tentang dia yang ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik. kehidupan pertamanya yang di perlakukan buruk hingga mati tragis dalam penyiksaan, membuat dia bertekad untuk memperbaiki hidupnya dengan mengambil keputusan yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TUJUH BELAS
"Selidiki Thomas Alexander, apakah dia punya hubungan dengan dia atau tidak. Laporkan jika ada yang mencurigakan " ucap laki-laki paruh baya dengan rambut sebagiannya sudah beruban. Wajah nya terlihat marah dengan otot rahang yang menegang.
"Baik tuan " orang suruhannya berlalu pergi meninggalkan sang tuan dengan keluarga nya yang menatap bingung ke arah sang kepala keluarga.
"Ada apa mas? Ada masalah? " tanya sang istri.
"Dia seharusnya tidak berbicara tentang apa yang tidak boleh di bicarakan" jawab sang tuan dengan geram. Si istri yang mendengar kata-kata itu dengan nada kemarahan akhirnya mengerti, dia tau apa yang membuat suaminya sangat marah.
"Ada apa sih? " tanya putri mereka heran, dia sampai mengalihkan atensinya dari ponsel.
"Thomas Alexander? Bukan nya dia salah satu orang yang berpengaruh?" tanya putra mereka yang ikut bingung.
"Seharusnya semua orang sudah melupakannya tapi kenapa dia menguliknya? Dia benar-benar telah menyinggung ku" ucap sang tuan, dia menggenggam erat ponsel di tangan nya. Putra mereka terdiam, dia tidak bodoh untuk mencerna maksud ucapan ayahnya. Karena dia sudah paham segala hal waktu itu dan dia tau semua tapi sayang adik perempuan nya tak tau apa-apa.
"Gampang, tinggal di habisin aja, ngapain susah mikir? " ucap sang putri dengan santai, dia kembali memainkan ponselnya.
"Bodoh!! " umpat sang kakak, " dia bukan orang sembarangan, mudah baginya untuk menghancurkan kita tanpa sisa" sambungnya.
"Cih! Gue gak percaya dia sekuat itu".
"Silahkan kalau mau coba, tapi kalau terjadi sesuatu lo tanggung sendiri, jangan bawa-bawa keluarga Fandra" ketus kakak nya. Ya... mereka adalah keluarga Fandra. Adik perempuan yang duduk di sebelahnya berdecak kesal.
"Apa yang di katakan Jerry benar Sara, kita harus punya rencana yang matang untuk melawan orang-orang seperti tuan Thomas" ucap sang ibu menengahi perdebatan kedua anaknya, "sekarang apa yang harus kita lakukan mas?" tanya nya pada sang suami, Gema Fandra.
"Kita harus tau dulu apa tujuannya, jika dia hanya iseng bertanya mungkin bisa kita abaikan, toh kita juga tidak bisa sembarang membalasnya. Tapi jika dia terlalu ikut campur maka tak akan aku biarkan".
*******
"Katanya om gak kenal Gema Fandra, trus kok bisa hadir di acaranya? " tanya Gladis bingung, pagi ini dia dan tuan Thomas memutuskan untuk bertemu setelah sarapan pagi.
Yang membuat Gladis heran saat bertemu adalah penampilan tuan Thomas yang berbeda, dia bahkan tidak mengenalinya jika tuan Thomas tidak menyapanya duluan. Tapi sebelum bertanya alasan laki-laki itu, dia lebih dulu menanyakan hal yang membuatnya penasaran.
Tuan Thomas menatap gadis di depan nya sebentar, sepertinya kehidupan anak itu baik-baik saja, keluarga barunya merawatnya dengan baik, pikir tuan Thomas. Dia bersyukur untuk itu.
"Om emang gak kenal sama dia, ternyata salah satu anak perusahaan om bekerjasama dengan perusahaan nya" jawab tuan Thomas.
"Dan om gak tau? "
"Belum lama ini om tau, lagian yang mengelola anak perusahaan itu sepupu om dan om percaya padanya karna dia bukan orang yang ceroboh. Dia baru minta bantuan om kalau ada masalah yang berat saja" jelas tuan Thomas dan Gladis mengangguk mengerti.
"Lagipula pesta Gema mengundang semua orang yang menurutnya hebat, terkenal dan berpengaruh sekalipun mereka tidak bekerjasama dengan perusahaan nya. Jadi kalaupun perusahaan om gak bekerjasama dengan dia, om tetap bakal di undang" ucap nya lagi.
"Padahal gak bekerjasama, ngapain mereka repot-repot datang? " tanya Gladis heran.
"Mereka datang bukan karna pesta Glad, tapi karena mereka ingin memperluas jaringan dan koneksi lalu bisa mendapatkan mitra kerja yang lebih baik dan menguntungkan".
"Seperti om gitu? " sinis Gladis, "telinga ku sampai panas mendengar mereka terus memujimu" ucapnya.
"Cih!! sirik!! "
Obrolan mereka terhenti ketika seorang pelayan datang untuk mengantarkan minuman dan dessert yang mereka pesan saat awal datang tadi.
"Oh iya om, napa cosplay jadi kakek-kakek tua lemah tak berdaya begini? mana mirip pengemis lagi" tanya Gladis di sertai cibiran di ujung ucapannya karena penasaran setelah pelayan pergi. Bagaimana tidak penasaran, tuan Thomas datang ke kafe dengan penampilan sederhana bahkan terkesan lusuh dan tak terawat, membawa tongkat kayu, memakai kacamata, rambut kumis jenggot putih palsu, dia bahkan memakai riasan wajah dengan banyak keriput di dahi dan bagian samping mata, lengkap sudah penampilannya. Niat banget jadi tua, untung gak di usir gara-gara di pikir pengemis, pikir Gladis.
"Ck! " tuan Thomas berdecak kesal, "karna kejadian malam itu, Gema menyuruh seseorang untuk menyelidiki dan memata-matai om" katanya.
"Trus gimana om? om Gak papa kan? " tanya Gladis khawatir, dia tidak mau orang lain celaka karena membantunya apalagi tuan Thomas sangat baik bahkan dia sudah menganggap tuan Thomas sebagai kerabat, dia tidak mau hal-hal buruk terjadi pada laki-laki tersebut.
"Kamu tenang aja, kalaupun dia menyelidiki om, dia tidak akan mendapat apa-apa kecuali tentang hal-hal yang udah om publish. Pasti dia ingin mencari tau tentang hubungan om dengan adik angkatnya, tapi sayangnya dia tidak akan mendapat apa-apa nyatanya om memang tidak mengenal keluarga nya kan? "jelas tuan Thomas panjang lebar yang membuat Gladis akhirnya tenang.
"Lalu apa hubungan nya dengan om yang berpakaian gini? " tanya Gladis kemudian.
"Untuk lepas pengawasan. Dari kemarin ada yang terus mengikuti om, jadi agar mereka tidak curiga terpaksa om begini untuk bertemu dengan mu. kalau tidak mereka akan menyelidikimu karna di anggap asing dan aneh, yang orang-orang tau aku tidak seramah itu anak-anak bau kencur. Mereka akan curiga apalagi ini lagi masa-masanya kemarahan Gema. Setelah semuanya mereda, dan mereka berpikir om tidak ada hubungan dengan masa lalu mereka, baru kita bisa bertemu seperti biasa " jelas tuan Thomas panjang lebar.
"Siapa juga yang mau ketemu sama om" ketus Gladis, dia kesal di sebut bau kencur. Mendengar ucapan Gladis membuat tuan Thomas mendengus kesal sekaligus gemas rasanya dia ingin menendang gadis di depannya.
"Dari mana om tau Gema mau selidiki om? " tanya Gladis kemudian.
"Pertanyaan macam apa itu? Apa tidak bisa kamu pikir sendiri? " julid tuan Thomas. Benar-benar sudah tidak ada rasa sungkan lagi di antara mereka.
"Cih!! sombong kok di pelihara" kesal Gladis ketika sadar siapa laki-laki di hadapannya, "maklum... orang kaya.. " ejeknya.
"Iyalahh... kenapa? iri? makanya kaya dong" ketus tuan Thomas lagi, benar-benar membuat Gladis kesal. Dia tidak menyangka kalau tuan Thomas yang terkenal sopan, ramah, dan berwibawa ternyata sengklek dan resek begini. Apa pendapat orang-orang jika mereka tau orang yang mereka sanjung kelakuannya begini?
"Om ".
"Ehm" dehemnya, dia sedang menyeruput kopi dengan elegan tapi sayangnya tidak cocok dengan penampilan nya.
"Bisa om selidiki juga laki-laki bernama Zayn Seno? "
"Zayn Seno? Apa dia ada hubungannya denganmu? " tanya tuan Thomas. Gladis mengangguk sambil menghela napas berat.
"Dia ayah kandungku, tapi sudah meninggal karna kecelakaan" jawab Gladis lirih membuat tuan Thomas menatap sedih.
"Kamu ingin tau penyebab kecelakaan itu? " tanya tuan Thomas lagi. Gladis mengangguk membenarkan.
"Info yang om kasih sebelumnya sekarang membuat pikiran ku kacau" kata Gladis. Info? yang mana? Tuan Thomas bingung, terlihat jelas dari kerutan di dahi pria itu.
"Om bilang kalau adik angkat Gema kecelakaan bersama istri dan anaknya tapi hanya anaknya yang selamat, kejadian itu sama dengan info yang ku dengar dari papi. Katanya kedua orang tuaku kecelakaan dan hanya aku yang selamat" cerita Gladis, dia berani bercerita karena menurutnya tuan Thomas orang yang bisa di percaya.
"Mungkin aja itu kebetulan Glad".
"Awalnya aku pikir juga gitu, tapi yang anehnya seseorang membawaku ke panti asuhan yang jauh dari kota kelahiranku om" ucap Gladis yang membuat tuan Thomas terdiam.
"Jadi kota ini bukan tempat kelahiran mu? "
Gladis menggeleng, " aku ikut mencari tau, data kelahiran yang di bawa papi sama dengan data kelahiran yang ada di panti tapi tempat lahirnya yang berbeda. Di data panti aku lahir di kota ini sedangkan di data yang di bawa papi bukan, setelah aku tanya pada bu Luna, dia mengatakan kalau seorang perempuan membawaku ke panti dengan data seperti itu, dia sama sekali tidak mengubahnya" jelasnya panjang lebar.
"Sepertinya perempuan itu yang mengubah datamu".
"Bisa aja om, tapi kita gak tau alasannya".
"Jadi sekarang data kelahiran mana yang kamu pakai? "
"Data kelahiran di panti, karna kalau ingin ubah terlalu ribet belum lagi ijazah SD sama SMP kan? "
Tuan Thomas mengangguk membenarkan, "om akan menyelidiki tentang orang tua kamu" putusnya.
"Terima kasih om" ucapnya, tuan Thomas hanya tersenyum.
"Sayang"
DEG!!