KENANGAN SANG PENDAKI

POV GEORGE

"Dona, aku mencintaimu! dan sungguh-sungguh sangat mencintaimu dari dulu sampai detik ini."

Kenapa disaat aku sudah menemukanmu, kamu malah menjadi milik Bayu. Gadis yang menjadi cinta keduaku setelah mama Dinda, gadis yang selalu tersenyum dan juga ramah, gadis yang selalu Aku cintai dan juga sayangi dengan sepenuh hati, gadis yang selalu menghiburku di kala aku terpuruk maupun terjatuh, gadis yang aku inginkan menjadi milikku sampai akhir nafas kehidupan ini. Tapi sekali lagi semuanya itu hanyalah khayalanku.

Dulu Aku berpisah dengannya dikarenakan mama ingin melupakan kesedihannya ketika ditinggal mati oleh papa.

Maka mama mengajakku untuk pindah ke kota kecil karena mama sedih kalau harus mengingat lagi kenangan-kenangan manis bersama papaku.

Akhirnya aku pun berpamitan dengan Agnes, dia sempat menangis dan memelukku.

Lalu aku pun mengatakan kalau suatu saat nanti kami pasti bertemu dan aku pasti akan mencarinya lagi.

Aku pun sempat meninggalkan kenangan berupa gelang padanya dan Agnes memberikan aku topi, yang sampai sekarang topi itu masih aku simpan dengan inisial huruf GA yang artinya george Agnes.

Kini Aku memang sudah menemukanmu Agnes, namun aku terlambat menyadari bahwa Agnes yang selama ini adalah Agnes teman masa kecilku. Karena kebodohanku sendiri yang membuat dirimu menjadi milik orang lain.

Pada akhirnya setelah melewati perdebatan panjang, aku dan mama pindah ke kota kecil. Tapi setelah 4 tahun kemudian kami kembali lagi ke Jakarta, dan di situ mama menikah lagi dengan papanya Bayu.

Saat itu aku sempat mencari Agnes di rumah lamanya itu, tapi sayang rumah itu sudah ditempati oleh orang lain.

Aku merasa takdir begitu kejam kepadaku, apakah kali ini aku harus melepaskanmu dan menerima perempuan lain di hatiku atau memang aku harus tetap mencintaimu dalam diam?

Ketika aku sedang asyik bermain dengan pikiranku, aku mendengar bunyi ketukan di pintu kamarku, dan ternyata itu yang datang adalah mama Dinda.

"Bolehkah mama masuk ke dalam?"

"Iya, tentu bolehlah ma!" jawabku sambil mempersilakan beliau duduk di sofa yang ada di dalam kamarku.

Aku sangat mencintai mama Dinda karena beliau selalu ada untukku dan mama merupakan cinta pertamaku. Aku sedih karena sampai detik ini aku belum bisa membahagiakan mama Dinda, tapi aku berjanji tidak akan pernah mengecewakan cinta pertamaku ini.

"Sayang, mama lihat beberapa hari belakangan ini kamu kelihatan murung. Sebenarnya ada apa? Apa ini ada hubungannya dengan teman masa kecilmu itu?" tanya mama penuh dengan selidik.

"Iya ma, aku memang sedih karena dia sekarang sudah menjalin kasih dengan Bayu. Secinta apapun diriku kepadanya, aku tidak akan pernah mau merebut pacar saudaraku sendiri."

"Nah... bagus itu nak, untuk saat ini konsentrasilah dulu dengan kuliahmu, setelah itu kamu lanjutkan bekerja di perusahaan papa. Dan mama yakin di saat kamu sukses, akan ada banyak wanita yang akan mendekatimu." Nasehat mama kepadaku.

"Untuk saat ini ikhlaskan saja dulu. Dan bukannya mama mendoakan yang buruk untuk Bayu. Kita tidak pernah tau yang namanya, jodoh, rejeki, maupun maut. Jadi serahkan saja semuanya kepada Allah, karena dia akan memberikan apapun yang terbaik untukmu. Dan kalau memang nantinya kalian jodoh pasti kalian akan bersama. Tapi kalau tidak berjodoh maka Tuhan akan menunjukkan jalannya." Pesan mama panjang lebar kepadaku.

"Iya ma, George mengerti! George berjanji akan mengurus kuliah George sampai selesai, dan setelah kuliah George selesai, George akan bekerja di perusahaan papa Mike." Janjiku kepada mama Dinda.

"Iya, makasih anakku sayang." Ucap mama sambil memelukku.

Dan memang saat ini aku membutuhkan pelukan dari seorang ibu yang bisa menguatkan aku untuk tetap menjalani kehidupan ini.

Pelukan mama Dinda begitu hangat dan juga membuatku tenang dan nyaman, hingga pada akhirnya aku terlelap dalam pelukannya.

***

Aku terbangun di jam 8 malam, aku benar-benar begitu terlelap di pelukan mama Dinda sampai baru tersadar. Aku melihat mama Dinda juga sudah tidak berada di sampingku.

Sampai pada akhirnya terdengar ketukan di pintu, dan ternyata yang datang adalah Bayu.

"George, kamu kenapa? kamu sakit ya? dari tadi macamnya aku lihat kamu gak fit deh."

"Aku gak sakit cuma ngerasa sedikit capek, sisa dari pendakian kita hari itu." Jawabku berbohong.

"Ohh gitu! Eh, kamu dapat salam dari Dona, dan ini martabak buat kamu. Aku juga mau istirahat ya, capek!" ucap Bayu sambil segera keluar dari kamarku.

Aku mengetahui Dona adalah Agnes di saat aku sampai di rumahnya, karena di situlah aku melihat om Dion dan tante Indah, sahabat baik dari papa dan mamaku.

Ditambah aku melihat foto kecil dari Dona, dari situlah aku tau bahwa dia adalah Agnes, yang selama ini aku cari.

Tapi apalah daya, aku cukup tau dia adalah Agnes dan tidak perlu diungkapkan lagi siapa diriku kepadanya. Aku takut kalau dia tau siapa aku yang sebenarnya, dia bisa saja akan menghapus Bayu dari hatinya. Dan aku tidak mau itu terjadi, karena yang aku lihat Bayu sangat menyayangi Dona.

Aku sempat mengikuti mereka berdua ke sebuah cafe. Tapi di sana aku harus melihat kemesraan mereka yang membuat aku cemburu dan ingin sekali memisahkan mereka berdua.

Tapi aku tekankan sekali lagi untuk hati ini, supaya jangan melakukan hal-hal yang tidak baik dan harus siap untuk mengikhlaskan segala sesuatu yang tidak akan pernah menjadi milikku.

Dan mulai hari ini aku berjanji akan melupakan Dona agnesia, gadis cantik penghuni hatiku untuk selamanya.

Dan menurut kalian apakah bisa George melupakan Agnes? atau pada akhirnya George akan terus berjuang untuk bisa mendapatkan wanita calon masa depannya itu.

***

Pov Agnes

Aku merasa lelah yang teramat sangat, saat kepulanganku dari cafe bersama Bayu. Dan Bayu juga langsung aku suruh pulang karena aku melihat wajahnya yang sangat pucat itu.

Hari ini pun aku melihat kak George tidak seperti biasanya, dia melihatku seperti lain sekali.

Ya Tuhan, aku yakin sekali kalau kak George adalah Gege, sahabat masa kecilku itu.

Aku ingin menghampiri, bertanya, dan memeluknya dengan kuat. Aku rindu Gege, rindu sahabatku itu, bahkan aku pun masih ingat janjinya padaku sampai detik ini.

Tapi apalah arti sebuah janji kalau aku sudah bersama Bayu.

Bayu, pria yang baik dan aku sangat menyayanginya. Aku tidak mau kehilangan dirinya yang aku rasakan sangat nyaman saat berada di dekatnya.

Aku ingat saat di cafe tadi, Bayu dan aku membuat perencanaan untuk pendakian gunung yang kami mau. Dan untuk puncak Cartenz, itu akan menjadi tempat persinggahan terakhir kami berdua.

Aku yang merasa sangat lelah pun segera menutup mataku hingga pagi. Lalu Aku pun segera bangun dan berbenah karena memang kami sudah diajarkan dari kecil untuk mandiri.

Setelah itu aku segera mandi dan dalam sekejap aku sudah berada di Kampus ini.

Kali ini aku betul-betul malas sekali untuk beraktifitas.

Sampai aku mendengar ada suara yang memanggilku.

"Agnes...??"

***BERSAMBUNG***