NovelToon NovelToon
Rahim Titipan

Rahim Titipan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:37.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

Aaric seorang CEO muda yang belum terpikir untuk menikah harus memenuhi keinginan terakhir neneknya yang ingin memiliki seorang cicit sebelum sang Nenek pergi untuk selama-lamanya.
Aaric dan ibunya akhirnya merencanakan sesuatu demi untuk mengabulkan keinginan nenek.
Apakah yang sebenarnya mereka rencanakan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memeluk.

"Kita berdua akan tidur di kasur ini, tidak ada yang akan tidur di lantai." Aaric mengulangi perkataannya.

"Tapi.." Naina terlihat bingung.

Aaric tak menghiraukan ucapan Naina, dia membuka jas yang dipakainya, lalu menggantungkannya pada paku di dinding kemudian duduk di tepi kasur sambil membuka sepatu dan kaos kaki, membuka dasi dan menggulung kemeja hitam yang dipakainya, dari wajahnya Naina bisa lihat kalau suaminya itu nampak sangat lelah.

Semua itu karena sebelum mereka kesini, Aaric tetap harus ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya dulu, hingga menjelang sore Aaric baru bisa kembali ke rumah untuk menjemput Naina lalu pergi kesini.

Ditambah Aaric harus menyetir sendiri selama kurang lebih 2 jam perjalanan karena jarak kota dan Panti Asuhan yang berada di pinggiran kota cukup jauh, sudah pasti membuat dirinya semakin letih.

Naina melihat Aaric merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Apa Anda membutuhkan sesuatu?" tanya Naina.

Aaric langsung terbangun dan duduk mendengar pertanyaan Naina, dia lalu menatap wajah istrinya itu dengan tajam

"Sampai kapan kamu akan bersikap canggung seperti ini padaku? jangan panggil aku dengan sebutan 'Anda' lagi, terdengar seperti aku ini sudah sangat tua sekali," ucap Aaric terlihat kesal.

"Padahal usia kita hanya selisih sebelas tahun saja, tidak terlalu jauh menurutku," tambah Aaric lagi.

"Maaf, bukan seperti itu, aku hanya merasa tidak enak saja," jawab Naina terbata-bata.

Aaric mendengus.

"Aku tidak butuh apapun, aku hanya ingin tidur sekarang," Aaric kembali merebahkan tubuhnya.

"Tapi kamu belum makan." Naina terbata mengucapkannya.

Aaric kembali terbangun dan duduk, namun kali ini dengan wajah yang nampak berseri.

"Itu lebih enak untuk di dengar, aku suka." Aaric tersenyum melihat Naina.

Naina tampak ikut tersenyum kecil lalu menunduk karena malu karena Aaric yang terus menatap wajahnya.

"Baru kali ini aku melihatmu tersenyum, dan kamu terlihat semakin cantik."

Pipi Naina tampak merah merona.

"Aku pergi dulu, membantu ibu menyiapkan makan malam."

Aaric mengangguk dengan mata yang terus melihat Naina hingga hilang di balik pintu.

Untuk ketiga kalinya Aaric kembali merebahkan tubuhnya pada kasur, matanya menatap langit-langit kamar sambil sesekali tersenyum sendiri.

"Sepertinya apa yang dikatakan Dani benar, aku sudah mulai jatuh cinta pada Naina."

***

Setelah melaksanakan sholat Maghrib berjamaah dan mengaji di mesjid di samping bangunan utama Panti, para pengurus lalu menggiring anak-anak menuju ruang makan untuk makan malam bersama.

Di ruangan besar yang lebih nampak seperti kantin, dimana terdapat banyak bangku dan kursi yang berjejer rapi, nampak anak-anak sedang mengantri untuk mengambil makanan yang disajikan, Naina berdiri dengan wajah ceria memberikan mereka piring dan membantu mengisi nasi.

"Apa suamimu tidak makan?" tanya Farida mengagetkan Naina.

"Katanya tidak lapar Bu, dia sedang beristirahat di kamar."

Farida menatap Naina.

"Ibu tidak menyangka sekarang kamu sudah menikah, ibu jadi tenang karena sudah ada seseorang yang akan menjagamu."

Naina tersenyum, lalu mendekati dan memeluknya.

"Semoga kamu bahagia dengan rumah tanggamu."

"Terima kasih Bu."

***

Naina berjalan dengan sangat perlahan memasuki kamarnya sambil membawa tikar tipis dan sebuah bantal yang dibawanya dari luar, dia lalu membentangkannya juga dengan pelan tidak ingin Aaric yang tengah tertidur pulas terbangun karenanya.

Naina bersiap untuk tidur di atas tikar tipis itu, dia nampak sudah duduk untuk membaringkan tubuhnya.

"Sudah kubilang tidurlah disini." Naina terperanjat mendengar suara Aaric yang rupanya terbangun.

"Aku tidur disini saja, tempat tidur itu kecil, kita berdua tidak akan muat tidur disana."

Aaric langsung menggeser badannya, memberi ruang yang cukup untuk Naina tidur disampingnya.

"Naiklah atau aku yang akan turun dan kita berdua akan tidur di tikar tipis itu."

Naina tahu jika itu bukan hanya sekedar ancaman saja, dia tahu jika dirinya tidak menuruti perkataan Aaric, maka suaminya akan benar-benar turun ke bawah dan tidur bersamanya di atas tikar itu.

Naina beranjak dari duduknya, berdiri perlahan mendekati tempat tidur lalu duduk diatasnya. Terdiam sejenak karena Naina tidak berani langsung membaringkan tubuhnya disana.

"Tidurlah, aku tidak akan macam-macam," ucap Aaric.

Dengan ragu Naina merebahkan tubuhnya di samping Aaric, dia memiringkan badan membelakangi suaminya, berusaha agar tubuh mereka tak saling bersentuhan, melihat itu Aaric mengulum senyum.

Naina tampak tegang, badannya sedikit gemetar, kedua tangannya meremas ujung bantal yang ditidurinya.

"Apa ibumu mempercayai kita?"

"Iya.."

"Syukurlah," jawab Aaric.

"Oh iya. Terima kasih karena kamu mau aku ajak bersandiwara di depan Ibu. Meyakinkannya jika kita saling mencintai"

Aaric tersenyum.

"Kamu menyebutnya sandiwara?" tanya Aaric melirik Naina.

"Kita memang bersandiwara tadi." jawab Naina datar.

"Bagian yang mana yang kamu anggap itu adalah sandiwara?"

Naina diam sejenak tak mengerti."

"Semuanya." jawab Naina datar.

"Pernikahan kita?"

"Itu juga sandiwara kan? kita menikah hanya agar tidak melawan norma agama, agar apa yang akan kita lakukan nanti dihalalkan oleh agama kita."

Aaric yang kaget langsung mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada siku tangannya, dia melihat Naina yang membelakanginya.

"Jadi kamu tidak menganggap bahwa pernikahan kita sesuatu yang sakral?"

Naina menggelengkan kepalanya, membuat Aaric nampak sangat kesal.

"Sepertinya hanya aku saja yang selama ini berpikir sendiri mencari tahu tentang apa makna dan arti dari sebuah pernikahan yang sesungguhnya," Aaric membaringkan kembali tubuhnya pada kasur, memiringkan tubuhnya membelakangi Naina.

Aaric merasa kecewa karena sebenarnya Naina menganggap pernikahan mereka juga adalah sandiwara

Naina nampak mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan maksud ucapan suaminya.

Keduanya sama-sama terdiam, dengan saling membelakangi mereka akhirnya terlelap tidur.

Tengah malam.

Aaric membuka mata karena merasa ada tangan seseorang yang menindihnya, dia lalu melirik dan merasa kaget mendapati wajah Naina berada tepat di samping wajahnya.

Rupanya Naina yang sudah tertidur pulas tak sadar telah memeluk Aaric dengan sebelah tangannya.

Aaric tersenyum memandangi wajah Naina yang tertidur pulas sambil memeluknya dan dia sengaja membiarkan tangan itu terus memeluk dirinya karena entah mengapa Aaric merasa sangat bahagia, hal itu juga semakin membuatnya yakin jika dirinya memang telah jatuh hati pada istrinya itu.

Aaric berusaha untuk tidak bergerak, dia tidak ingin melakukan gerakan sekecil apapun agar Naina tidak terusik dan akhirnya bangun dari tidur pulasnya, Aaric masih ingin menikmati momen penting ini, dimana ini kali pertama baginya bisa berada sedekat ini dengan Naina.

Tiba-tiba Naina sedikit bergerak, Aaric cepat-cepat menutup mata berpura-pura tertidur pulas.

Naina tersentak mendapati dirinya tengah tertidur sambil memeluk Aaric, dia langsung menarik tangannya pelan lalu membalikkan tubuhnya membelakangi suaminya itu.

Naina tampak menggerutu dalam hati, memaki dirinya sendiri karena tidur dengan sangat pulas hingga tak menyadari jika telah tidur sambil memeluk Aaric di sampingnya.

"Ya ampun, apa yang telah aku lakukan? Mudah-mudahan dia tidak tahu jika aku memeluknya tadi"

1
ROSYAH
saya pernah baca tapi ini mau baca yg ke dua kalinya
Ds Phone
hanya anak jadi ubat nya
Ds Phone
kenapa keritis
Ds Phone
jumpa kau ni lagi hantu
Ds Phone
jangan harap kau kena cukup cukup dulu
Ds Phone
dia orang nya rupa nya
Ds Phone
itu angan angan dia fari kecil
Ds Phone
apa dia agak nya
Ds Phone
gila cinta habis
Ds Phone
ni satu lagi musuh meraka
Ds Phone
dia sayang ibu dia
Ds Phone
dia dah tahu rupa nya
Ds Phone
perumpuan tu tak habis habis buat jahat
Ds Phone
yang jahat bini dia
Ds Phone
apa yang dia buat pulak
Ds Phone
meraka bertemu
Ds Phone
kau kacau lagi anak kau bini kau tu no satu nya
Ds Phone
dah jumpa pulak
Ds Phone
emak dia ni buat kacau lah dengan masalah dia lagi
Ds Phone
dia pun rindu tapi keras kepala
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!