"Ganteng banget, pasti burungnya gede."
Penulis gila yang masuk ke dalam novel orang lain, karena malas berurusan dengan plot alay. Dia mengadopsi man villain dan menikahi second male lead.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
wali stres
Setelah perdebatan tentang kepastian semalam, Yola jadi tidak mood dan sedikit ketus pada Sky. Sky hanya bisa tersenyum karir, dia tau Yola hanya ingin dirinya mengajak pacaran, tapi Sky sudah menyiapkan surprise untuknya.
"Buruan mandi, bantuin gue ngurus Langit. Udah waktunya dia berjemur di balkon, punya pasangan bener-bener ngga ada gunanya." Yola merepet pagi-pagi.
"Iya-iya." Sky beranjak masuk kamar mandi.
"Jangan cuma iya-iya aja, lo denger ngga sih gue ngomong." Omel Yola.
"Denger." Saut Sky.
"Nih, pake." Yola melempar kaos singlet dan celana kolor hitam.
"Wih lo beliin buat gue?." Sky merasa salting.
"Hadiah Rinso." Yola keluar dari kamar begitu saja.
Meskipun Yola mengatakan hadiah Rinso, Sky tetap merasa senang. Dia mandi sambil bersiul senang, merasa pagi ini sangat cerah dan penuh berkah. Apalagi hari ini masih libur, Sky merasa hari ini adalah hari baik.
Beberapa saat kemudian Sky sudah selesai mandi, dia keluar dari kamar dan masuk ke kamar Langit. Gorden dan jendela sudah dibuka, tapi hal yang mengusik mata Sky adalah baju yang dipakai Langit saat ini.
"Apa-apaan baju lo itu hah." Sungut Sky.
"Apa? Yola yang kasih, hadiah Rinso katanya." Ujar Langit, merasa malas karena pagi-pagi sudah diajak ribut.
"Sialan, beneran hadiah Rinso banget nih?." Batin Sky kecewa.
"Terus yang mandiin lo siapa? lo kan gabisa ngapa-ngapain." Tuding Sky.
"Kepo banget lo, yang penting gue mandi." Kesal Langit.
"Najis banget muka lo, males gue bantuin." Sky jadi tidak mood.
"Terserah." Langit mencoba berdiri sendiri, meskipun dadanya sangat sakit jika dipaksa bergerak sendiri.
Merasa kasihan, Sky dengan setengah hati membantu memapah Langit duduk di sofa balkon. Sky merasa sedang mengurus kakek-kakek penyakitan.
Setelah Langit duduk dan bersandar dengan benar, Sky mengambil tabung oksigen dan memasangkan kembali alat bantu nafas pada Langit. Setelah selesai dia berdiri menatap balkon, sinar matahari pagi membuat nya sedikit lebih baik.
"Ngapain lo disitu, halangin pemandangan aja." Celetuk Langit.
"Berisik lo asma." Kesal Sky.
Keduanya diam, diam dengan pemikiran masing-masing. Meskipun hidup satu atap dan sering berinteraksi, hubungan keduanya sama sekali tidak berkembang. Mereka terpaksa akur karena Yola, jika Yola tidak ada mereka pasti sudah baku hantam sejak tadi.
"Heh asma, kok lo bisa punya otot padahal nafas aja Senin Kamis." Ceplos Sky.
"Bacot, dulu gue ngga selemah ini." Kesal Langit.
"Oh gitu, jadi dulu lo ngga asma?." Ujar Sky.
"Ya sama aja cuma ngga sampe begini." Langit menjawab dengan kesal.
Keduanya memperdebatkan hal yang tidak penting, hanya mencari bahan untuk berdebat sebagai ganti gelud. Sedangkan Yola di dapur sedang sibuk masak ayam semur dan nasi hangat.
Yola masak dengan telaten, memasak sudah menjadi kesehariannya di rumah ini. Memang keberadaan Sky dan Langit seperti keluarga, hanya saja Yola merasa aneh karena posisi Sky disini masihlah anomali.
"Kapan si dia ngutarain perasaan, masa yang waktu itu sih? cuma dikasih cipok doang nih gue?." Gerutu Yola.
Ting..tong...
Suara bel terdengar menggema, Yola heran siapa yang bertamu pagi-pagi begini. Tanpa melepas apron Yola keluar untuk tau siapa yang datang, rupanya ada tukang pos yang mengirim surat.
Yola menerima surat itu dan menaruhnya di meja makan, dia akan buka itu nanti karena kepala suratnya logo sekolah milik Langit dan kantor polisi.
"SKY!!! BAWA LANGIT TURUN." Teriak Yola menggelegar, malas naik ke atas.
"KIAMAT NANTI." Suara teriakan Sky juga terdengar.
Yola hanya tertawa pelan, mengerti dengan jokes Sky. Tidak lama berselang Sky turun memapah Langit yang sudah terlihat lebih baik, hanya saja masih membungkuk dan terlihat mudah lelah.
Langit sudah duduk dengan nyaman, Sky juga duduk di samping Yola tapi matanya terfokus pada surat diatas meja. Merasa penasaran karena ada logo polisi di surat itu.
"Surat apa?." Tanya Sky.
"Nggatau, tadi tukang pos yang kirim. Ada logo sekolah si langit, kayaknya tentang kasus kemarin deh." Ucap Yola.
Sky membuka surat itu, dia membaca dengan seksama tapi jidatnya mengernyit dan alisnya menukik. Yola jadi penasaran, Langit juga diam-diam penasaran.
"Wah brengsek banget." Celetuk Sky.
"Jangan ngumpat di depan makanan." Tegur Yola.
"Orangtua anak yang gelud sama dia lapor ke polisi dan minta denda 80juta." Ucap Sky.
"Gila, sinting, brengsek banget otaknya." Yola lepas kendali.
"Katanya ngga boleh ngumpat di depan makanan." Sky melirik.
"Ya itu kurang ajar banget, apa maksudnya pelaku menggugat korban?." Sungut Yola.
"Katanya anak dia juga dapet luka parah di wajah sama retak tulang siku." Ujar Sky, membaca dengan seksama.
"Masa sih." Yola sedikit terkejut.
"Jadi lo sempet ngelawan?." Tanya Sky menatap Langit.
"Ya kali gue diem aja kaya orang tolol." Jawab Langit biasa saja.
"Wahh terus gimana ini? jadi yang korban yang mana?." Yola jadi pening.
"Ngga ada yang bener, tapi pemicu perkelahian kan tetep anak orang gila ini." Jujur Sky.
"Itu cuma surat pemberitahuan?." Tanya Yola.
"Bukan, ini surat pemanggilan orangtua untuk dilakukan mediasi dengan pihak berwajib. Karena gugatan telah diterima sejak dua hari yang lalu." Sky membacakan isi surat.
"Di sekolah? terus kalo kita pergi Langit sama siapa dirumah?." Yola bingung.
"Dia udah gede kali, dia aja udah bisa jalan meskipun pegangan tembok." Ucap Sky.
"Tapi kan sudah buat turun tangga." Yola khawatir.
"Kamar lantai bawah kan ada, atau ngga siapin aja makanan di kamar dia." Ucap Sky berpikir secara logika.
"Untuk kapan itu undangannya?." Tanya Yola.
"Hari ini jam 10 nanti." Jawab Sky santai.
"Hah? hari ini banget??!." Yola terkaget-kaget.
"Santai aja masih jam setengah 8 juga, kayaknya pihak mereka punya power." Ucap Sky.
"Jelas sih, laporan belum 24 jam aja udah langsung di proses. Padahal cctv ada dan jelas-jelas anak dia pelakunya." Ucap Yola.
"Kalian ngga usah dateng, biarin aja kalo polisi mau nangkep gue." Ucap Langit.
"Lo diem aja asma, lo pikir hidup di penjara enak apa? jangan bilang lo mau kabur, inget setelah lo sembuh lo bakal gue hajar." Ucap Sky kesal.
"Lagian mereka punya power, tetep aja gue yang di dakwa jadi pelaku." Ucap Langit, terbiasa merasakan ketidakadilan.
"Idih, gue juga punya kali." Sky mendengus sinis.
"Gue udah hubungin pengacara gue, lo mau bawa siapa?." Tanya Yola menatap Sky.
"Gue bawa duit." Jawab Sky watados.
Yola terperangah, dia tau uang memang segalanya tapi siapa sangka jika dekengan Sky itu uang bukan manusia berpengaruh. Sky sibuk makan dengan lahap, dia cukup percaya diri menenangkan war kali ini.
Langit juga hanya diam sambil makan, terserah Yola dan Sky ingin melakukan apa tentang kasusnya. Toh hasilnya akan tetap sama, Langit tidak percaya jika Yola dan Sky bisa menang.
capekkk banget sama drama ini wkwkwk😭😭😭
mati karena makan mie instan 😭🙏