gila nya lagi duduk nyantai di sofa" ucap Alexa sambil menunjuk ke arah sofa yang sedikit jauh dari tempat mereka berdiri. Terlihat di sana Alex sedang menelpon seseorang sambil tersenyum-senyum. Mama dan papa nya tidak bisa berkata-kata setelah melihat apa yang di maksud sang anak.
"Lihat kan? mana senyum-senyum lagi, apa mulut nya gak pegal? Aku teriak tadi aja dia kayak nya gak dengar, memang kalau udah jatuh cinta itu semua nya jadi tuli. ck.. ck.. " cerocos Alexa panjang lebar sambil matanya terus menatap sang kakak yang duduk di sofa. Omong-omong tempat Alex duduk memang terlihat di tempat Alexa dan orang tua mereka berdiri.
"Haaiihhh... kasian banget boneka aku, lama-lama botak dia tanpa bulu" celutuk nya lagi, merasa kasihan dengan boneka nya yang jadi korban. Bagaimana tidak, Alex menelpon sambil senyam-senyum tapi tangannya malah bekerja mencabut bulu boneka milik Alexa. Untung bukan boneka kesayangan kalau gak, Alexa bakal balas botakin kepala alex, pikir Alexa.
TIk!!!
"Sshh... kok di ketuk sih ma" ucap Alexa sambil mengelus kembali kepala nya. kali ini mama sebagai pelaku sentilan di kepalanya.
"Kamu sih... seharusnya kamu bersyukur kakak mu udah normal, bukannya malah ngatain dia gila" ucap mama kesal, Alexa cemberut mendengar ucapan sang mama.
"Normal apaan, malah keliatan makin gila" ucap Alexa pelan tapi masih bisa di dengar oleh orang tuanya. Mama dan papa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan putrinya.
"Tapi papa jadi penasaran, kira-kira siapa cewek yang bisa hancurin hati Alex" ucap papa yang sejak tadi diam.
"Luluhin pa bukan hancurin" ucap Alexa dan mama barengan.
"Sama aja"
"Ck! Sama dari mananya coba? Gini nih kalau udah lama gak sekolah, semua nya jadi sinonim" celetuk Alexa. Papa yang mendengar itu mengangkat tangan nya ingin menyentil lagi kepala anak nya, tapi Alexa dengan cepat berlindung di belakang sang mama. Membuat papa semakin kesal.
"Udah biarin aja Alex, dia pasti tau cewek yang dekat dengan nya itu gimana. yang penting kita jangan halangin mereka" ucap mama yang di angguk setuju oleh papa dan Alexa.
"Tapi ma kalau misal kan cewek itu gak baik gimana? " tanya Alexa.
"Kakak mu bukan orang bodoh, mama percaya dia bisa menilai dengan baik. Kalau misal kan pilihannya salah, kita jangan menjudge nya, tapi kita kasih dia semangat agar dia tidak memandang semua perempuan itu buruk. "
*******