Lolly Zhang, seorang dokter muda, menikah dengan Chris Zhao karena desakan keluarga demi urusan bisnis. Di balik sikap dingin, Chris sebenarnya berusaha melindungi istrinya. Namun gosip perselingkuhan, jarak, dan keheningan membuat Lolly merasa diabaikan.
Tak pernah diterima keluarga suaminya dan terus disakiti keluarganya sendiri, Lolly akhirnya nekat mengakhiri pernikahan tanpa hati itu.
Akankah cinta mereka bersemi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Tidak lama kemudian, Lolly turun dari mobilnya dengan langkah limbung. Dahinya tampak lebam akibat terbentur kaca depan, sedikit darah merembes di ujung alisnya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan rasa pusing.
Dari mobil lain, Neliza juga keluar sambil menahan perutnya dengan wajah panik. Tubuhnya sedikit gemetar, namun matanya menatap tajam ke arah Lolly.
“Nona, apa Anda baik-baik saja?” tanya Lolly sambil menghampiri dengan nada khawatir.
Namun begitu pandangannya jatuh pada wajah wanita itu, langkahnya terhenti.
Seketika, bayangan foto yang pernah ia terima di ponselnya—seorang wanita tersenyum di sisi Chris Zhao, suaminya—terlintas jelas di benaknya.
“Bagaimana kau bawa mobil? Apakah tidak bisa mengikuti peraturan? Kalau tidak bisa, jangan bawa mobil! Biar tidak menyusahkan orang lain!” bentak Neliza dengan nada tinggi.
Lolly menatapnya tenang meski tubuhnya masih terasa sakit. “Nona, aku berada di jalur yang tepat. Mobilmu yang datang dan menabrakku. Jangan menyalahkan orang lain atas kelalaianmu,” jawabnya pelan namun tegas.
Neliza mengangkat dagunya, nadanya semakin tajam. “Apakah kau tahu aku ini wanita hamil? Tunanganku akan datang sebentar lagi. Kau siap-siap saja menghadapi akibatnya!”
“Hamil?” gumam Lolly lirih.
Suara itu nyaris tak terdengar, namun cukup untuk membuat dadanya terasa sesak.
Neliza melanjutkan dengan nada angkuh, seolah ingin menunjukkan siapa yang berkuasa. “Kalau tidak puas, hubungi saja polisi. Di sini ada rekaman CCTV, mereka bisa menyelidikinya. Tapi percayalah, dalam kandunganku ini ada darah daging seorang pengusaha sukses, Chris Zhao. Siapa yang tak mengenalnya?”
Ia tersenyum sinis. “Bagaimanapun juga, kau tetap akan disalahkan. Kalau saja terjadi sesuatu pada kandunganku, maka kau yang akan bertanggung jawab sepenuhnya.”
Kalimat itu menghantam Lolly seperti petir di siang bolong.
Chris Zhao.
Nama itu keluar dari mulut wanita di depannya—wanita yang mengaku sedang mengandung anaknya.
Dadanya terasa perih, tapi wajahnya tetap berusaha tegar.
“Chris Zhao… kau benar-benar hebat. Kita bahkan belum bercerai, tapi kau sudah menghamili wanita lain. Dan masih punya keberanian memintaku memberi anak untukmu,” batin Lolly getir.
Ia mengeluarkan ponselnya dengan tangan gemetar, lalu menekan nomor panggilan.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Neliza dengan nada waspada.
“Memanggil polisi,” jawab Lolly datar tanpa menatapnya. “Biar mereka yang menyelidiki siapa yang salah dan siapa yang harus bertanggung jawab.”
Neliza mendengus sinis. “Lakukan saja. Tapi setelah tunanganku datang… kita lihat nanti, siapa yang akan dia bela.”
Beberapa saat kemudian, Chris dan Marco tiba di lokasi kejadian. Sirene ambulans terdengar di kejauhan, namun suasana di jalan masih tegang. Beberapa orang mulai berkerumun di sekitar dua mobil yang penyok di bagian depan.
Chris turun dari mobil dengan wajah khawatir. Begitu pandangannya menangkap sosok wanita yang berdiri di tepi jalan dengan dahi lebam, langkahnya terhenti.
“Lolly?” suaranya nyaris tercekat, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Lolly hanya menatap sekilas, sebelum memalingkan wajah dan menatap ke arah lain tanpa sepatah kata pun.
“Chris, akhirnya kau datang,” ucap Neliza dengan suara lembut bercampur manja. Ia mendekat sambil memegangi perutnya. “Dia tidak bisa membawa mobil, jadinya aku yang celaka. Perutku sakit sekali…”
Tanpa malu, Neliza langsung memeluk Chris di depan Lolly.
Wajah Chris menegang. Ia segera melepaskan pelukan itu dengan dingin.
“Seharusnya kau panggil ambulans, bukan malah berdiri di sini dan menyalahkan orang lain!” suaranya tegas, membuat Neliza terdiam sejenak.
Chris kemudian beralih menghampiri Lolly. “Kau baik-baik saja?” tanyanya pelan.
Lolly menatapnya datar, suaranya tenang tapi menusuk.
“Tunggu polisi datang. Aku ingin kasus ini diselidiki dengan adil, tanpa ada yang memanfaatkan kekuasaan untuk memutarbalikkan keadaan.”
Nada sindiran itu jelas mengarah padanya.
Chris terdiam, tidak mampu membalas.
“Chris, apakah kalian saling kenal?” tanya Neliza, berpura-pura terkejut meski matanya menatap tajam ke arah Lolly.
“Lolly adalah istriku,” jawab Chris akhirnya, tegas namun berat.
“Istrimu?” Neliza tersenyum kaku. “Aku… aku tidak tahu. Kalau tahu, aku pasti akan mengalah.”
Lolly menoleh dengan pandangan tajam.
“Mengalah? Seakan-akan kau adalah korban? Mobilku ditabrak olehmu, dan kau bicara soal mengalah? Jalan ini punya aturan, Nona. Bukan tempat untuk bertindak sesuka hatimu.”
Chris berusaha menenangkan, meski suaranya terdengar lembut.
“Lolly, yang penting kau tidak terluka.”
Neliza buru-buru menimpali dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat. “Chris, lihat, istrimu marah padaku. Aku salah… aku akan minta maaf.” Ia mendekati Lolly dengan langkah gemetar yang terkesan dramatis.
Namun Lolly mengangkat tangannya, menghentikan langkah wanita itu.
“Tidak perlu, Nona. Aku tidak layak menerima permintaan maafmu. Aku tidak ingin ada yang sakit hati.”
Nada suaranya datar, tapi tajam—menyindir keduanya sekaligus.
Chris hanya bisa terdiam, menatap kedua wanita itu bergantian.
Di sisi lain, Marco yang memperhatikan dari dekat menelan ludah gugup.
“Gawat… Neliza tiba-tiba muncul, Nyonya pasti sudah salah paham tentang hubungan mereka,” batinnya dengan cemas.
Neliza menatap mobil yang penyok dengan nada sinis, lalu menoleh ke arah Lolly.
“Kakak, mobilmu sudah rusak. Bagaimana kalau aku belikan mobil baru untukmu?” sindirnya sengaja, suaranya manja namun penuh makna.
Lolly menatap dingin tanpa tergoyah.
“Beli mobil untukku? Tidak perlu. Serahkan saja ke polisi yang untuk menyelidiki,” jawabnya singkat.
Chris melangkah maju, gerak tubuhnya penuh perhatian. “Kalau mobilmu sudah tidak bisa dipakai, kau akan kesulitan ke mana-mana. Biar Marco yang mengantarmu. Aku akan carikan mobil baru,” tawarnya, mencoba menengahi.
“Aku tidak butuh mobil baru. Aku hanya butuh keadilan,” tegas Lolly, suaranya tenang tapi tegar.
Neliza tampak gusar, ia mencoba menyelamatkan muka. “Chris, kakak sudah marah padaku, pasti karena dia tidak suka kita saling kenal. Kalau begitu aku akan pergi saja,” ujarnya, berusaha bersikap manja demi menutupi rasa terpojok.
Lolly menatapnya. “Pergi atau tidak itu urusanmu. Setelah masalah ini selesai, kau bebas mau ke mana saja. Yang penting sekarang serahkan kasus ini kepada pihak berwajib,” jawabnya jelas.
Chris menoleh ke arah istrinya, ragu sejenak. “Lolly, Neliza kenalanku. Aku yang akan mengantarmu, aku akan mengantarmu ke rumah sakit dulu,” katanya lembut.
Seketika nada Lolly berubah lebih tegas, matanya menatap Chris lurus. “Chris Zhao, kau takut kalau aku lapor polisi lalu namamu ikut terseret? Aku tak peduli dia kenalanmu atau bukan. Yang jelas aku ingin dia mengaku salah dan bertanggung jawab.”
"Apa yang kau inginkan?" tanya Chris.
Ada keheningan singkat. Lolly mengeluarkan kunci mobil dari tas, lalu menyerahkannya ke tangan Chris dengan gerakan yang tenang namun bermakna.
“Baiklah. Aku bukan orang yang tidak punya kerjaan. Perbaiki kerusakannya. Dia kenalanmu, bukan? Kalau begitu kau yang bertanggung jawab. Setidaknya aku memberimu muka,” ucapnya sebelum melangkah pergi.
Chris menggenggam kunci itu. “Lolly, Marco akan mengantarmu,” katanya
“Tidak perlu,” jawab Lolly singkat sambil menatapnya satu kali. “Ingat, besok kita berjumpa di kantor sipil. Jangan membuang waktuku lagi."
saya sudah vote
😄😄