NovelToon NovelToon
Asmaraloka Gita Mandala

Asmaraloka Gita Mandala

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Dark Romance
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Mandala Buana seperti berada di dunia baru, setelah kehidupan lamanya dikubur dalam-dalam. Dia dipertemukan dengan gadis cantik bernama Gita, yang berusia jauh lebih muda dan terlihat sangat lugu.

Seiring berjalannya waktu, Mandala dan Gita akhirnya mengetahui kisah kelam masa lalu masing-masing.

Apakah itu akan berpengaruh pada kedekatan mereka? Terlebih karena Gita dihadapkan pada pilihan lain, yaitu pria tampan dan mapan bernama Wira Zaki Ismawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEMBILAN BELAS : BERMODALKAN HASRAT

Sirine meraung kencang, bagai panggilan wajib bagi semua pekerja proyek untuk segera bersiap. Seperti biasanya, tugas berat dan melelahkan akan mereka lakoni hari ini. Peluh dan berdebu. Menantang matahari, itu pasti. Tak jarang, gesekan sedikit saja bisa mendatangkan emosi tingkat tinggi.

Beberapa pekerja berdiri bersama Rais di depan bangunan apartemen yang belum selesai. Tubuh tegap yang menjadi tanda sebagai pekerja kasar, seakan tak berarti. Mereka terlihat bagai semut kecil. Titik hitam di antara gemerlap arogansi bangunan menjulang tinggi, yang nantinya akan dinikmati oleh kalangan elit berkantong tebal. Jasa mereka tak dianggap lagi.

“Tak lama lagi bangunan ini akan selesai. Tingginya pasti menguasai horizon dengan lampu-lampu benderang. Satu yang pasti, saya ingin Pak Wira puas dengan hasil kerja keras kita,” ucap Rais penuh semangat. “Ayo! Lanjutkan pekerjaan kalian!” Suara Rais begitu lantang, seakan ingin mengalahkan deru mesin bor dan alat pemotong keramik yang sejak tadi saling bersahutan.

Pekerja yang awalnya berdiri bersama Rais membubarkan diri. Namun, Mandala disuruh tetap berada di sana. Entah karena posisi sebagai wakil mandor, atau ada alasan lain yang membuat Rais menahannya pergi.

“Saya mencarimu semalam,” ujar Rais, membuka perbincangan.

“Aku sedang keluar,” sahut Mandala datar dan cukup pelan. 

“Ya. Arun bilang begitu.” Rais terdiam sejenak sebelum kembali  bicara. “Ingat posisimu sekarang. Saya sengaja mengangkatmu sebagai wakil mandor menggantikan Herman. Itu semua karena ….” Rais berdecak pelan. Dilihatnya sekeliling. Hanya ada dirinya dan Mandala di sana, berhubung yang lain sedang sibuk dengan tugas masing-masing.

Embusan napas pelan meluncur dari bibir Rais. Pria bertubuh tinggi kurus dengan wajah tirus tersebut menatap Mandala sepenuhnya. “Gita merekomendasikanmu. Saya pikir tak ada salahnya. Saya menuruti permintaan gadis itu dengan satu catatan.”

Mandala membalas tatapan Rais. Dingin dan tegas. Waspada, bagai tengah berhadapan dengan musuh. “Masih ada orang lain. Kenapa dia justru merekomendasikanku?” 

“Jangan berpura-pura bodoh, Man! Saya tidak buta. Gita menyukaimu.” Rais tersenyum sinis menanggapi pertanyaan Mandala barusan.

“Maksud Anda?” Mandala menautkan alis karena tak mengerti. 

Rais tak segera menjawab. Dia membuka resleting tas pinggang, lalu mengambil sesuatu dari dalamnya. “Bukankah ini bajumu?” Diserahkannya T-shirt hitam polos milik Mandala, yang semalam dikenakan Gita.

“Saya sudah memperingatkanmu sejak awal. Gita tidak akan pernah saya biarkan digauli oleh pria-pria miskin. Dia terlalu mahal untuk dinikmati kaum tidak mampu yang hanya bermodalkan hasrat dan alat kelamin tidak terawat.”

Ucapan Rais begitu tajam. Namun, itu tak membuat Mandala terpengaruh, apalagi sampai tersinggung. Dia hanya tersenyum kecil, seraya menggulung T-shirt yang Rais berikan. “Ya. Aku meniduri Gita hanya dengan bermodalkan hasrat dan alat kelamin. Namun, kami hampir melanjutkan ronde kedua, andai saja Anda tidak datang.” 

Setelah berkata demikian, Mandala berbalik meninggalkan Rais. Tak ada rasa takut sama sekali. Pria berambut gondrong itu seakan sudah tak peduli dengan masa depannya di sana.

“Saya pasti akan mencoretmu dari daftar pekerja!” ancam Rais serius.

Mandala tertegun, tapi tidak menoleh. Dia sudah tahu risiko dari apa yang dilakukannya. Satu hal yang Mandala khawatirkan adalah Gita. “Aku bisa melaporkanmu atas tuduhan perdagangan manusia.”

“Cuih!” Rais meludah kasar. “Jangan hanya karena kamu jago berkelahi, lantas bisa seenaknya menantang semua orang.”

“Aku tidak menantang siapa pun. Tidak Herman, tidak juga Anda,” bantah Mandala, seraya membalikkan badan jadi menghadap kepada Rais. “Tidak ada praktik jual-beli di antara aku dan Gita. Kami melakukannya atas dasar suka sama suka. Anda tak bisa menuntutku untuk itu.”

Tak ingin memperdebatkan hal yang dirasa tidak penting dan seharusnya bersifat pribadi, Mandala memilih berlalu dari hadapan Rais. Meskipun dalam hati ada rasa khawatir yang cukup besar, tetapi dia harus melupakannya sejenak dan fokus pada pekerjaan. 

Tanpa Mandala dan Rais ketahui, dari kejauhan ada seseorang yang menyaksikan perselisihan mereka dari balik kacamata hitam dengan brand keluaran Eropa. Sosok yang tak lain adalah Wira, menatap penasaran ke depan, di mana Rais berdiri sambil memainkan telepon genggam. 

[Bisa bicara sebentar?]

Wira mengirimkan pesan kepada Rais. Membuat sang mandor langsung mengedarkan pandangan, sampai perhatiannya terkunci pada mobil double cabin yang diparkir tak jauh dari pintu masuk area proyek. 

Rais langsung melambaikan tangan, sebagai pertanda bahwa dirinya akan menghampiri Wira yang baru keluar dari mobil. 

“Apa kabar, Pak Wira?” sapa Rais sopan.

“Baik,” balas Wira tenang. “Saya tidak akan lama di sini.”

“Ada yang bisa saya bantu?” Rais seakan sudah bisa menebak maksud dari kedatangan Wira ke sana. 

“Saya ingin mengajak Gita keluar malam ini,” ucap Wira penuh wibawa.

“Oh, tentu. Silakan. Saya senang bila dia bisa membuat Anda terkesan.”

Wira tersenyum simpul. “Ada satu hal yang ingin saya katakan kepada Anda, Pak Rais,” ucapnya serius, tanpa melepas kacamata hitam yang dikenakan.

“Tentang apa?” Rais langsung memasang raut tak kalah serius. 

“Tentang Gita,” jawab Wira tenang. 

“Oh, iya. Kenapa?” 

“Saya harap, Anda tidak memberikan Gita pada pria manapun setelah ini.”

“Maksud Anda?” Rais menatap tak mengerti. 

“Saya akan membelinya. Berapa pun yang Anda inginkan,” ujar Wira penuh percaya diri.

Namun, Rais justru menanggapi dengan tawa pelan yang terkesan dipaksakan. “Membeli?” 

“Ya. Bukankah selama ini Anda menjual Gita pada pria-pria seperti saya?” Wira yang awalnya menatap ke depan, kali ini mengalihkan perhatian kepada Rais.

“Kalimat Anda terlalu frontal, Pak.” Rais terlihat tak nyaman. Ingin membantah, tapi itu kenyataan.

“Bukankah itu benar?” 

“Saya hanya ….”

“Berapa yang Anda inginkan?” 

“Saya tidak akan menjualnya dengan cara seperti itu,” tolak Rais yakin.

“Oh, begitu rupanya. Jadi, Anda ingin terus mengeksploitasi Gita?” 

“Gita selalu mendapatkan bagian. Lagi pula, dia juga menikmati pekerjaannya.”

“Baiklah. Kalau begitu, saya akan mengirimkan sejumlah uang untuk mengajak Gita keluar nanti malam.” 

“Um … iya.” Rais jadi serba salah. Namun, dia tak akan pernah mengabulkan keinginan Wira.

“Apakah ada masalah dengan si gondrong?” tanya Wira, tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. 

“Dia selalu membuat masalah. Anak itu sulit dikendalikan, tidak seperti pekerja yang lain,” jawab Rais, mulai bisa menguasai keadaan.

“Begitu,” gumam Wira, seraya menyunggingkan senyum kecil. Namun, dia tak menanggapi lagi. Wira melihat arloji, kemudian membuka pintu mobil. “Akan saya transfer nanti sore. Saya masih ada urusan penting hari ini.” 

Rais mengangguk. Dia tak banyak bicara lagi, berhubung Wira sudah naik ke mobil. 

Sepeninggal Wira, Rais bergegas menuju warung nasi. “Bersiaplah. Pak Wira akan mengajakmu keluar nanti malam,” ucapnya kepada Gita. 

1
Titik pujiningdyah
aku curiga si wira ini mucikari jg deh
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Minat jadi anak buahnya ga?
total 1 replies
Dwisya Aurizra
Maman nyaranin Gita untuk tidak dekat" dgn wirwir, eh sekarang wirwir yg berkata gitu...
woy kalian berdua tuh ada apa sebenernya
Gita kan Lom tahu sipat asli kalian berdua
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Mentang² Maman berambut panjang
total 3 replies
Najwa Aini
jadi semacam kompetisi terselubung ini ..😆😆
Najwa Aini
uiiyy..tepat..
Najwa Aini
Gita juga belum tau siapa kamu sebenarnya, Wira...
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Kasih paham, Kak
total 1 replies
Rahmawati
penasaran hubungi wira dan mandala, sepertinya mereka memang saling mengenal
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ikuti terus ya, Kak
total 1 replies
Titik pujiningdyah
plng rais dibebasin wira jumbo
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ga pernah nemu nama jajanan gt ah
total 3 replies
Rahmawati
paling cuma sebentar pak rais di tahan
Siti Dede
Aku kok nggak rela kalau Gita sama Mandala
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Realistis ya, Kak🤭
total 3 replies
Lusy Purnaningtyas
maman g punya apa² toh?
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Dia punya hasrat, Kak😄
total 1 replies
Dwisya Aurizra
padahal udah antepkeun aja biar Mandala menghabisi Rais kalo metong itu jasadnya kubur aja di bangunan yg balon jadi, itung" tumbal🤭
Rahmawati
lanjuttt
Najwa Aini
Wuihh Mandala ditusuk!!🤭🤭
Najwa Aini
Rais yg dibogem, aku yang senang. Definisi menari di atas luka mungkin ini ya..tapi biarlah..😄😄
Titik pujiningdyah
satu bab doang nih?
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Pijitin dulu sini. Nyai pegal-pegal
total 1 replies
Titik pujiningdyah
yaampun tua bangka gtw diri
Najwa Aini
Cover baru nih
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Aku ga akan tersinggung karena itu juga ga konfirmasi dulu gantinya, Kak
total 3 replies
Titik pujiningdyah
jangan2 si wira mau jual gita ke luar nagre🤣
Titik pujiningdyah: tau aja sih
total 2 replies
Titik pujiningdyah
pilih wira aja lah. plng gk kan bisa foya2
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Istri cerdas
total 1 replies
Dwisya Aurizra
keknya Mandala dan Wira ada masalah dimasa lalu yg belum selesai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!