Suara Raja Bramasta terdengar tegas, namun ada nada putus asa di dalamnya
Raja Bramasta: "Sekar, apa yang kau lakukan di sini? Aku sudah bilang, jangan pernah menampakkan diri di hadapanku lagi!"
Suara Dayang Sekar terdengar lirih, penuh air mata
Dayang Sekar: "Yang Mulia, hamba mohon ampun. Hamba hanya ingin menjelaskan semuanya. Hamba tidak bermaksud menyakiti hati Yang Mulia."
Raja Bramasta: "Menjelaskan apa? Bahwa kau telah menghancurkan hidupku, menghancurkan keluargaku? Pergi! Jangan pernah kembali!"
Suara Ibu Suri terdengar dingin, penuh amarah
Ibu Suri: "Cukup, Bramasta! Cukup sandiwara ini! Aku sudah tahu semuanya. Aku tahu tentang hubunganmu dengan wanita ini!"
Bintang Senja terkejut mendengar suara ibunya. Ia tidak pernah melihat ibunya semarah ini sebelumnya.
Raja Bramasta: "Kandahar... dengarkan aku. Ini tidak seperti yang kau pikirkan."
Ibu Suri: "Tidak seperti yang kupikirkan? Jadi, apa? Kau ingin mengatakan bahwa kau tidak berselingkuh dengan dayangmu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainul hasmirati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Bayangan Pengkhianatan
Suara hiruk pikuk para penjaga yang menyebar bagai serigala kelaparan menggema di pelataran istana. Arya berdiri membeku, merasakan dinginnya malam merasuk hingga ke tulang sumsum. Ia tahu, hidupnya telah berubah selamanya. Keputusannya untuk melindungi Bintang Senja telah menjerumuskannya ke dalam jurang pengkhianatan.
"Kau! Arya!" Kapten Garda mencengkeram bahu Arya dengan kasar, menariknya menghadap.
"Kau akan ikut denganku. Kita akan menghadap Raja sekarang juga!"
Arya tidak melawan. Ia membiarkan dirinya diseret menuju ruang tahta, tempat Raja menunggu dengan murka yang membara. Langkahnya terasa berat, setiap derap seolah mengantarkannya menuju hukuman yang tak terhindarkan.
Di ruang tahta, Raja duduk di singgasananya, wajahnya merah padam. Para penasihat kerajaan berdiri di sampingnya, bisik-bisik penuh kecemasan. Suasana tegang menyelimuti ruangan, seolah badai akan segera menerjang.
Raja Surya menggebrak sandaran singgasana, membuat semua orang terkejut.
Raja Surya "Cukup! Cukup dengan bisikan-bisikan pengecut ini! Aku ingin tahu, bagaimana bisa seorang putri, bisa menghilang begitu saja dari istana?!"
Penasihat Barata pria tua dengan janggut panjang "Yang Mulia, kami telah mengerahkan seluruh penjaga untuk mencari Putri Bintang Senja. Kami yakin dia akan segera ditemukan."
"Segera? Segera itu kapan? Setiap detik yang berlalu, kehormatanku dan kerajaan ini semakin tercoreng! Apa yang akan dikatakan kerajaan lain jika mereka tahu putriku kabur seperti seorang budak?"
Penasihat Laksmi wanita anggun dengan suara tenang "Yang Mulia, mungkin Putri Bintang Senja hanya ingin menenangkan diri. Mungkin dia merasa tertekan dengan persiapan pernikahan yang begitu mendadak."
"Menenangkan diri? Dengan kabur dari istana di tengah malam? Omong kosong! Pasti ada alasan lain. Seseorang pasti telah mempengaruhi pikirannya!"
Raja Surya menatap tajam ke arah Kapten Garda yang berdiri di dekat pintu.
"Kapten Garda, apa laporanmu? Apakah kau sudah menemukan petunjuk apa pun?"
Kapten Garda "Yang Mulia, kami sedang menyelidiki semua kemungkinan. Kami telah memeriksa semua kamar di istana dan mewawancarai semua pelayan. Sejauh ini, belum ada petunjuk yang signifikan."
Penasihat Barata "Yang Mulia, mungkin kita harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa Putri Bintang Senja telah diculik."
"Diculik? Siapa yang berani menculik seorang putri dari Kencana Loka? Ini pasti ulah musuh-musuhku yang ingin melemahkan kerajaanku!"
Penasihat Laksmi: "Yang Mulia, jangan terburu-buru mengambil kesimpulan. Kita harus mengumpulkan semua bukti sebelum menuduh siapa pun."
"Cukup! Aku tidak ingin mendengar alasan lagi! Aku ingin putriku ditemukan, dan aku ingin tahu siapa yang bertanggung jawab atas semua ini! Kapten Garda, aku memberimu waktu sampai matahari terbenam. Jika kau tidak berhasil menemukan Bintang Senja, kau akan menanggung akibatnya!"
Kapten Garda "Siap, Yang Mulia! Saya tidak akan mengecewakan Anda."
Kapten Garda membungkuk hormat dan segera meninggalkan ruang tahta. Raja Surya menghela napas panjang, wajahnya menunjukkan kelelahan dan kekhawatiran.
"Kandahar... apa yang harus kulakukan? Aku telah gagal sebagai seorang ayah. Aku telah mengecewakannya."
Raja Surya memejamkan matanya, mencoba menenangkan diri. Para penasihat kerajaan saling bertukar pandang, merasa khawatir dengan keadaan Raja Surya.
Penasihat Arya berbisik kepada Penasihat Laksmi.
"Kita harus melakukan sesuatu. Raja Surya tidak bisa dibiarkan seperti ini. Dia akan membuat keputusan yang gegabah."
Penasihat Laksmi berbisik kembali "Aku tahu. Kita harus mencari cara untuk membantu Putri Bintang Senja, tanpa membuat Raja Surya semakin marah."
Suasana tegang kembali menyelimuti ruang tahta. Badai seolah semakin mendekat, mengancam akan menghancurkan segalanya.
Dan kapten Garda telah menemukan kejanggalan pada malam itu, setelah di selidiki ternyata Arya yang membiarkan putri Bintang untuk lolos dan pergi meninggalkan istana. Kapten Garda membawa Arya menghadap ke Raja Surya.
"Arya," suara Raja menggelegar, memecah keheningan. "Apa benar kau telah membiarkan Putri Bintang Senja melarikan diri?"
Arya berlutut, menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Benar, Yang Mulia. Saya mengaku bersalah."
"Beraninya kau!" Raja murka, memukul sandaran singgasananya dengan keras. "Kau telah mengkhianati kepercayaanku! Kau tahu betapa pentingnya pernikahan Putri Bintang Senja bagi kerajaan ini?"
"Saya tahu, Yang Mulia," jawab Arya lirih. "Tapi saya tidak bisa melihat Putri Bintang Senja menderita. Dia tidak bahagia dengan perjodohan ini."
"Itu bukan urusanmu!" bentak Raja. "Kau hanyalah seorang pengawal. Tugasmu adalah melindungi putri, bukan ikut campur dalam urusan kerajaan!"
"Maafkan saya, Yang Mulia. Tapi saya melakukan apa yang saya yakini benar," jawab Arya, suaranya mulai berani.
Raja terdiam sejenak, menatap Arya dengan tatapan marah dan kecewa. "Kau telah mengecewakanku, Arya. Kau telah mengecewakan seluruh kerajaan. Atas pengkhianatanmu ini, kau akan dihukum..."
"Hukum mati!" seru Kapten Garda, menyela perkataan Raja. "Dia pantas mati karena telah berkhianat!"
Raja mengangkat tangannya, menghentikan Kapten Garda. "Tidak. Hukuman mati terlalu mudah baginya. Aku ingin dia merasakan penderitaan yang lebih besar."
Raja menatap Arya dengan tatapan dingin. "Arya, atas pengkhianatanmu ini, kau akan dipecat dari jabatanmu sebagai kepala pengawal kerajaan. Kau akan diasingkan dari istana, dan tidak diperbolehkan kembali lagi. Selain itu, kau akan membantu mencari Putri Bintang Senja. Jika kau berhasil menemukannya dan membawanya kembali ke istana, aku akan mempertimbangkan untuk meringankan hukumanmu. Tapi jika kau gagal, kau akan menanggung akibatnya."
Arya terkejut mendengar hukuman Raja. Diasingkan dari istana adalah hukuman yang berat baginya. Ia telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk kerajaan ini. Tapi ia tahu, ia pantas menerima hukuman ini.
"Saya menerima hukuman Yang Mulia," jawab Arya, menundukkan kepalanya.
"Bagus. Sekarang, pergi! Cari Putri Bintang Senja dan bawa dia kembali ke sini. Jangan kembali sebelum kau berhasil," perintah Raja.
Arya bangkit dari lututnya dan berjalan keluar dari ruang tahta. Ia merasa hancur dan putus asa. Ia telah kehilangan segalanya. Tapi ia tidak akan menyerah. Ia akan mencari Bintang Senja dan membawanya kembali ke istana, meskipun itu berarti ia harus mengkhianati perasaannya sendiri.
Saat Arya berjalan keluar dari istana, ia melihat langit mulai memerah. Fajar telah tiba, menandakan dimulainya hari yang baru. Tapi bagi Arya, hari ini adalah awal dari perjalanan yang penuh dengan bahaya dan ketidakpastian. Ia harus mencari Bintang Senja sebelum para penjaga menemukannya terlebih dahulu. Ia harus melindunginya, meskipun itu berarti ia harus mengorbankan nyawanya sendiri.
Arya menarik napas dalam-dalam dan mulai berlari. Ia berlari menuju hutan, tempat ia berharap dapat menemukan jejak Bintang Senja. Ia berlari menuju takdirnya, menuju masa depan yang tidak pasti.
Saat Arya berlari meninggalkan istana, pikirannya berkecamuk. Hukuman Raja terasa seperti cambuk yang menghantam harga dirinya. Diasingkan, kehilangan jabatan, dan yang terburuk, harus mencari Bintang Senja dan membawanya kembali ke sangkar emas. Bagaimana bisa ia melakukan itu? Bagaimana bisa ia mengkhianati perasaannya sendiri?
Namun, ia juga tahu, ia tidak punya pilihan lain. Ia telah bersumpah untuk melindungi Bintang Senja, dan ia akan menepati janjinya, meskipun itu berarti ia harus mengorbankan kebahagiaannya sendiri. Ia harus menemukan Bintang Senja sebelum para penjaga menemukannya, dan ia harus memastikan bahwa dia aman, meskipun itu berarti ia harus membawanya kembali ke istana.
Arya memasuki hutan, aroma tanah dan dedaunan basah menyambutnya. Ia mengikuti jalan setapak yang mengarah ke desa di kaki Bukit Swarna. Ia tahu, Bintang Senja pasti mencari perlindungan di sana.
Saat ia berjalan, ia mengingat kembali saat-saat ia bersama Bintang Senja di istana. Ia selalu mengagumi kecantikannya, kecerdasannya, dan kebaikan hatinya. Ia selalu ingin melindunginya dari segala bahaya, tetapi ia tahu, ia hanyalah seorang pengawal, dan ia tidak pantas untuk seorang putri.
Namun, semalam, semuanya berubah. Ia melihat Bintang Senja melarikan diri, dan ia tahu, ia tidak bisa membiarkannya pergi sendirian. Ia harus melindunginya, meskipun itu berarti ia harus mengkhianati Raja dan kerajaannya.
Saat Arya tiba di desa, ia melihat orang-orang menatapnya dengan curiga. Ia tahu, mereka pasti telah mendengar tentang pengkhianatannya. Ia tidak peduli. Ia hanya ingin menemukan Bintang Senja.
Ia bertanya kepada beberapa orang tentang seorang wanita muda yang mengenakan gaun tidur putih. Akhirnya, seorang wanita tua bernama Ibu Mirah memberitahunya bahwa Bintang Senja telah berada di gubuknya pagi ini, tetapi dia telah pergi menuju kota besar.
Arya merasa lega. Ia tahu, Bintang Senja aman untuk saat ini. Ia berterima kasih kepada Ibu Mirah dan segera melanjutkan perjalanannya menuju kota besar.
Saat ia berjalan, ia menyadari bahwa ia tidak sendirian. Ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Ia berbalik dan melihat Kapten Garda dan beberapa penjaga mengejarnya.
Arya tahu, ia tidak bisa melawan mereka. Mereka terlalu banyak, dan ia tidak bersenjata. Ia memutuskan untuk melarikan diri.
Ia berlari secepat mungkin, melompati batu-batu dan melewati pepohonan. Para penjaga mengejarnya, tetapi ia lebih cepat dari mereka.
Akhirnya, ia berhasil melarikan diri dari mereka. Ia bersembunyi di balik sebuah pohon besar dan menunggu sampai para penjaga pergi.
Saat ia yakin bahwa ia aman, ia melanjutkan perjalanannya menuju kota besar. Ia tahu, ia harus berhati-hati. Para penjaga pasti akan terus mengejarnya, dan ia tidak bisa membiarkan mereka menangkapnya.
Saat Arya tiba di kota besar, ia merasa kewalahan. Kota itu penuh dengan orang-orang, bangunan-bangunan tinggi, dan suara-suara yang bising. Ia tidak tahu harus mulai dari mana mencari Bintang Senja.
Ia memutuskan untuk pergi ke pasar, tempat ia berharap dapat menemukan informasi tentang Bintang Senja. Ia bertanya kepada beberapa pedagang tentang seorang wanita muda yang mengenakan gaun tidur putih. Akhirnya, seorang pedagang buah memberitahunya bahwa ia telah melihat seorang wanita seperti itu pagi ini, dan dia sedang mencari pekerjaan di sebuah penginapan.
Arya merasa gembira. Ia tahu, ia semakin dekat dengan Bintang Senja. Ia berterima kasih kepada pedagang buah dan segera pergi menuju penginapan.
Saat ia tiba di penginapan, ia melihat Bintang Senja sedang berbicara dengan pemilik penginapan. Ia tampak lelah dan sedih.
Arya mendekati Bintang Senja dan memanggil namanya. Bintang Senja terkejut melihatnya.