tentang dia yang ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik. kehidupan pertamanya yang di perlakukan buruk hingga mati tragis dalam penyiksaan, membuat dia bertekad untuk memperbaiki hidupnya dengan mengambil keputusan yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA
Gladis terdiam melihat sosok yang di kenalnya. "Dia... " Gladis masih mencoba mengingat siapa laki-laki tersebut. Hingga laki-laki yang dia perhatikan masuk ke minimarket di seberang jalan. Setelah berusaha dia akhirnya mengingat siapa laki-laki itu, seorang dosen muda yang terkenal jenius namun pada akhirnya di manfaatkan oleh keluarga Fandra.
Gladis ingat, 3 hari setelah kepulangan putri keluarga Fandra, Gladis pernah menguping pembicaraan tuan Gema dengan istri dan anak-anaknya. Kalau dia pernah tidak sengaja menyelamat kan seorang dosen muda yang jenius, lalu mereka berencana memanfaatkan sang dosen. Seorang laki-laki yang sangat menghormati orang yang menyelamatkan nya, itu yang tuan Gema ketahui.
"Pak tua itu selamatin tuan Thomas dari apa ya? " tanya Gladis pada dirinya sendiri. Tuan Gema tidak menceritakan secara detail tentang penyelamatan waktu itu, dia hanya mengatakan kalau tuan Thomas waktu itu dalam bahaya tapi tidak menjelaskan apa bahaya nya. Gladis menghela napas kesal, matanya masih menatap ke arah supermarket yang tuan Thomas masuk tadi, dosen itu belum keluar.
Gladis kembali berpikir, jika mengingat tentang kepulangan putri keluarga Fandra, ini sudah lewat satu minggu lebih satu hari maka anak itu kemarin sudah kembali ke keluarga nya dan besok lusa cerita tentang tuan Thomas akan mengalir dari tuan Gema.
"Apa penyelamatan itu sudah terjadi? apa belum ya?" gumam Gladis.Dia bingung sekarang, dia tidak tau apakah tuan Gema sudah menyelamatkan tuan Thomas atau belum, kalau sudah bagaimana caranya memberitau tuan Thomas karena laki-laki itu pasti tidak akan percaya dengan nya, kalau pun belum dia tidak tau bahaya itu kapan terjadi dan dimana.
Akhirnya Gladis memutuskan untuk menemui pria itu. Dia bergegas ke arah supermarket sebelum tuan Thomas keluar dari sana. Lama menunggu di parkiran dia akhirnya melihat orang yang di tunggunya keluar. Tapi sebelum menghampiri laki-laki tersebut, matanya tak sengaja melihat seseorang yang memakai tudung jaket hitam dan masker di belakang pohon yang ada di samping supermarket. Siapa yang orang itu pantau? Mungkin kah? Tapi itu sesuatu yang belum pasti kan...
Gladis segera menghampiri tuan Thomas sebelum laki-laki itu masuk mobil.
"Permisi tuan. "
Tuan Thomas segera beralih melihat ke arah Gladis . Terlihat seorang gadis cantik dengan pakaian sederhana sedang tersenyum ke arahnya.
"Ada apa nona? Ada yang bisa saya bantu? " tanya tuan Thomas heran.
"Saya ingin menanyakan sesuatu tuan" ucap Gladis. Untuk mengetahui sesuatu bukankah dia harus bertanya?
"Nanya? " tuan Thomas mengernyit heran. Gladis mengangguk.
"Apa anda mengenal tuan Gema Fandra? " tanya Gladis sopan. jika kenal, dia akan membantu tuan Thomas, pikirnya. Kerutan di dahi tuan Thomas terlihat jelas.
"Maaf nak. Aku tidak mengenal nya. Apa dia orang tuamu? "jawab tuan Thomas cepat.
Gladis yang mendengar jawaban tuan Thomas tau kalau laki-laki itu jujur, bahwa dia tidak mengenal tuan Gema. Syukurlah.
"Bukan.. Dia cuma orang gak waras yang lewat di depan rumah ku" kata Gladis asal sambil tersenyum.
"Hah? " tuan Thomas bingung dengan orang di depannya. Apa hubungan orang gila itu dengan dirinya?
"Tidak perlu di pikirkan tuan" kata Gladis " yang aku ingin katakan adalah anda harus berhati-hati, karena seseorang sedang memantau mu sedari tadi di belakang pohon samping minimarket. Jangan lihat kesana. " sambungnya serius dengan suara pelan takut orang di belakang pohon itu mendengar. Dia bisa melihat tuan Thomas terkejut.
"Apa itu Gema Fandra? Tapi saya benar-benar tidak mengenalnya" tanya tuan Thomas yang ikut bersuara pelan. Dia mengerti kenapa harus bersuara kecil, itu agar tidak di dengar oleh orang yang mereka bicarakan.
"hahahahhah" Pecah sudah tawa Gladis. kenapa tiba-tiba jadi tuan Gema? "Tuan, anda salah paham. orang itu dengan tuan Gema tidak berhubungan sama sekali. Tapi, jika anda tidak berhati-hati dengan orang itu, maka kau akan bertemu dengan tuan Gema" jelasnya dengan suara pelan.
"saya benar-benar tidak mengerti nak" kata tuan Thomas bingung. Tidak ada hubungan tapi akan ada hubungan jika tidak berhati-hati? Dia sungguh tidak mengerti. Gladis menghela napas nya.
"Intinya cuma satu tuan, anda berhati-hati. Jangan pulang sendiri kalau bisa, kalau tuan tidak percaya ya sudah tapi bukankah berhati-hati itu lebih baik?" kata Gladis dengan pelan.
"Tuan, dimanfaatkan oleh orang lain itu tidak enak" ucap Gladis lagi sebelum berlalu pergi dari sana.
"Hey nak! Tunggu! "
Sayangnya Gladis tidak menoleh, dia hanya mengangkat sebelah tangan nya sebagai perpisahan. Yang penting dia sudah memberitau tuan Thomas, walau dia tidak tau apa bahaya yang di maksud tuan Gema dulu. Jika tuan Thomas suatu saat tetap terjerat dengan keluarga Fandra, mungkin dia akan membantu dengan cara yang lain. Gladis tidak rela jika orang baik di manfaatkan oleh orang lain.
Sedangkan tuan Thomas, dia kembali ke supermarket. Dari sana dia bisa melihat seorang misterius di belakang pohon melalui celah rak yang menghadap dinding kaca transparan sehingga memudahkan nya melihat ke arah yang di beritau oleh Gladis. Tuan Thomas mengambil ponsel untuk menelepon seseorang.
"Jemput saya di supermarket taman kota, bawa beberapa orang dengan mu. Lalu beritau sebagian anggota mu untuk menangkap seseorang di belakang pohon samping supermarket " perintah tuan Thomas pada asistennya.
"baik tuan"
*******
Gladis duduk diam di atas tempat tidur, teman-teman sekamarnya sudah terlelap hanya dia yang masih terjaga. Dia kembali ke panti sore hari seperti niat awal padahal dia sudah berkeinginan untuk pulang sebelum siang agar bisa makan dipanti. Namun dia menyelamat kan seseorang saat dalam perjalanan pulang, alhasil dia meminta uang pada orang yang di selamat nya sebagai imbalan. Ya... dia meminta bukan di beri langsung. Tapi yang dia heran orang tersebut memberikan nya sesuatu yang jauh dari bayangannya.
Uang yang dia minta masih tersisa banyak setelah dia makan di warung dengan menu kesukaan dan membayar ojek untuk pulang ke panti. Gladis melihat ke arah benda di tangan nya, pemberian dari orang yang di tolong. Dia mengedikkan bahu tak mengerti, mungkin dia akan mengembalikannya jika mereka kembali bertemu, pikirnya. Gladis kembali memakai benda itu sebelum tidur.