" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?
Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengantin Baru
" Aku mengambil engkau Abizam Kusuma Wijaya sebagai suami saya untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang dan sampai selama nya."
"Dengan ini saya memberkati kalian sebagai suami isteri. Silahkan di cium isterinya Pak Abizam."
Abizam membuka penutup wajah Aqila dan kemudian mencium kening Aqila. Bunyi riuh tepuk tangan menggema di seluruh gereja tempat dimana Abi dan Qila mengikat janji suci pernikahan. Para keluarga pun menghampiri Abizam dan Aqila untuk memberikan ucapan selamat.
" Selamat ya bro. Jangan di unboxing dulu. Tunggu sampai udah gede."
" Sialan. Thank you Bro."
Ryan terkekeh mendengar umpatan Abizam. Amanda menghampiri Aqila dan Abizam serta memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai.
"Selamat Qila. Gak nyangka usia delapan belas tahun udah menikah aja."
"Makasih. Semoga kamu juga segera menyusul."
" Eits.. jangan dulu. Sekolah dulu."
Amanda tersenyum kepada Aqila. Seperti yang direncanakan, pernikahan Aqila dan Abizam di selenggarakan dengan tertutup dan sederhana. Demi menjaga nama baik Aqila dan Abizam.
Terhitung mulai malam ini, Aqila akan tinggal bersama keluarga Abizam. Sore itu Aqila sedang menyiapkan segala keperluan nya yang akan di bawa ke rumah Abizam.
" Qila...."
" Iya Bu."
" Ini beberapa baju. Masih baru, ibu belikan buat kamu."
" Wah terima kasih Bu."
Ibu Aqila tersenyum melihat Aqila yang memang jauh lebih ceria dibanding sebelumnya. Ibu Aqila semakin yakin kalau Abizam memang membahagiakan putrinya.
" Keluarga Abizam baik sama kamu??"
" Baik kok bu. Mereka baik semua sama Qila."
" Ingat. Kalau ada apa-apa di sini tempat kamu untuk pulang ya."
" Iya Bu. Ibu tenang saja."
Malam harinya Aqila sudah berada di rumah Abizam dan menikmati makan malam dengan keluarga Abizam.
" Jadi mulai malam ini Leon boleh memanggil Kak Qila mami??"
" Iya boleh."
Aqila tersenyum melihat Leon yang sudah melupakan kejadian yang membuat nya ketakutan saat itu.
" Kalau begitu boleh malam ini Leon tidur sama papi mami??"
" Boleh kalau Leon mau."
" Hmmm gak usah deh. Kapan-kapan saja. Leon mau tidur di kamar Leon saja."
" Besok papi akan membawakan teman untuk Leon."
" Oh ya?? Apa itu papi?? Adik bayi??"
Wajah Abizam dan Aqila memerah mendengar ucapan Leon.
" Bukan. Anak ini Kenapa kepikiran ke sana sih??"
" Pasti ulah Ryan. Tadi papa lihat Leon dekat dengan Ryan."
"Dasar badut ondel-ondel."
Aqila sudah berada di kamar Abizam malam itu. Aqila baru saja membersihkan dirinya.
"Kak,air buat mandinya sudah Qila siapkan. Kakak buruan mandi mumpung masih hangat."
" Gini ya enaknya punya istri."
Abizam berlalu dan masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan wajah memerah Aqila. Aqila pun membaringkan dirinya di atas tempat tidur. Rasa lelah menyerang dirinya, tetapi dia tidak dapat memejamkan matanya.
*Ceklek*
Aqila mendengar saat pintu kamar mandi terbuka dan Aqila juga merasakan saat tempat tidur yang dia tiduri bergerak. Aqila juga bisa merasakan saat hembusan nafas Abizam menerpa wajahnya. Aroma mint maskulin yang belakangan ini menjadi favorit Aqila menyeruak di indra penciuman Aqila.
" Akting kamu buruk."
Ucapan Abizam sukses membuat bulu kuduk Aqila meremang. Mau tidak mau Aqila pun membuka matanya. Abizam mengulas senyumnya yang menentramkan hati.
" Sini!! Dekat-dekat sini. Kakak janji gak akan ngapa-ngapain kamu sampai kamu cukup umur."
" Usia Qila sudah di atas tujuh belas tahun."
" Jadi boleh dong diapa-apakan??"
Aqila langsung menyilangkan kedua tangannya di dada. Abizam terkekeh melihat Aqila. Abizam menarik Aqila kedalam pelukannya.
" Kalau tidur setiap malam seperti ini kamu gak keberatan kan??"
" Nggak."
Mereka berdua terdiam cukup lama. Sampai-sampai Abizam mengira Aqila sudah tertidur.
" Jantung kakak berdebar-debar."
" Ya karena kamu."
Abizam semakin mengeratkan pelukannya.
" Kakak pernah gak tidur sama cewek??"
" Baru kali ini."
" Kalau ciuman??"
" Pernah."
" Oh ya??"
Terdengar nada kekecewaan dari bibir Aqila.
" Iya. Sama kamu di mobil."
Aqila tersenyum di dalam pelukan Abizam.
" Maksud Qila first kiss nya kakak itu loh."
" Ya di mobil. Sama kamu."
Aqila mengurai pelukannya dan menatap Abizam.
" Sebelum-sebelumnya gak pernah memang??"
" Kan kakak udah bilang sama kamu kalau sejak kakak ketemu sama gadis lollipop melon pertama kalinya, itu cinta pertama kakak. Jadi kakak nggak pernah pacaran sama sekali. Mungkin dekat hanya sekedar dekat pernah. Karena mama kakak sering menjodohkan kakak dengan anak teman-temannya."
" Ooh.."
" Cinta pertama kakak kamu, ciuman pertama kakak juga kamu dan kakak harap pengalaman pertama kakak sama kamu."
Wajah Aqila memerah mendengar ucapan Abizam.
" Sudah cepat tidur. Mulai besok kamu harus rajin belajar. Bagaimana pun minggu tenang ini, kamu harus belajar dengan keras. Kamu yakin nggak mau masuk fakultas kedokteran??"
" Yakin kak."
" Nilai kamu mencukupi loh. Dan kakak bisa membiayai kamu sampai jadi dokter ahli."
" Keinginan Qila cuma satu. Qila pengen jadi guru."
" Karena kamu ingin jadi guru yang adil untuk murid-murid kamu?? Itu sudah bukan kewajiban kamu Qila. Kakak yakin pasti ada guru-guru lain yang bisa menggantikan kamu mendidik mereka dengan baik."
" Qila yakin, akan ada calon dokter lain yang akan menjadi dokter yang baik dibanding Qila."
" Kata-kata kakak kamu jadikan bumerang buat kakak."
Aqila terkekeh mendengar ucapan Abizam.
" Sebenarnya bukan karena itu saja. Hanya saja Qila memang benar-benar ingin jadi guru. Ada atau tanpa beasiswa Qila pasti tetap ingin jadi guru."
Abizam memencet hidung Aqila.
" Dasar gadis keras kepala."
Aqila terkekeh dan memegang erat tangan Abizam.
" Cita-cita Qila memang ingin jadi guru kak. Qila sudah mencintai profesi ini di saat anak-anak lain masih bingung dengan cita-cita mereka. Buat Qila guru itu keren. Mereka tahu segalanya. Mereka menjadi panutan langsung untuk siswa-siswi. Jadi guru itu keren menurut Aqila."
"Iya deh. Kakak ngalah. Mama pun juga sudah menegur kakak tentang hal ini. Mama bilang gak bisa cita-cita dipaksa kan. Jadi biarkan saja Aqila menentukan apa impiannya."
Aqila tersenyum dan membalas pelukan Abizam.
" Kakak ngantuk."
" Qila juga."
Kedua pasangan pengantin baru itu pun terlelap tanpa melakukan ritual malam pengantin.
...****************...
Pagi-pagi sekali Aqila sudah bangun. Pelan-pelan Aqila melepaskan pelukan Abizam. Kemudian Aqila masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Setelah itu Aqila turun ke bawah. Dilihatnya mama mertua nya yang sudah bangun dan berada di dapur.
" Looh...sudah bangun??"
" Iya ma."
" Nggak usah buru-buru bangun. Kamu juga pasti capek kan karena pesta kemarin."
" Ah enggak kok ma. Qila udah biasa. Apa yang bisa Qila bantu??"
" Mama mau buatkan makan pagi. Kalau papanya Abi kebiasaannya makan nasi. Biasa orang Indonesia. Kalau Abi selalu makan yang ringan-ringan. Roti bakar, susu sereal, buah atau biskuit khusus. Ini biskuitnya. Ini khusus karena gak manis dan gak bikin gemuk. Abi sendiri yang selalu belanja ini. Kalau gak ada itu semua, cukup buatkan dua butir telur ceplok sudah bisa sarapan dia. Kalau Leon always roti. Roti apa aja Leon mau. Dan juga susu. Qila buatkan saja susu untuk Leon. Takaran nya ada di bungkus nya. Itu takaran yang pas untuk Leon."
" Baik Ma."
Dengan cekatan Aqila pun menyiapkan makan pagi bersama mama mertua nya. Aqila sedang memanggang roti ketika sebuah tangan melingkar di perutnya. Hampir saja Aqila memekik karena terkejut.
" Kakak... Qila sampai kaget loh."
" Kamu kok ninggalin kakak di kamar sendirian sih. Kakak sampai bingung semalam kakak jadi nikah gak sih."
Aqila terkekeh mendengar ucapan Abizam.
" Abi...kamu ngapain. Sana keluar. Menuh-menuhin dapur aja!!!"
" Mama. Mentang-mentang sudah ada anak cewek, Abi di lupakan."
Abizam memasang wajah sendunya. Tetapi tidak membuat iba mama nya.
" Keluar atau mama pukul pakai spatula. Belum mandi, belum cuci muka juga pakai cium-cium orang."
" Belum mandi aja Abi cakep. Apalagi Abi mandi."
" Cepet keluar. Papa kamu udah ngomel karena sarapannya telat. Pagi ini papa kamu mau reuni sama teman-temannya tuh."
" Mama juga ikut??"
" Ya jelas dong. Mama pengen tahu gimana wajah mantan-mantannya papa kamu."
" Dibilangin nggak ada juga kok. Kamu ngapain di dapur sih Bi. Ganggu orang masak aja."
Papa Abimana menyusul istrinya karena makanan tidak juga siap.
" Kalau gak ada mantan pacar kenapa papa buru-buru pergi ke acara reuni sekolah papa??"
" Ya namanya ketemu sahabat. Papa kan juga orangnya nggak suka yang jam karet gitu."
" Kak, mandi dulu sana loh."
" Kamu mandiin kakak??"
" Kakak ih.."
Abizam terkekeh karena berhasil membuat wajah Aqila memerah. Setelah itu Abizam naik ke kamarnya dan membersihkan diri. Pukul delapan pagi, mereka sudah siap di meja makan."
"Yuhuuuu... good morning everybody. How are you guys??"
Abizam dan yang lainnya menoleh ke arah asal suara.