Dona Agnesia dan Bayu Wirawan adalah sepasang kekasih yang gemar sekali berpetualang. Mereka ikut dalam klub pencinta alam di Kampus mereka. Mereka sudah bersama selama lima tahun, dan selama itu pula banyak gunung yang sudah mereka daki. Sampai pada akhirnya mereka memilih untuk mendaki Puncak Cartenz, salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Pada akhirnya keinginan mereka pun tercapai, tapi di Gunung itu pula akhirnya kisah Cinta mereka harus dipisahkan oleh kematian. Sang kekasih hati pergi untuk selama- lamanya dalam pelukan Cartenz. Apakah Dona bisa menerima kepergian sang Kekasih? dan apakah Dona bisa membuka hatinya untuk Cinta yang baru. baca terus kelanjutan ceritanya hanya di NT.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21. KEJUJURAN 2
"Dan tante mau meminta sesuatu dari kamu, bisakah kamu meninggalkan Bayu dan kembali dengan Gege...??"
"A-apa...??"
"Ma-maaf tante, aku tidak bisa meninggalkan Bayu seorang diri. Memang betul awalnya aku tidak ada perasaan apapun dengannya tapi sekarang aku sadar kalau aku mulai jatuh cinta kepadanya."
"Sekali lagi maafkan aku tante, aku memang pernah begitu menyayangi Gege dan berharap bisa segera bertemu dengannya. Tapi kali ini Gege datang di saat yang tidak tepat, dia datang di saat hatiku sudah bisa menerima Bayu." Jelasku kepada tante Dinda.
"Uhhh... baik Dona! tante mengerti dan tante akan mendukung apapun keputusanmu. Bayu juga anak tante walaupun hanya anak tiri, tante menyayanginya dengan tulus. Tante hanya minta satu, kamu harus bicara jujur kepada Bayu tentang masa lalu kamu dengan Gege." Pesan tante Dinda dengan tegas kepadaku.
"Baiklah tante, saya berjanji akan menceritakan masa laluku kepada Bayu, agar dia jangan salah paham."
"Oke kalau begitu, kita masuk ke dalam rumah ya? Sepertinya Gege sudah selesai mandi." Ucap tante Dinda.
Akhirnya aku pun menurut dan mengikuti tante Dinda sampai di ruang makan. Sesampainya kami di ruang makan ternyata sudah ada om Mike, Bayu, dan kak George.
"Eehhh... mereka semua sudah di sini. Ayo sayang, kita makan malam bersama." Ajak tante Dinda. Baru saja aku mau berjalan ke arah meja makan, tiba-tiba kak George dan Bayu sama-sama menarik kursi dan berkata, "Dona, duduk di sini?" aku sampai terdiam begitupun dengan om Mike dan tante Dinda.
"Eh, maaf aku keceplosan! Dona, duduklah di samping Bayu." Ucap kak George.
Aku pun segera duduk di samping Bayu, dan disitu aku melihat Bayu menatap kak George dengan tatapan yang tajam, sedangkan kak George berusaha untuk menutupi kegugupannya.
'Ya Tuhan, semoga Bayu tidak curiga dengan kak George.' aku berjanji sepulang dari sini, aku akan menceritakan semuanya kepada Bayu.
Tante Dinda pun yang melihat itu berusaha menutupi kecanggungan kami bertiga.
"Dona, George senang karena nantinya kamu akan menjadi bagian dari keluarga ini, makanya dia sampai memintamu duduk di sebelahnya. Apalagi George tidak ada adik perempuan, makanya dia bahagia sekali. Setiap hari yang dilihatnya Bayu terus kan bosan juga, hahaha...!!" Jelas tante Dinda sambil tertawa terbahak-bahak.
Akhirnya candaan tante Dinda itu membuat kami yang tadinya canggung jadi merasa nyaman dan akhirnya terlibat dalam obrolan yang menarik dan lucu.
Tante Dinda memang dari dulu aku lihat dia adalah pribadi yang sangat baik, tegas, dan juga humble. Hanya saja saat om Herman meninggal, ayahnya kak George. Tante Dinda menjadi pribadi yang pendiam dan juga pemurung, bahkan dia sering menangis kalau lagi duduk-duduk sendiri.
Kalian pasti bertanya, kok aku bisa tau?
Iya jelas aku tau, karena waktu kecil aku sering diajak Gege ke rumah. Dan karena diajak ke rumah itulah aku dan Gege sering melihat tante Dinda menangis sambil memegang foto om Herman.
Tapi hari ini ketika aku bertemu lagi dengan beliau, aku melihat lagi sosok tante Dinda yang dulu sudah kembali kepada dirinya.
"Bayu, kamu jangan salah paham ya?" ucap tante Dinda sambil mengelus tangan anak tirinya itu.
"Gak kok ma, Bayu mengerti! Makanya George cepetan deh cari pacar, mau sampai kapan sendiri terus." Pesan Bayu.
"Nantilah Bayu, gua belum nemuin cewek yang cocok." jawab George sambil melirikku, dan aku pun hanya terdiam, tanpa mau menanggapi kata-katanya.
Setelah makan malam kami selesai, aku masih sempat berbincang-bincang bersama mereka di ruang tamu sambil menikmati puding buah buatan tante Dinda.
"Dona, gimana kalau kamu sama Bayu tunangan dulu?" pertanyaan om Mike membuatku hampir saja keselek buah yang ada di puding ini.
'Uhuk... uhuk....'
"Dona, ini minum dulu?" ucap Bayu sambil memberikan minuman dan juga mengurut punggungku.
"Papa apa-apaan sih! mereka dua saja baru mengecap bangku kuliah, kamu malah minta mereka tunangan. Memangnya tunangan itu gampang ya? kan harus meyakini dari hati mereka berdua dulu. Apakah bener hubungan mereka mau dibawa ke jenjang yang lebih serius atau gimana? Dan harus ketemu dulu sama Orang tuanya Dona untuk menanyakan tentang lamaran ini." Jelas tante Dinda panjang lebar.
"Kalau Bayu sih setuju ya, ma. Tapi entahlah dengan Dona?" ucap Bayu.
"Aku harus bicara dengan kedua Orang tuaku dulu kalau mereka setuju, om dan tante bisa datang ke rumah untuk melamarku."
"Tapi apakah kalian sudah yakin dengan perasaan kalian berdua?" Tanya tante Dinda.
"Aku yakin ma, karena aku memang sangat menyayangi Dona. Kita bisa bertunangan dulu dan setelah kami lulus kuliah aku akan menikahinya." Jawab Bayu sambil tersenyum penuh cinta kepada Dona.
"Aku akan bicarakan semuanya dengan kedua Orang tuaku, kalau mereka setuju maka kita akan bertunangan."
"Baiklah Dona, om dan tante tunggu kabar baik dari kamu." Ucap om Mike.
"Karena sudah malam, aku pamit untuk pulang." Pamitku kepada mereka semua, dan aku melihat wajah kak George yang seperti memendam kesedihan
"Baiklah Dona, Bayu akan mengantarkanmu. Kamu hati-hati ya sayang, salam untuk kedua Orang tuamu." Pesan tante Dinda sambil memelukku.
Mereka mengantarkan aku sampai di teras rumah. Setelah itu aku langsung naik ke dalam mobil untuk pulang ke rumah.
"Sayang, kamu lihat kan papa dan mama menyukaimu dan menerimamu dengan baik." Ucap Bayu.
"Iya sayang, terima kasih." Ucapku sambil tersenyum kepadanya.
"Terima kasih untuk apa?" tanya Bayu kembali.
"Terima kasih karena telah memberikan aku keluarga ya baik sama seperti keluargaku. Apakah kamu serius ingin bertunangan denganku?" tanyaku kepadanya,
"Kamu belum percaya dengan perasaanku kah, sayang?" tanya Bayu sambil menggenggam tanganku.
"Aku percaya, hanya saja kita kan masih kuliah?"
"Tidak masalah sayang! buatku dengan pertunangan itu akan membuatku semangat untuk menjalani hari-hariku di kampus. Karena setiap hari aku akan selalu bertemu dengan bidadari sepertimu."
"Gombal kamu sayang! aku hanya takut kita kebablasan."
"Hahaha... kamu harus percaya padaku sayang, aku tidak akan melakukan hal itu sebelum kita resmi menjadi suami-istri."
"Baiklah Bayu, aku akan coba berbicara dengan kedua orangtuaku, semoga saja mereka percaya. Tapi, kamu yakin tidak akan pernah bosan denganku?" tanyaku lagi.
"Tidak akan pernah sayang," jawabnya sambil mencium tanganku dengan pandangan terus ke depan.
"Kita akan mengisi hari-hari kita dengan kegiatan yang tidak akan pernah membuat kita merasa bosan dengan hubungan ini." Tambahnya lagi.
"Baiklah sayang, tapi ada sesuatu yang harus aku bicarakan denganmu. Sebelum kita bertunangan, aku akan jujur kepadamu tentang suatu hal."
"Apa itu?" tanyanya sambil melihat ke arahku.
"Sebenarnya aku sudah lama kenal dengan tante Dinda dan juga kak George. Dan kak George itu adalah cinta pertamaku."
CIIIITTTT.......
"APA....??"
***BERSAMBUNG***