NovelToon NovelToon
Selena

Selena

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Reinkarnasi / Enemy to Lovers / Mengubah Takdir
Popularitas:904
Nilai: 5
Nama Author: aulia indri yani

Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 03

Arsa tetap ditempat, memandangi wajah Selena dengan raut wajah tak bisa terbaca.

"Kenapa kau menangis gadis bodoh?" pertanyaan Arsa membuat Selena tersentak, segera menghapus air matanya dan berpura-pura tegar.

"Kelilipan." sahut Selena tajam mencoba mempertahankan sikap galaknya pada Arsa.

Arsa hanya terkekeh muram mendengar alasan Selena. "Selain kau dimabuk tunanganmu, kau juga payah dalam hal berbohong." ia menjentikkan jarinya didahi Selena.

Selena memekik sakit, membalas dengan memukul dada Arsa dengan kasar. "Sakit Arsa!" bentaknya dengan marah, kesal sekaligus.

Arsa hanya terkekeh lagi, memasukkan kedua tangannya disaku. "Ada apa dengan pipimu? apa aspal mencium pipimu?"

Arsa hanya penasaran mengapa pipi Selena tampak merah dan lebam, ini pasti kaitannya dengan Davin atau Karina. Meski Arsa mencoba bertanya dengan nada tidak tertarik.

"Davin menamparku, dia membela adik tiriku." jawab Selena santai, ia tak mau menjadi wanita pengadu seperti Karina.

"Kemajuan." bisik Arsa, membuat Selena tersentak dengan halis terangkat.

"kemajuan apa?" tanya Selena tajam, Arsa hanya memutar matanya dengan seringai tajam.

"kemajuan karena Davin menamparmu, biasanya dia hanya memaki mu." ia terkekeh—meski dipaksakan membuat Selena melotot.

Tangan Arsa terangkat Tampa sadar, menyeka lembut air mata tersisa yang ada dipipi Selena. "Kau sangat jelek saat menangis, seperti nenek sihir." sahutnya lembut sebelum Arsa memutuskan untuk pergi dari hadapan Selena.

Kepala Selena menoleh, ia bingung harus tersanjung atau kesal pada Arsa. Sikapnya yang lembut saat menghapus air matanya mengingatkan kembali masa lampau sebelumnya bagaimana Arsa yang satu-satunya peduli padanya.

Ia menatap punggung besar Arsa, punggung yang menyebalkan namun rasanya tak lagi menyebalkan seperti dulu.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Kelas olahraga tiba—Selena benar-benar tidak semangat bagaimana kelasnya harus berolahraga dengan kelas Karina.

Karena guru olah raga yaitu guru Juan akan ada pertemuan guru, maka dari itu menyatukan kelas bersamaan. Lagi pula ini pelajaran kedua kelas sama meski beda tingkatan.

Selena dengan muak Karina mendekatinya—senyuman manisnya membuat semua orang prihatin dan ikut tersenyum bagaimana orang-orang selalu menganggap Karina sebagai saudara tiri yang baik.

Selena benci ini, akan banyak drama. Dan Karina pasti sudah merencanakan hal lain.

Sisi lain Davin duduk dibangku tribun—dia melewati kelasnya hanya demi memperhatikan Karina, terlalu khawatir keadaan Karina yang rapuh.

Bahkan Davin sudah menyiapkan air, handuk, obat-obatan dan sebungkus roti. Ia melupakan fakta bahwa orang yang dicintainya—selena ia tak anggap. Terlalu fokus pada Karina.

olahraga hari ini bertema lari jarak jauh, Davin sempat protes karena Karina mungkin tak akan sanggup untuk berlari jauh.

Namun Juan melihat keadaan Karina baik-baik saja. Tak mengkhawatirkan, jika ada masalah Karina bisa langsung dibawa keruang perawatan.

Davin menyerah, ia hanya bisa menunggu dengan gelisah dibangku.

"Selena, Karina dan Melinda." Ucap Juan mencari peserta lomba lari, membuat semua orang hanya menyemangati Karina.

mereka bertiga bersiap digaris awal—melakukan bersedia, sesekali Karina melambaikan tangan kepada Davin. Sementara Selena hanya memandangi tajam Davin, ia tidak cemburu. Ia hanya kecewa bagaimana Davin bisa begitu lupa akan keberadaannya.

"Aku akan membuatmu buruk dimata orang lain, kakak Selena." bisik Karina hampir tidak terdengar, tersenyum manis membuat Selena tersentak dengan marah.

"Mulai!" peluit terdengar dari wasit, membuat tiga peserta lari.

Karina unggul awal lari, menyaingi Melinda dan Selena.

Selena menggertakkan giginya—ia tak akan menyerah. Bagaimana orang-orang selalu menganggapnya lemah, dengan berusaha Selena mengejar—melewati Melinda awalnya. Hingga berhasil menyamai Karina.

Karina yang tak percaya membelalak, sementara Selena hanya fokus berlari dengan mencoba mengerahkan semua kekuatan kakinya.

"Kau tak boleh menang..." Karina mencoba mendorong Selena, membuat Selena terhuyung—ia mendorong pelan bahu Karina agar menjauh dari rute pelariannya.

Hingga keduanya terjatuh, Selena terjatuh—kakinya tergores dengan darah mengalir sementara Karina tak sadarkan diri ditempat.

Pelatih—Juan menghampiri, namun yang datang lebih dulu adalah Davin. Segera menghampiri Karina dan memeriksanya.

Mata Davin menyala dengan marah saat Selena menghampiri dengan kaki terjinjit "Selena! Mengapa kau mendorong Karina!"

Mata Selena melotot tak percaya, jelas-jelas Karina yang bersalah. "Dia lebih dulu! Dia yang mendorongku!"

Namun Davin tak mendengar, sibuk membangunkan Karina yang tak sadarkan diri. Juan menghampiri, menghalau pertengkaran lebih lanjut sementara anak-anak murid lain mulai mencela Selena.

"Kau kakak tiri yang jahat!"

"Mengapa kau begitu kasar kepada Karina? Sebenarnya apa masalahmu dengannya? Dia cukup baik denganmu!"

"Kau iblis."

Kemarahan Selena murka, ia tak suka. Ia dituduh. Ini seperti kejadian Familiar dikehidupan sebelumnya.

"Aku tidak mendorongnya, sialan!" Selena menyerbu ruang, berjongkok dihadapan Karina.

"Bangun sialan! Kau pura-pura!" bentak Selena dengan marah, Karina memainkan akting lagi menjadi orang yang lemah.

Davin yang tak terima dengan prilaku kasar Karina segera mendorong Selena menjauh. "Menjauh darinya, jalang!"

Itu adalah perkataan yang paling kasar yang Selena terima dari Davin.

"Jalang?!" sahut Selena tak terima, matanya membulat dengan marah.

Davin tak menjawab, amarahnya masih dipermukaan. Namun ia sedikit bersalah karena mengatakan hal sekejam itu pada Selena.

namun Selena sendirilah yang membuatnya hilang kendali.

"Aku akan buktikan kalian bahwa Karina hanya berpura-pura." Selena kembali ke sisi karina, ia tahu kelemahaan Karina. digelitiki dibagian perutnya.

"Kau gila?!" Bentak Davin dengan marah, ia sudah cukup bersabar.

Tak lama kemudian Karina tertawa membuat semua orang membeku, ia tidak tahan.

"Lihat?!"

Davin tak percaya, namun ia melihat Karina tetap dengan khawatir. "Hey, kau sudah bangun?"

pipi Karina merah dengan malu, namun ia tak akan membiarkan dirinya dipermalukan didepan umumnya. "Ya, kak Davin.. Kepalaku sakit sekali, aku tak bisa berbicara tadi namun aku masih setengah sadar."

Selena berdecak tidak suka. "Jelas-jelas kau hanya sandiwara."

"Cukup Selena!" bentak Davin, ia tak suka bagaimana Selena mempermainkan Karina dalam kondisi yang lemah.

"Kau kekanak-kanakan." cibir Davin kemudian, ia segera menggendong Karina ala pengantin menuju ruang perawatan.

Meninggalkan Selena dengan para murid yang bingung harus memandangi Selena dengan sisi seperti apa.

"Jangan dipikirkan Selena, kau tahu Davin sangat emosional." pelatihan Juan menepuk lembut bahu Selena, sebelum memperingati yang lain untuk mengambil giliran berlari.

Selena hanya mengangguk samar, ia sedikit lega karena ada orang yang waras melihat dirinya. Dengan langkah berjinjit ia pergi ke bangku tribun untuk istirahat lututnya terasa sangat perih.

"Hey gadis bodoh, terluka ya?" suara itu bukan dari Davin, tapi Arsa. Dengan seringainya yang menyebalkan berdiri dihadapan Selena.

Selena memutar matanya dengan jengah "Ck, kau lagi." bisiknya kesal.

Arsa hanya menyeringai, membungkuk menatap wajah Selena dari dekat. "Ya, aku selalu disini. Untuk menganggumu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!