Kalisha Maheswari diwajibkan menikah karena mendapat wasiat dari mendiang Kakek Neneknya. Dirinya harus menikah dengan laki laki yang sombong dan angkuh.
Bukan tanpa sebab, laki laki itu juga memaksanya untuk menerima pernikahannya karena ingin menyelamatkan harta mendiang kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Izin Bekerja
Setelah selesai makan malam, Edward mengajak Khalisa untuk kembali naik ke kamarnya. Lagi lagi dengan gaya centilnya, Khalisa menggandeng tangan Edward dan memberikan senyuman manisnya hingga terlihat beberapa gigi atasnya. Namun Khalisa heran kenapa seolah Edward berusaha menahan tawanya.
Saat sampai dikamar, Khalisa dengan cepat melepas gandengannya dan menjauhinya.
"Lain kali, jangan tersenyum padaku bila gigimu masih ada cabenya. Hahahaha," ejek Edward yang membuat Khalisa kaget dan pergi ke depan meja riasnya.
"Haduh.. kenapa harus ada cabe sih! Malu banget! " Batinnya dalam hati.
"Tidurlah, malam ini aku harus pergi ke ruang kerjaku untuk mengecek sesuatu." celetuk Edward yang kemudian pergi meninggalkan Khalisa.
Khalisa memilih tak menjawab ucapan Edward karena rasa malunya itu. Khalisa mulai membaringkan tubuhnya. Pikirannya tiba-tiba mengarah kepada sebuah pekerjaan. Khalisa memandangi interior kamar Edward yang benar benar megah dan dipenuhi barang-barang mahal. Ia sadar bahwa dirinya hanya diberi kesempatan selama satu tahun untuk menjadi istri sah dari Edward.
"Aku harus bekerja. Aku hanya menjadi istrinya selama setahun saja. Selepas itu, aku bukan istrinya lagi." Ucap Khalisa yang penuh tekad.
"Tapi aku harus kerja apa? Ijazah ku saja di desa. Tidak mungkin aku harus mengambilnya. Dia juga tidak akan mau kesana lagi. " Ucapnya lagi.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Edward pun masuk ke dalam kamarnya. Ia terkejut melihat Khalisa sedang tertidur dengan posisi terlentang memenuhi ranjangnya.
"Menggemaskan!" ucapnya dengan tersenyum melihat cara tidur Khalisa yang terdengar mendengkur halus.
Edward memilih untuk membaringkan tubuhnya diatas sofa di dalam kamarnya. Dirinya memang sengaja untuk tidak ingin mengganggu Istrinya itu. Namun sebelum ia tidur, rasa penasaran tiba-tiba menghampiri. Akhirnya Edward memutuskan untuk melihat dari dekat wajah istrinya itu.
"Cantik! tapi sayang preman.Hihihi." ucapnya lirih.
Khalisa mulai menggeliat hingga membuat Edward otomatis menjauh. Dengan cepat Edward merebahkan tubuhnya diatas sofa besar yang ada di dalam kamarnya dan memejamkan mata.
***
Khalisa terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam dinding yang sudah berada di angka 4. Ia pun bangun dan melihat Edward tertidur di atas sofa.
"Astaga! Pasti dia akan marah padaku nanti. Kenapa juga aku bisa tertidur sih!" Gerutu Khalisa sambil merapikan rambutnya.
Ia pun bergegas mandi dan segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba.
Edward mulai terbangun sejak ia terdengar suara gemericik air di kamar mandinya. Namun ia berpura pura untuk tidur. Ia memejamkan matanya sambil sesekali mengintip melihat apa yang dilakukan istrinya itu.
Tersirat sebuah senyum tipis dari bibirnya. Edward sengaja untuk tidur meringkuk seperti orang yang sedang kedinginan. Ia ingin melihat reaksi istrinya. Awalnya ia mengira istrinya akan acuh dengan keadaannya. Namun diluar dugaan, Khalisa malah memberi selimut kepadanya.
"Meskipun kamu tidak mencintaiku dan tidak menganggap ku istri sungguhanmu, namun aku akan mengabdikan diriku untuk menjadi istrimu selama kontrak itu berlangsung suamiku." Ucap lirih Khalisa dengan menyelimuti Edward.
"Pernikahan kontrak? Aku lupa kalau kita sedang berada dalam pernikahan kontrak." batin Edward yang masih berpura-pura tertidur.
Khalisa berjalan keluar kamar untuk pergi ke dapur. Melihat kesempatan itu, Edward kemudian terbangun dan melaksanakan kewajibannya seperti yang dilakukan oleh istrinya.
Saat sampai di dapur sudah terlihat beberapa pelayan yang sedang mulai memasak.
"Maaf nona, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pak Yahya.
"Saya ingin memasak untuk suami saya." Ungkap Khalisa.
"Maaf nona. Tidak bisa. Itu sudah menjadi tugas kami." Tutur pak Yahya dengan tegas melarang.
"Kenapa tidak bisa? saya hanya memasak nasi goreng saja Pak." Ucap Khalisa yang sedikit memaksa.
"Maaf nona, tidak bisa. bisa bisa nanti kami dipecat oleh Tuan." Ucap pak Yahya yang sedikit memohon.
Khalisa pun meninggalkan dapur dengan menggerutu hingga sampai kamarnya.
"Mau masak saja ngga bisa! Cuma masak nasi goreng saja susahnya minta ampun. Memangnya seperti ini kehidupan orang kaya itu?"
Saat masuk kedalam kamarnya, Khalisa sedikit kaget melihat Edward yang tengah melaksanakan kewajibannya.
"Ah aku benci mengakui ini. Tapi auranya meningkat menjadi 1000 persen!" batin Khalisa dengan diiringi senyuman kecil yang melengkung dibibirnya.
"Kenapa kau tidak membangunkanku? Justru memberiku selimut?" celetuk Edward yang melihat Khalisa berdiri membelakangi pintu kamarnya.
"Aku kira kamu tidak melakukannya." jawab santai Khalisa.
"Tunggu, tapi kenapa kamu bisa tau kalau aku yang menyelimutimu?" tanya Khalisa yang heran.
"Memangnya disini ada orang lain selain kamu? Aku tidur tanpa selimut. Bangun-bangun sudah pakai selimut." tutur Edward yang sedikit gemas.
"Oh iya juga ya." jawab Khalisa yang membenarkan ucapan Edward.
"Fiuh.. Untung saja." batin Edward dengan menghembuskan nafas kasarnya.
Edward kemudian melangkah pergi menuju ruang kerjanya. Sementara Khalisa memutuskan untuk membaca Al-Qur'an saja. Tak lupa ia memakai mukena yang sebelumnya dipakainya. Ia kemudian mencarinya di nakas atau bahkan lemari buku yang berada di kamar Edward. Usahanya tak sia--sia. Khalisa menemukannya di lemari besar tempat menyimpan beberapa buku di kamar Edward.
Mulailah Khalisa mengaji. Ia membuka surat Al-Waqiah dan diteruskan dengan surat Al-ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Rasa kantuk tiba tiba muncul menyerang Khalisa. Ia pun tertidur dengan masih memakai mukenanya.
Sang Surya telah menampakkan sinarnya. Khalisa yang kembali tertidur setelah mengaji kembali bangun. Pandangan matanya tak melihat keberadaan suaminya di kamar itu. Selimut yang ia pakaikan untuk suaminya kini berganti menyelimuti dirinya.
Ceklek.
Terlihat Edward yang sudah rapi dengan kemejanya masuk kedalam kamarnya.
"Apa kau ingat perjanjian nomor 7 dan 8 Khalisa?" Tanya Edward yang memanggil namanya untuk pertama kali.
"Maaf aku lupa." Jawab Khalisa dengan meremas mukenanya.
"Biar kuingatkan kembali. Kau harus mengantarku kerja sampai aku masuk kedalam mobil dan menyambut ku pulang kerja Khalisa." Ucap Edward dengan tegas.
"Iya, maafkan aku. Aku ketiduran. Baiklah aku akan mengingatnya." Sahut Khalisa.
Khalisa kemudian ingat dengan keinginannya untuk bekerja.
"Em.. Apa kau benar benar mengizinkanku untuk bekerja?" tanya Khalisa dengan perasaan takut.
"Kamu yakin akan tetap bekerja?" balas Edward yang bertanya balik.
"Sangat yakin." jawab Khalisa.
Edward merasa heran dengan keinginan Khalisa saat itu. Kenapa istrinya itu tetap menginginkan untuk bekerja? Sedangkan semua fasilitas di rumahnya sudah lengkap. Bahkan Edward tak membatasi Khalisa.
"Baiklah. Akan ku izinkan kamu bekerja." jawab Edward.
"Lalu apa aku bisa mengambil ijazahku di rumah desa?" Tanya Khalisa yang gugup.
"Tidak perlu, aku akan mengurusnya jika kau memang menginginkannya." Tutur Edward.
"Terima kasih telah membantuku, mas." jawab Khalisa.
anggota mau lapor ketua
si edwar lagi salting ketua
khalisa mau di bawa ke mertua🤣🤣